Isi Artikel |
Tren usaha rintisan 2020 selalu menempatkan perbaikan model bisnis usaha rintisan agar menjadi bisnis yang berkualitas. Ini muncul karena investor kian hati-hati setelah model bisnis ”bakar uang” tak bisa dipertahankan.
Oleh ANDREAS MARYOTO
Dua dekade awal abad ke-21 telah dijalani. Hiruk pikuk usaha rintisan (start up) mewarnai dua masa itu. Ke depan, gairah usaha rintisan masih akan bermunculan. Setidaknya tahun ini ada beberapa tren yang ada di kalangan anak muda para pendiri usaha tersebut.
Bidang garapan secara garis besar masih berurusan dengan tekfin, e-dagang, dan teknologi kesehatan. Meski demikian, semua usaha rintisan harus menunjukkan bisnis yang efektif dan para pendirinya harus lebih elegan.
Laporan dari berbagai lembaga mengenai tren usaha rintisan 2020 selalu menempatkan perbaikan model bisnis usaha rintisan agar menjadi bisnis yang berkualitas. Saran ini muncul terkait dengan investor yang makin berhati-hati setelah model bisnis ”bakar uang” tidak bisa lagi dipertahankan. Mereka menghendaki bisnis yang jelas proyeksinya, bukan hanya melihat pertumbuhan valuasi yang ternyata menyimpan banyak masalah.
Akuisisi pengguna tentu masih banyak diharapkan oleh investor, tetapi mereka makin kritis melihat cara-cara untuk mendapatkan pelanggan itu. Investor masih akan melihat cara mereka mendapatkan konsumen dalam jumlah besar, tetapi bukan hanya sekadar konsumen teregistrasi.
Para pemilik uang juga akan makin detail melihat para pendiri usaha rintisan dalam hal mendapatkan serta mengangkat konsumen ke dalam harga yang pantas setelah sekian lama mereka menikmati diskon ataupun fasilitas murah. Investor akan meneliti secara mendalam kanal-kanal yang digunakan.
Sebuah tulisan di laman Forbes juga menyebutkan, aturan privasi data yang makin ketat membuat usaha rintisan mencari cara untuk memapar konsumen dengan materi-materi promosi mereka. Mereka tidak lagi leluasa menggunakan teknologi digital untuk menarget calon konsumen. Pilihan mereka akhirnya kembali pada beberapa media tradisional. Di sisi lain, event akan makin banyak digunakan usaha rintisan untuk menggaet lebih banyak lagi pengguna.
Seperti yang sudah banyak dibahas berbagai kalangan, usaha rintisan juga perlu mengangkat isu kelestarian lingkungan. Mereka harus terlibat secara aktif dalam perbaikan kehidupan di bumi.
Sebuah survei yang diadakan oleh Accenture tahun lalu dengan melibatkan 6.000 orang di 11 negara menghasilkan pendapat, 83 persen responden yakin bahwa perusahaan-perusahaan harus mendesain daur ulang atau menghasilkan produk yang bisa digunakan kembali sehingga bumi makin lestari. Sebanyak 73 persen responden juga akan membeli produk yang lebih lestari dibandingkan dengan lima tahun yang lalu. Mereka juga mau membayar lebih untuk produk yang bisa didaur ulang.
Usaha rintisan di berbagai bidang perlu menunjukkan citra sebagai perusahaan yang peduli dengan nasib masa depan bumi. Beberapa usaha rintisan telah memulai dengan memanfaatkan sampah dan mengurangi penggunaan bahan-bahan yang tak bisa didaur ulang.
Sebuah usaha rintisan di Israel, misalnya, membuat jasa pengiriman minuman di dalam kemasan besar ke sebuah pesta atau keluarga agar mereka tidak menggunakan kemasan plastik atau kemasan lainnya, sementara kemasan besar itu bisa dipakai ulang. Cara ini dikabarkan bisa mengurangi penggunaan kemasan hingga 70 persen.
Tidak ada jalan lain usaha rintisan di Indonesia harus memulai upaya agar semua kegiatan bersifat lestari. Perubahan besar di kalangan konsumen diperkirakan akan mengubah pola dan cara konsumsi produk karena kecenderungan konsumen untuk memilih produk yang lestari. Apabila mereka berhasil membuat kegiatan yang bersifat lestari, investor mungkin akan makin meminati dan juga mendapat perhatian publik. Tren hidup lestari sudah tak bisa ditawar lagi.
Di sisi teknologi, pengenalan suara diperkirakan akan makin banyak digunakan di sejumlah keperluan. Di Amerika Serikat setidaknya terdapat 40 juta warga yang sudah menggunakan teknologi pengenalan suara cerdas. Alat ini telah menjadi asisten untuk berbagai keperluan di kantor, rumah, dan jalan raya. Penggunaan teknologi asisten ini telah menjadi gaya hidup, bukan lagi sebagai produk uji coba.
Ke depan, masih banyak peluang penggunaan teknologi pengenalan suara untuk berbagai industri, seperti manufaktur, pendidikan, kesehatan, dan pertanian. Usaha rintisan yang berhasil mengombinasikan teknologi ini dengan teknologi kecerdasan buatan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, meski masih kecil, bakal sukses pada masa depan.
Berbagai tren itu harus disertai dengan sikap dari para pendiri yang lebih elegan. Investor kini tak lagi hanya melihat ide dan rencana bisnis semata. Belajar dari berbagai kasus usaha rintisan, mereka juga menelisik kepribadian serta perilaku para pendiri dan eksekutif usaha rintisan.
Investor ingin usaha rintisan yang menjalankan bisnis tak diisi orang yang sombong dan berkoar-koar hanya soal keberhasilan, tetapi juga mereka yang paham mengendalikan diri. Investor rupanya tak suka dengan pendiri yang bermulut besar.
|