Isi Artikel |
Utamakan Keselamatan Siswa
Perhatian pada cuaca dan waktu itu setidak-tidaknya bisa mengurangi potensi bahaya. Namun, kearifan lokal itu kini jarang diajarkan lagi di lembaga pendidikan atau keluarga.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Psikolog dari sejumlah instansi menyiapkan ruang untuk tempat konsultasi di salah satu ruang kelas di SMP Negeri 1 Turi, Desa Donokerto, Turi, Sleman, DI Yogyakarta, Sabtu (22/2/2020). Layanan konsultasi disediakan bagi para korban serta keluarganya yang terkena dampak peristiwa hanyutnya sejumlah siswa saat mengikuti kegiatan susur sungai di Sungai Sempor.
”Tolong, mohon perhatian kepada semua sekolah untuk berhati-hati dan mempertimbangkan keadaan,” ujar Sumarno saat melepas cucunya, korban tragedi Kali Sempor.
Cucu Sumarno, Khoirunnisa Nurcahyani Sukmaningdyah, siswi SMP 1 Turi, adalah salah satu korban tragedi susur Sungai Sempor. Ia dimakamkan di pemakaman Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (22/2/2020).
Khoirunnisa dimakamkan bertepatan dengan hari ulang tahunnya yang ke-13. Dari 249 siswa SMPN 1 Turi yang mengikuti susur sungai, sebanyak 239 orang selamat, meskipun sebagian di antaranya terluka (Kompas, 22-23/2/2020). Hingga Minggu (23/2/2020), dipastikan 10 siswa meninggal, dan semuanya perempuan.
Sambil terisak, Sumarno dan keluarga besarnya, serta masyarakat, ikhlas melepas Khoirunnisa. Harapan kepada para pendidik lebih berhati-hati dalam melakukan kegiatan yang melibatkan siswa, apalagi di alam, terus disampaikan dari berbagai kalangan. ”Hal ini menjadi pelajaran yang besar bagi para pendidik,” kata Sumarno.
KOMPAS/PRIYAMBODO
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim pun, selain menyatakan berdukacita atas tragedi susur sungai dalam kegiatan kepanduan di SMPN 1 Turi, juga meminta pendidik senantiasa berhati-hati dan waspada dalam melaksanakan aktivitas di luar sekolah. Sekolah harus benar-benar memastikan kegiatan itu mengutamakan keamanan dan keselamatan siswa.
Berhubungan dengan alam dan lingkungan dalam berkegiatan, sebenarnya ada kearifan lokal yang dikenal masyarakat Jawa. Angon mongso, angon wayah. Pesan yang bisa diartikan sebagai melihat cuaca, melihat waktu itu mengingatkan kepada siapa pun dalam beraktivitas, apalagi di alam dan luar rumah, harus memperhatikan cuaca dan waktu.
Perhatian pada cuaca dan waktu itu setidak-tidaknya bisa mengurangi potensi bahaya. Namun, kearifan lokal itu kini jarang diajarkan lagi di lembaga pendidikan atau keluarga.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pun mengingatkan, prinsip penyelenggaraan pendidikan di negeri ini antara lain demokratis, berkeadilan, menjunjung tinggi hak asasi manusia, menghargai kemajemukan, dan memberikan keteladanan.
Aktivitas di alam menuntut syarat tertentu, yang tak hanya harus dipersiapkan, tetapi juga tak semua peserta didik mampu menjalankannya.
Tugas pendidik tak ringan. Selain harus bisa memberikan keteladanan, termasuk dalam kepatuhan pada aturan dan kecerdasan melihat situasi-kondisi alam, juga harus mengenali potensi dan kelemahan anak didiknya. Aktivitas di alam menuntut syarat tertentu, yang tak hanya harus dipersiapkan, tetapi juga tak semua peserta didik mampu menjalankannya.
Tragedi susur sungai siswa SMPN 1 Turi adalah pelajaran mahal bagi dunia pendidikan kita. Kasus yang mirip pernah terjadi pada siswa SMP Budaya III, Jakarta, di kawasan Baduy, Banten, Oktober 2019. Semoga tak terjadi lagi kisah pilu di lembaga pendidikan karena siapa pun menyadari keselamatan dan masa depan siswa adalah yang paling utama.
|