Selamat datang di website E-PAPER PERPUSTAKAAN DPRRI.

Koleksi Perpustakaan DPR RI

Judul Edukasi soal Kanker Dibutuhkan Publik
Tanggal 05 Februari 2020
Surat Kabar Kompas
Halaman 20B
Kata Kunci
AKD - Komisi IX
Isi Artikel Minimnya sosialisasi dan edukasi penyakit kanker secara lengkap berefek pada perilaku masyarakat yang enggan melakukan pemeriksaan dan pengecekan kesehatan sebagai upaya deteksi dini. Oleh TOPAN YUNIARTO   Upaya memberikan pemahaman secara menyeluruh soal penyakit kanker kepada masyarakat sangat penting dilakukan. Edukasi berupa pencegahan, penanganan, dan pengobatan kanker diperlukan untuk mengantisipasi meningkatnya kasus kanker. Hasil pengumpulan pendapat yang dilakukan Litbang Kompas terhadap 567 responden di 17 kota pada pertengahan Januari lalu memberi gambaran nyata bahwa publik sangat membutuhkan informasi seputar pencegahan dan pengobatan kanker. Besarnya kebutuhan mendapat informasi seputar kanker disuarakan oleh 80,4 persen responden. Alasannya, memperoleh informasi yang memadai akan sangat berguna bagi publik sebagai langkah preventif menghadapi serangan penyakit kanker sejak dini. Selama ini, publik memperoleh informasi seputar kanker justru dari media massa dan media sosial. Hanya sebagian kecil yang menyatakan memperoleh informasi langsung soal kanker dari dinas kesehatan atau pemerintah setempat. Minimnya sosialisasi dan edukasi penyakit kanker secara lengkap berefek pada perilaku masyarakat yang enggan melakukan pemeriksaan dan pengecekan kesehatan sebagai upaya deteksi dini. Sebagian besar responden (79 persen) bahkan menyatakan tidak pernah memeriksa kesehatan secara khusus untuk mengetahui apakah dirinya terserang penyakit kanker atau tidak. Alasan yang disampaikan sebagian responden adalah mereka masih merasa sehat (46,9 persen). Bahkan, sebagian lainnya menyatakan takut jika divonis kanker setelah pemeriksaan atau pengecekan kesehatan. Akibat rasa takut itu, mereka enggan memeriksakan diri.   Reaksi publik itu seharusnya menjadi alarm bagi pemerintah agar lebih intensif memberikan sosialisasi untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang penyakit kanker. Harapannya, sosialisasi dengan intensitas yang cukup akan memberikan kesadaran kepada masyarakat untuk lebih waspada terhadap bahaya kanker. Diharapkan juga mereka segera melakukan berbagai tindakan preventif. Pengetahuan publik Bagi publik, ketika mendengar kata ”kanker”, kesan yang muncul di benak mereka adalah penyakit yang mematikan. Hal itu disuarakan 67,2 persen responden. Selain diklaim sebagai penyakit mematikan, responden juga menyatakan takut ketika mendengar kata ”kanker”. Dua pernyataan ini dengan jelas menggambarkan perlunya pemerintah memberikan edukasi secara komprehensif soal kanker kepada publik. Selanjutnya, publik juga menyatakan, salah satu faktor pemicu utama munculnya penyakit kanker adalah pola hidup yang tidak sehat, seperti kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, serta pola makan dan tidur yang tidak teratur (74,1 persen). Faktor berikutnya yang menurut responden jadi penyebab penyakit kanker adalah faktor keturunan (10,9 persen). Sementara responden juga melihat faktor stres, polusi udara, dan lingkungan tidak bersih akan memengaruhi daya tahan tubuh dan kondisi kesehatan seseorang. Pengetahuan publik terhadap beragam jenis penyakit kanker juga terekam dalam pengumpulan pendapat periode ini. Responden mampu menyebutkan setidaknya 21 jenis kanker. Dari jumlah itu, tercatat ada tiga jenis kanker yang paling banyak disebut publik, yakni kanker payudara, kanker serviks, dan kanker otak. Apa yang diungkap responden dalam jajak pendapat itu senada dengan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2018. Berdasarkan data itu, di Indonesia terdapat tiga penyakit kanker yang paling banyak menyerang, yakni kanker payudara, kanker serviks uteri, dan kanker paru-paru. Kanker paru-paru menjadi penyebab kematian terbesar di antara penyakit kanker lain dengan angka kematian 26.095 kasus atau 12,6 persen dari total kematian akibat kanker di Indonesia. Selain kanker paru-paru, terdapat penyakit lain dengan angka kematian tinggi, yakni kanker payudara (22.692 kasus kematian), kanker serviks uteri (18.279 kasus kematian), kanker hati (18.148 kasus kematian), dan leukemia (11.314 kasus kematian). Secara keseluruhan terdapat 207.210 kasus kematian yang disebabkan kanker di Indonesia sepanjang 2018. Publik juga mengetahui, kanker tidak hanya menyerang orang dewasa. Anak-anak pun bisa menderita penyakit kronis ini. Mayoritas responden (86,6 persen) menyatakan hal itu. Kasus kanker yang menyerang anak di antaranya leukemia (kanker darah), retinoblastoma (tumor ganas primer pada mata), osteosarkoma (kanker tulang), dan karsinoma nasofaring (tumor ganas antara hidung dan tenggorokan). Tindakan antisipasi Langkah preventif masyarakat untuk melindungi dan menjaga kesehatan anak-anak terekam dalam jajak pendapat ini. Mereka melakukan sejumlah langkah antisipasi di dalam keluarga untuk menjaga kesehatan anak-anak. Sebanyak 72,1 persen responden menyatakan menjaga pola makanan anak sesuai usianya. Berikutnya, langkah terpenting yang mereka lakukan adalah melarang merokok orang-orang yang berada di sekitar anak (68,9 persen). Hanya sebagian responden (39,1 persen) yang memeriksakan kesehatan anak rutin tiap tahun (medical check-up). Lebih dari separuh responden menyatakan tak rutin memeriksakan kesehatan anak. Selain menjaga kesehatan anak, responden juga melakukan langkah secara pribadi demi menjaga kesehatan. Lebih dari separuh responden menyatakan mengatur pola makan bergizi seimbang, seperti melengkapi konsumsi makanan dengan sayur, buah, lauk, dan susu. Meski demikian, lebih dari separuh responden menyatakan, durasi jam tidur mereka kurang dari delapan jam sehari. Dengan kata lain, hari-hari tertentu saja mereka bisa tidur delapan jam sehari. Hanya sepertiga lebih responden yang durasi tidurnya delapan jam per hari. Sementara kebiasaan berolahraga juga menjadi hal yang perlu dilakukan. Sebanyak 60,1 persen responden menyatakan berolahraga secara teratur meski tidak setiap hari. Sementara 28 persen responden lain menyatakan rutin berolahraga setiap hari. Terkait penderita kanker, sebagian besar responden (77,4 persen) tak yakin, kanker hanya menyerang orang-orang tertentu, khususnya yang berusia di atas 40 tahun. Mereka juga tidak yakin bahwa kanker tidak akan menyerang orang yang secara fisik terlihat sehat. Artinya, masyarakat cukup paham, kanker bisa jadi ancaman bagi siapa saja dan tidak mengenal usia. Jika muncul gejala atau tanda-tanda di bagian tubuh, seperti merasakan sakit dan muncul benjolan pada bagian tubuh tertentu, responden umumnya akan memeriksakan diri dengan cara mendatangi puskesmas, dokter spesialis di rumah sakit, bahkan melakukan pengobatan herbal. Langkah masyarakat ini patut diapresiasi, apalagi seandainya publik memiliki pengetahuan soal penanganan kanker yang memadai. Hampir semua responden (95,9 persen) setuju seandainya di setiap provinsi terdapat rumah sakit khusus kanker. Mereka beralasan, hal ini akan mempermudah pasien melakukan proses pengobatan ataupun penyembuhan. Sebab, saat ini, menurut publik, kondisi di daerah masih sulit untuk mengakses pengobatan kanker. Tentu selain fasilitas, hal utama adalah pemahaman dan kemauan publik untuk mencegah kanker. Meskipun pengetahuan publik terkait kanker relatif memadai, kesadaran untuk melakukan tindakan preventif kurang maksimal. Saatnya pemerintah secara berkala dan intensif memberikan edukasi soal kanker ini agar generasi mendatang tidak dibayang-bayangi ketakutan terhadap ancaman penyakit ini.(Litbang Kompas)
  Kembali ke sebelumnya