Isi Artikel |
Pembangunan Pendidikan
Capaian Pendidikan Tak Ditentukan oleh UN
Paradigma lama pendidikan yang mengutamakan kepatuhan dan ketaatan harus diubah dengan paradigma baru yang memampukan berpikir dan belajar sepanjang hayat.
Oleh Satryo Soemantri Brodjonegoro
Pendidikan adalah proses pemberdayaan yang bernilai tambah yang memampukan individu untuk berkarya mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik. Keutamaan individu dalam proses pendidikan akan sangat menentukan efektivitas dan keberhasilannya. Yang paling mengetahui dan merasakan keberhasilan dari pendidikan adalah individu peserta didik, bukan pendidiknya, apalagi pengelolanya.
Dengan pemahaman di atas, pendidikan tidak dapat diterapkan secara masif karena akan menghilangkan faktor individu yang justru menjadi faktor utama. Pendidikan yang masif cenderung memarjinalkan peran peserta didik dan lebih mengedepankan peran pengelola dan pendidik, artinya tidak sesuai dengan makna pendidikan yang sesungguhnya.
Masifikasi pendidikan dijadikan dalih karena jumlah peserta didik yang sangat banyak sehingga penilaian yang dilakukan bersifat administratif, bukan substantif. Indonesia adalah negara dengan tingkat keberagaman paling kompleks di dunia, dan keberagaman adalah suatu keniscayaan yang tak dapat dihindari. Dengan demikian, keberagaman harus dirawat, dirajut, diperkuat, dan dikokohkan melalui pendidikan.
Hanya pendidikanlah yang berpeluang menjadikan keberagaman suatu kekuatan yang mampu menjadikan negara maju dan berdaulat. Hakikat pendidikan sejatinya membekali peserta didik kemampuan berpikir kritis dan analitis yang sudah harus dimulai sejak dini sejak pendidikan dasar. Tentu saja kemampuan itu harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis peserta didik sesuai tingkat kematangan individu.
Hanya pendidikanlah yang berpeluang menjadikan keberagaman suatu kekuatan yang mampu menjadikan negara maju dan berdaulat.
Belum mampu
Pendidikan di Indonesia saat ini belum mampu membentuk kemampuan berpikir individu dan belum menumbuhkan kebutuhan belajar individu. Strategi untuk perubahan pendidikan harus dilakukan dengan perubahan pola pikir para pelaku pendidikan, di mana para pendidik seyogianya mampu membelajarkan para peserta didik, bukan sekadar mengajari dan melatih mereka. Membelajarkan peserta didik jauh lebih sulit daripada sekadar mengajari dan melatih mereka karena harus bersifat individual, tidak dapat dilakukan secara masif, dan penuh dengan variasi keberagaman.
Paradigma lama pendidikan yang mengutamakan kepatuhan dan ketaatan harus diubah dengan paradigma baru yang memampukan berpikir dan belajar sepanjang hayat. Perubahan ini harus didukung oleh kemauan politik pemerintah diawali dengan penghapusan ujian nasional (UN) karena UN jelas bertentangan dengan hakikat pendidikan.
(Satryo Soemantri Brodjonegoro Dirjen Dikti 1999-2007, Ketua AIPI, Guru Besar Emeritus ITB)
|