Isi Artikel |
Kampus Merdeka
Tantangan Merdeka Belajar
Kebijakan Kampus Merdeka memberikan ruang gerak seluas-luasnya bagi perguruan tinggi mengoptimalkan potensi dan karakteristik keunggulan akademiknya untuk dapat diakses mahasiswa lintas PT.
Oleh Panut Mulyono
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim telah menetapkan empat pokok kebijakan pendidikan ”Merdeka Belajar”, Rabu (11/12/2019).
Empat pokok kebijakan itu meliputi ujian sekolah berstandar nasional (USBN), ujian nasional (UN), rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan peraturan penerimaan peserta didik baru (PPDB) zonasi. Khusus terkait pendidikan tinggi, pada 24 Januari 2020 Mendikbud meluncurkan kebijakan Kampus Merdeka yang tertuang dalam lima permendikbud.
Menerjemahkan Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi menjadi topik menarik untuk menemukan langkah implementasinya. Perguruan tinggi (PT) wajib memberikan hak bagi mahasiswa untuk sukarela boleh mengambil ataupun tidak SKS (satuan kredit semester) di luar kampusnya sebanyak dua semester atau setara 40 SKS. Mahasiswa juga dapat mengambil SKS di prodi lain di kampusnya sebanyak satu semester dari total semester yang harus ditempuh.
Kebijakan Kampus Merdeka memberikan ruang gerak seluas-luasnya bagi PT mengoptimalkan potensi dan karakteristik keunggulan akademiknya untuk dapat diakses mahasiswa lintas PT. Maka, inovasi, terobosan kreatif, dan penguatan bidang ilmu strategis akan menjadi modal mengimplementasikan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka ini.
Kebijakan Kampus Merdeka memberikan ruang gerak seluas-luasnya bagi PT mengoptimalkan potensi dan karakteristik keunggulan akademiknya untuk dapat diakses mahasiswa lintas PT.
Pendidikan di PT dirancang untuk meningkatkan kualifikasi dan keahlian SDM dalam mengimbangi pesatnya perkembangan industri, yang digambarkan sebagai kebutuhan untuk melakukan frog leap, bahkan giant leap.
Pendidikan tinggi dapat berperan sebagai arena awal belajar bekerja untuk memfasilitasi the emerging skills, emerging jobs, dan the emerging problem solving. Maka, orientasi pendidikan tinggi membutuhkan perubahan yang fundamental, terutama kurikulum yang fleksibel bagi mahasiswa.
Kurikulum dirancang untuk menyediakan pendidikan yang mampu menjadi pemantik (fire lighter) mahasiswa untuk berkembang cepat dan tepat. Kurikulum harus memberikan ruang bagi mahasiswa memilih dan mengembangkan potensi dan kompetensi lewat berbagai ”menu” yang disajikan.
Revolusi industri generasi keempat (4.0) memiliki ciri pemanfaatan teknologi cerdas sebagai dasar pengembangan industri (smartisation). Integrasi antara cyber-physical system dan internet of things telah menghasilkan integrasi koneksi antara manusia, barang, dan mesin untuk menghasilkan barang dan jasa yang bersifat personal.
Munculnya ekosistem baru ini telah mendorong transformasi dari konsep rumah, sekolah, pabrik, dan industri besar yang tadinya berdiri sendiri-sendiri menjadi konsep yang saling terkoneksi satu dengan lainnya oleh internet dan menjadi sebuah kesatuan sistem yang terintegrasi. Revolusi ini telah mengubah tuntutan perkembangan pendidikan untuk menyesuaikan diri dengan revolusi industri. Maka, muncullah Pendidikan 4.0 (Education 4.0).
Pendidikan 4.0 merupakan sistem pendidikan yang memiliki peran mampu menghubungkan manusia, barang, dan mesin untuk menghasilkan model pembelajaran baru yang bersifat personal (personalised learning). Munculnya ekosistem baru di pendidikan ini telah mendorong perubahan strategi pendidikan di PT yang harus mampu menyediakan ekosistem dan model pembelajaran yang lebih terbuka, dinamis, saling terhubung lintas bidang, dan memberi ruang seluas-luasnya bagi mahasiswa berekspresi, kreatif, dan bersinergi dalam menemukan inovasi dan pengetahuan baru.
Pendidikan 4.0 merupakan sistem pendidikan yang memiliki peran mampu menghubungkan manusia, barang, dan mesin untuk menghasilkan model pembelajaran baru yang bersifat personal (personalised learning).
Relaksasi kurikulum
Kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dapat diterjemahkan sebagai dorongan untuk melakukan relaksasi kurikulum guna memberikan ruang seluas-luasnya kepada mahasiswa dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi tambahan, di luar kompetensi utama yang telah dirancang dalam kurikulum program studi. Kesempatan ini dapat difasilitasi dengan memberikan ruang pilihan mata kuliah lintas disiplin dan paparan kompetensi global sebagai wujud dari Merdeka Belajar.
Mata kuliah lintas disiplin dikembangkan melalui dua jalur, yaitu mata kuliah eksisting dalam kurikulum program studi yang dikembangkan dengan materi bermuatan pengetahuan lintas disiplin; dan mendorong munculnya berbagai mata kuliah baru yang dirancang oleh kolaborasi dosen lintas program studi, lintas departemen, lintas fakultas, serta lintas perguruan tinggi.
Mahasiswa dapat melakukan ”belanja” mata kuliah lintas disiplin sesuai minat dan kebutuhan pengembangan kompetensinya. Proses ”belanja kompetensi” melalui mata kuliah lintas disiplin tersebut harus atas hasil diskusi dan konsultasi antara mahasiswa dan dosen pembimbing akademik (DPA) yang bertugas memastikan kompetensi tambahan yang dibelanjakan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Maka, peran DPA dalam proses pendampingan ini menjadi sangat penting dan strategis.
Kebijakan Mendikbud juga dapat diimplementasikan dengan mendorong kurikulum memberikan ruang hingga maksimal 40 persen untuk mahasiswa memperoleh muatan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi terkait: pengabdian kepada masyarakat; literasi data, literasi teknologi, literasi kewirausahaan, literasi kemanusiaan, literasi kesehatan; pengetahuan lintas disiplin; kompetensi global, kecakapan berpikir kritis dan pemecahan masalah, kecakapan berkomunikasi, kecakapan kreativitas dan inovasi, kecakapan kolaborasi; soft skills; kolaborasi keilmuan terkait science, technology, engineering, and mathematic (STEM) dan humanities, arts, and social sciences (HASS); serta Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Muatan tersebut dapat diintegrasikan dalam mata kuliah wajib dan/atau mata kuliah pilihan, dan/atau kegiatan kurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
Proses ”belanja kompetensi” melalui mata kuliah lintas disiplin tersebut harus atas hasil diskusi dan konsultasi antara mahasiswa dan dosen pembimbing akademik (DPA) yang bertugas memastikan kompetensi tambahan yang dibelanjakan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
Muatan lintas disiplin yang disajikan sebagai mata kuliah dapat dilaksanakan lintas prodi, lintas fakultas/sekolah, lintas kluster, dan lintas PT di dalam atau di luar negeri yang pelaksanaannya melibatkan alumni, praktisi, dan/atau para profesional sebagai dosen tamu. Mekanisme penyelenggaraan mata kuliah lintas disiplin itu berpotensi memberikan peluang mahasiswa mewujudkan model pembelajaran berbasis personal untuk merealisasikan konsep Merdeka Belajar.
Saat ini sejumlah PT telah memiliki learning management system (LMS) untuk mendukung proses pembelajaran dalam jaringan (daring). LMS yang dikembangkan itu menjadi pendukung proses integrasi antar-PT, termasuk yang dikembangkan Kemendikbud melalui SPADA dan ICE Institute. Bahkan beberapa universitas besar telah mengembangkan LMS yang dirancang untuk mendukung pembelajaran melalui latihan atau kursus berbasis web secara masif (massive open online courses/MOOCs).
Pengembangan LMS memiliki beberapa kemanfaatan, di antaranya memperluas akses konten pembelajaran, menjamin dan menyetarakan mutu konten, meningkatkan performa PT, meningkatkan peluang kerja sama antar- PT, mengatasi keterbatasan sumber daya manusia (SDM), fasilitas dan teknologi di PT mitra, mengembangkan proses transfer kredit dan transfer mata kuliah, serta media diseminasi pengetahuan kepada masyarakat luas.
Bagi mahasiswa, mengikuti pembelajaran daring akan bermanfaat untuk memperluas akses pendidikan yang lebih baik, membangun jejaring antarmahasiswa, meningkatkan rasa percaya diri, dan memperluas digital experiences dan digital horizon.
Pengelolaan atmosfer akademik dalam pembelajaran harus selalu mengikuti berbagai kebutuhan kekinian sebagai upaya meningkatkan keterikatan (engagement) dengan para mahasiswa post-millenial. Implementasi metode pembelajaran yang mengombinasikan tatap muka di kelas dengan tatap muka daring atau blended learning dapat menjadi alternatif metode pembelajaran kekinian.
Mekanisme penyelenggaraan mata kuliah lintas disiplin itu berpotensi memberikan peluang mahasiswa mewujudkan model pembelajaran berbasis personal untuk merealisasikan konsep Merdeka Belajar.
Berbagai aplikasi pembelajaran interaktif daring yang tersedia bisa menjadi pilihan menarik dalam implementasi blended learning. Pembelajaran daring bisa menjadi salah satu strategi untuk menjawab kebutuhan akses pendidikan yang murah dan bermutu, berkontribusi dalam pemerataan kualitas pendidikan, dan memberikan peluang pembelajar sepanjang hayat (long life learning).
Kerja praktik dan pemagangan
Munculnya kebutuhan kompetensi global dan keterampilan khusus yang selalu berubah, menuntut kurikulum pendidikan tinggi juga bersifat dinamis dan adaptif. Materi kompetensi global memiliki tujuan menginspirasi dan memfasilitasi proses perolehan pengalaman agar memiliki keterampilan dan kompetensi: berpikir kritis dan kreatif; adaptif dalam keberagaman; berkolaborasi; berkomunikasi lisan dan tertulis; penguasaan literasi informasi, media, dan teknologi; memproyeksikan diri di bidang keilmuan/profesional yang dipilih; membuat keputusan strategis; menumbuhkembangkan kepemimpinan dan sikap yang beretika; dan berpikir kritis dan pemecahan masalah yang berjiwa kewirausahaan sosial.
PT dapat mendorong perolehan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi itu melalui kerja praktik dan pemagangan dengan bobot 4-20 SKS yang diselenggarakan 1-6 bulan dengan melibatkan alumni, praktisi, dan profesional sebagai dosen pendamping. Guna meningkatkan ketepatan pencapaian kompetensinya, silabus pelaksanaan program harus disusun bersama pihak departemen/fakultas/sekolah dan pihak industri/usaha/profesional.
Melalui kerja praktik, mahasiswa dapat manfaat tambahan, seperti penguatan keilmuan dan keterampilan, pengalaman kerja, kerja sama dalam tim lintas disiplin, kemampuan berkomunikasi, adaptasi dan interaksi, implementasi ilmu, kemampuan menempatkan diri dalam profesionalisme, serta peluang mendapat pekerjaan sesuai dengan bidangnya.
Melalui program magang yang terstruktur, mahasiswa diharapkan dapat menghadapi tantangan untuk berkompetisi, mempertahankan dan mencapai posisi strategis di sebuah organisasi atau institusi, serta menerapkan pengetahuan dan profesionalisme di bidangnya dalam lingkungan kerja.
Pembelajaran daring bisa menjadi salah satu strategi untuk menjawab kebutuhan akses pendidikan yang murah dan bermutu, berkontribusi dalam pemerataan kualitas pendidikan, dan memberikan peluang pembelajar sepanjang hayat (long life learning).
Beberapa skema magang yang dapat dikembangkan di antaranya magang untuk peningkatan keahlian; magang untuk terlibat dalam penelitian; magang untuk mendukung penyelesaian skripsi/tugas akhir; magang di perusahaan/ institusi dalam dan luar negeri, serta model multiple internship yang menggabungkan beberapa model magang dalam satu periode waktu.
Banyak PT telah menerapkan program pembelajaran bersama masyarakat yang dikemas dalam program kuliah kerja nyata (KKN). KKN dirancang dan diarahkan untuk meningkatkan empati dan kepedulian mahasiswa, melaksanakan terapan iptek secara teamwork dan interdisipliner, menanamkan nilai kepribadian (nasionalisme, jiwa Pancasila, keuletan, etos kerja dan tanggung jawab, kemandirian, kepemimpinan dan kewirausahaan), meningkatkan daya saing nasional, menanamkan jiwa peneliti (eksploratif dan analisis, mendorong learning community dan learning society).
Mahasiswa KKN bersama masyarakat diharapkan mampu mengidentifikasi permasalahan di masyarakat dan mencari penyelesaiannya dengan memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya yang dimiliki (iptek, SDM, SDA). Diharapkan masyarakat mampu berswadaya, berswakelola, dan berswadana dalam pembangunan dan selanjutnya memiliki kemandirian dalam memenuhi kebutuhan hidup atau membangun masyarakat secara berkelanjutan.
Program KKN juga penting didesain untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya kerja sama berbagai pihak terkait sehingga bisa diwujudkan dalam pemecahan masalah yang komprehensif dan efisien lewat pendekatan integratif interdisipliner. Melalui KKN, dapat membangun keterpaduan berbagai aspek, meliputi ekonomi, sosial budaya dan ekologi (lingkungan), serta dirancang secara terstruktur sehingga mempunyai makna strategis bagi terwujudnya pembangunan berkelanjutan.
Program KKN juga penting didesain untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya kerja sama berbagai pihak terkait sehingga bisa diwujudkan dalam pemecahan masalah yang komprehensif dan efisien lewat pendekatan integratif interdisipliner.
Dengan demikian, KKN akan memfasilitasi penemuan/pengembangan pengetahuan dan teknologi baru, menjadi wujud nyata pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan bagi sivitas akademika dan masyarakat, dan sekaligus merupakan pengabdian perguruan tinggi dan mitra kerja yang lain kepada masyarakat. Peluang dan tantangan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka penting direspons sebagai sebuah kesempatan untuk mengembangkan inovasi dan kreativitas dalam pengelolaan perguruan tinggi.
|