Isi Artikel |
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah mewacanakan pengurangan subsidi solar dari Rp 1.000 per liter menjadi Rp 350 per liter. Pengurangan subsidi ini akan dibahas dalam APBN Perubahan 2016. Pengurangan subsidi dimungkinkan, dengan syarat tidak menyebabkan harga solar naik.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sujatmiko mengatakan, wacana pengurangan subsidi solar menjadi Rp 350 per liter masih dibahas dengan Kementerian Keuangan.
Saat ini, solar disubsidi Rp 1.000 per liter dan dijual ke masyarakat dengan harga Rp 5.150 per liter. Jika pengurangan subsidi terealisasi dalam APBN-P 2016, pengalihan subsidi solar dapat dipakai untuk membiayai dana ketahanan energi serta dana cadangan minyak strategis.
"Berkaca pada harga minyak dunia akhir-akhir ini, kami menghitung kemungkinan pengurangan subsidi solar dari Rp 1.000 per liter menjadi Rp 350 per liter. Keputusannya bisa diketahui dalam pembahasan APBN Perubahan 2016 dalam waktu dekat," kata Sujatmiko, Selasa (7/6), di Jakarta.
Sujatmiko menambahkan, Kementerian Keuangan sudah mengabulkan anggaran untuk pos dana ketahanan energi serta dana cadangan minyak strategis. Dana ketahanan energi akan dimanfaatkan untuk pengembangan energi terbarukan, peningkatan sumber daya manusia di sektor energi terbarukan, serta infrastruktur energi terbarukan.
"Adapun cadangan strategis minyak untuk meningkatkan ketahanan pasokan minyak mentah dan bahan bakar minyak di dalam negeri," ujar Sujatmiko.
Secara terpisah, anggota Komisi VII DPR dari Partai Golkar, Satya Widya Yudha, mengatakan, pihaknya menyambut baik rencana pengurangan subsidi solar tersebut. Pengurangan subsidi bisa dikabulkan jika tidak menyebabkan harga solar naik.
Seiring penurunan harga minyak dunia, pemerintah dua kali menurunkan harga solar. Mulai 1 Januari 2016, harga solar turun dari Rp 5.950 per liter menjadi Rp 5.650 per liter. Kemudian, per 1 April 2016, harga solar turun lagi menjadi Rp 5.150 per liter. Kendati ada penurunan harga, subsidi solar tetap diberikan dan tahun ini dianggarkan sekitar Rp 17 triliun. (APO/ARN)
|