Selamat datang di website E-PAPER PERPUSTAKAAN DPRRI.

Koleksi Perpustakaan DPR RI

Judul PERFILMAN: Penonton Film Indonesia Lebih Banyak dari Film Asing
Tanggal 17 Januari 2020
Surat Kabar Kompas
Halaman 08:00 WIB
Kata Kunci
AKD - Komisi X
Isi Artikel Film Indonesia telah menjadi "tuan" di negerinya sendiri. Hal ini terlihat dari persentase masyarakat yang menonton film Indonesia lebih banyak daripada film asing. Oleh SEKAR GANDHAWANGI JAKARTA, KOMPAS – Persentase masyarakat yang menonton film Indonesia minimal sekali selama 2019 di bioskop adalah 67 persen. Angka ini lebih banyak dibandingkan mereka yang menonton film asing pada periode yang sama, yakni 55 persen. Angka tersebut merupakan hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang dilakukan pada 10-20 Desember 2019. Survei melibatkan 1.000 responden berusia 15-38 tahun dari 16 kota besar dengan tingkat ekonomi yang relatif baik. Adapun tingkat margin of error survei ini adalah 3,2 persen. “Artinya, anggapan bahwa orang Indonesia lebih suka nonton film asing tidak terbukti. Persentase responden yang tidak menonton film Indonesia dan asing di periode yang sama pun lebih rendah, yaitu masing-masing 31 persen dan 43 persen,” kata Direktur Komunikasi SMRC Ade Armando saat pemaparan hasil survei di Jakarta, Kamis (16/1/2020). Ada beragam alasan bagi publik untuk tidak menonton film di bioskop. Alasan yang paling banyak ditemukan adalah harga tiket yang dinilai terlampau mahal (39,7 persen). Alasan lain adalah publik tidak suka menonton film (35,2 persen), lokasi bioskop terlalu jauh (25,2 persen), film Indonesia tidak menarik (20,6 persen), dan film Indonesia dinilai tidak bermutu (6,8 persen). Ini berarti, kualitas film bukan pertimbangan utama bagi publik yang mau menonton di bioskop. Premis bahwa publik menganggap film Indonesia tidak berkualitas pun tidak terbukti secara statistik. Ade menambahkan, bioskop cenderung lebih sering diisi oleh penonton berusia muda. Dalam setahun, ada 25 persen responden berusia 15-22 tahun yang menonton lima kali di bioskop. Variabel yang sama juga berlaku untuk kelompok usia 23-30 tahun (21 persen) dan 31-38 tahun (13 persen). Hal lain yang menjadi sorotan di survei tersebut adalah genre film Indonesia favorit publik. Komedi menjadi yang paling disukai dengan persentase mencapai 70,6 persen. Genre favorit lainnya antara lain adalah horor (66,2 persen), romansa (45,6 persen), laga (37,4 persen), dan sejarah (19,4 persen). “Film Indonesia sudah memiliki basis penonton yang potensial untuk berkembang, yaitu anak muda di kota-kota besar. Tapi, bukan berarti mereka semua berasal dari kelas ekonomi tinggi. Kebanyakan menonton film atas rekomendasi teman-temannya,” kata Ade. Di kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Film Indonesia (APFI) Chand Parwez Servia mengatakan, data mengenai profil dan perilaku penonton adalah sarana untuk memahami pasar. Data itu akan jadi salah satu acuan untuk membuat terobosan di industri film. “Selama ini, film-film dibuat berdasarkan feeling (intuisi) terhadap selera dan keinginan pasar. Data tadi merupakan harapan baru buat kami. Yang jelas, survei tadi baru permulaan (untuk memahami pasar dan berinovasi),” kata Chand. Pertumbuhan film nasional Menurut Chand, pertumbuhan film nasional menunjukkan tren positif. Hal ini terlihat antara lain dari jumlah layar bioskop, tingginya jumlah penonton, genre film yang semakin beragam, hingga judul film Indonesia yang mendominasi jaringan bioskop. Hingga akhir 2019, ada 2.051 layar bioskop yang tersebar di 405 lokasi di Indonesia. Adapun jumlah penonton hingga akhir 2019 tercatat ada 51.714.339 orang. Data jumlah penonton dihimpun dari filmindonesia.or.id. “Yang menarik dari 2019 adalah muncul banyak genre film, salah satu genre itu adalah film tentang keluarga. Beberapa film serupa yang menuai sukses adalah Keluara Cemara, Kulari ke Pantai, Koki CIlik, dan Dua Garis Biru. Tren genre ini berlanjut di 2020, misalnya melalui film Nanti Kita Cerita tentang Hari ini. Ini menunjukkan bahwa film bukan lagi sekadar hiburan, tapi juga media edukasi bagi keluarga,” kata Chand. Head of Corporate Communication and Brand Management Cinema XXI B Dewinta Hutagaol berpendapat pasar melirik kembali film Indonesia lebih kurang sejak 2015. Tren tersebut terus tumbuh hingga sekarang. “Tehitung sekitar sejak 2018, persentase film Indonesia dari total film di jaringan bioskop XXI adalah 55 persen. Di 2018, ada 132 judul film Indonesia dengan total penonton sebesar 51,2 juta orang. Sementara itu, ada 129 judul film dengan 51,7 juta penonton,” kata Dewinta.
  Kembali ke sebelumnya