Selamat datang di website E-PAPER PERPUSTAKAAN DPRRI.

Koleksi Perpustakaan DPR RI

Judul Kajian Data. Wabah Korona dari Jakarta sampai pelosok Indonesia
Tanggal 29 Maret 2020
Surat Kabar Kompas
Halaman -
Kata Kunci
AKD - Komisi IX
Isi Artikel Wabah Korona dari Jakarta sampai Pelosok Indonesia Provinsi DKI Jakarta menjadi wilayah pandemik virus Covid-19 di Indonesia. Sementara, sebagian penduduk Ibu Kota pulang ke kampung halaman, membawa risiko penyebaran Covid-19 dari Jakarta hingga ke pelosok Indonesia. OlehALBERTUS KRISNA 29 Maret 2020 06:07 WIB·7 menit baca TEKS     KOMPAS/WAWAN H PRABOWO Para penumpang menunggu keberangkatan bus yang mereka tumpangi di pusat agen bus antarkota antarprovinsi (AKAP) Pondok Pinang, Jakarta Selatan, Kamis (26/3/2020). Saat masa tanggap darurat pandemi Covid-19, banyak warga perantauan di Jabodetabek memilih pulang ke kampung halaman menggunakan bus. Mereka terpaksa pulang kampung karena penghasilan di perantauan tidak lagi mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Sebagian warga perantauan di DKI Jakarta memilih pulang ke kampung halaman di tengah maraknya wabah Covid-19. Luasnya jangkauan jaringan transportasi menjadikan mobilitas mereka kembali ke daerah asal sulit terbendung. Penyebaran Covid-19 di Indonesia terbilang sangat cepat. Bermula dari laporan pertama kasus positif dua warga domisili Depok, Jawa Barat, pada 2 Maret 2020. Kini lebih dari separuh provinsi di Indonesia telah melaporkan kasus serupa. Menurut laman covid-19.go.id, hingga 28 Maret 2020 telah ada 1.115 kasus positif Covid-19 yang tersebar di 29 provinsi di Indonesia. Sejak awal Jakarta tercatat sebagai provinsi dengan jumlah kasus positif Covid-19 terbanyak dengan kumulatif kasus mencapai 627 orang. Angka ini mewakili 56,2 persen total kasus positif Covid-19 di Indonesia. Masih merujuk sumber data yang sama, tanggal 19 Maret 2020 jumlah kasus positif Covid-19 di Jakarta sebanyak 210 orang atau 67,9 persen dari total 309 kasus di Indonesia. Tren data 19 Maret-28 Maret itu menunjukkan penurunan proporsi kasus Covid-19 dibandingkan nasional. Itu artinya, dalam sembilan hari terakhir, virus Covid-19 semakin menyebar keluar wilayah Jakarta.     Baca juga: Mudik Picu Masalah Baru, Jumlah ODP Melesat Sumber Penularan Berdasarkan sejumlah penelurusan Dinas Kesehatan DKI Jakarta di laman corona.jakarta.go.id, setidaknya ada dua jenis sumber penularan para pasien positif Covid-19. Pertama, riwayat perjalanan luar negeri dan kedua kontak langsung dengan pasien positif di Indonesia. Sumber penularan yang kedua inilah yang kemudian secara berantai banyak terjadi di Jakarta. Contohnya pasien Kasus 1 tertular seorang warga negara Jepang di Paloma Bistro, Jakarta Pusat. Kemudian pasien Kasus 13, 14, dan 15 memiliki riwayat kontak dengan pasien Kasus 1 juga di Paloma Bistro. Selanjutnya pasien Kasus 9 juga pernah kontak dengan pasien Kasus 15 di Klub Crazy Uncle, Jakarta Selatan, dan begitu seterusnya. Tanpa disadari orang positif Covid-19 ini menularkan virus ke orang di sekitarnya. Cepat merebaknya virus Covid-19 di tengah-tengah warga tidak membuat Pemprov DKI Jakarta tinggal diam. Sejumlah kebijakan telah diberlakukan pemerintah untuk mencegah penyebaran virus lebih luas. Di antaranya belajar di rumah bagi pelajar di DKI sejak 16 Maret hingga 5 April 2020. Begitu juga imbauan bekerja di rumah bagi pekerja selama 14 hari sejak 20 Maret 2020. Sejumlah kebijakan ini diterapkan agar warga DKI Jakarta dapat mengisolasi diri di rumah dan menghindari kerumunan warga. Jikapun harus keluar rumah, pemerintah menerapkan social distancing/physical distancing atau jaga jarak sosial minimal 1 meter antarindividu. Melalui kebijakan ini, diharapkan penularan Covid-19 melalui tetesan air atau droplet dapat dicegah. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, pada 15 Maret 2020 bahkan juga mengimbau warganya agar tidak pulang kampung. Imbauan ini ada benarnya sebab tren ini sudah mulai terjadi dan tanpa disadari warga dari Jakarta dapat menulari kerabat di kampung halaman. Meski demikian, perilaku ini tidak dapat dihindari sebab dari tahun ke tahun Jakarta selalu ramai pendatang. Setiap tahun lebih dari 100.000 pendatang masuk ke Jakarta. Dukcapil DKI Jakarta mencatat, tahun 2017 ada 175.200 laporan pendatang. Angka ini pun terpantau terus meningkat. Sebelumnya tahun 2013 jumlahnya hanya 96.000. Di antara mereka bahkan sebagian juga mengajukan surat domisi sementara. Tahun 2017 tercatat Dukcapil DKI telah menerbitkan 26.900 surat ini.     Baca juga: Jawa Barat Mendominasi Proporsi Migran ke Ibu Kota Jaringan perantau Para pendatang di Jakarta berasal dari berbagai daerah. Ditambah lagi sebagian statusnya berdomisili sementara, membuat mobilitas jarak jauh pulang kampung tidak dapat terelakkan. Menurut data Susenas BPS tahun 2015, asal migrasi risen ke Jakarta mayoritas dari Jawa Barat (35,2 persen), Jawa Tengah (24,1 persen), Banten (6,5 persen), Jawa Timur (6,5 persen), dan Sumatera Utara (4,1 persen). Dalam satu tahun setidaknya ada lebih dari 25 juta keberangkatan domestik keluar Jakarta melalui sejumlah moda transportasi. Mobilitas ini dilatarbelakangi urusan bisnis, dinas kantor, wisata, atau pulang kampung. Meski tidak sepenuhnya merupakan keberangkatan para pendatang ke kampung halaman, angka ini mencerminkan betapa tingginya mobilitas dari provinsi ini. Dari empat moda transportasi yang banyak tersedia, transportasi udara menjadi moda yang paling banyak digunakan. Berdasarkan data BPS, tahun 2019 jumlah keberangkatan domestik melalui Bandara Soekarno-Hatta saja mencapai 19,3 juta. Angka ini belum ditambah keberangkatan dari Bandara Halim Perdanakusuma. Sementara sisanya tersebar di moda kereta api, bus AKAP, dan kapal laut. Tingginya mobilitas warga melalui udara menjadikan bandara sebagai pintu gerbang yang rentan akan distribusi virus. Maka, sangat tepat kala itu jauh sebelum kasus Covid-19 muncul di Indonesia, pemerintah telah memberlakukan upaya pencegahan. Pada minggu keempat Januari 2020, Kemenkes menyiapkan 195 pemindai suhu tubuh di 135 pintu masuk-keluar Indonesia. Thermo scanner merupakan upaya pencegahan awal untuk mendeteksi apakah penumpang memiliki gejala Covid-19 atau tidak. Salah satunya adalah demam dengan suhu tubuh tinggi lebih dari 38 derajat cescius. Meski demikian, ada juga seseorang pembawa Covid-19 yang tidak bergejala apa-apa. Namun, tanpa disadari mereka berpotensi menularkan virus kepada orang lain kelompok rentan.   Salah satu contohnya kasus di panti jompo di Venesia, Italia. Seorang anak muda pembawa Covid-19 tanpa ada gejala tetap bekerja dan menularkan virus kepada sejumlah penghuni panti. Hanya dalam waktu semalam, tujuh lansia di panti ditemukan meninggal. Hal inilah yang harus diwaspadai dari tingginya mobilitas jarak jauh khususnya warga DKI Jakarta. Sementara itu, jaringan transportasi dari Jakarta sangat luas ke banyak pelosok di Indonesia. Berdasarkan data Statistik Transportasi Udara oleh BPS, selama tahun 2018 Bandara Soekarno-Hatta melayani 52 tujuan domestik. Bahkan, Bandara Halim lebih banyak lagi, yaitu 75 tujuan domestik. Selain Pulau Jawa, tujuan domestik di luar Pulau Jawa juga mendominasi penerbangan di kedua bandara itu. Di Bandara Soekarno-Hatta, jumlah keberangkatan paling gemuk, yaitu tujuan Surabaya dengan 2,6 juta penumpang/tahun, Bali (2,3 juta), Yogyakarta (1,2 juta), Makassar (1,6 juta), dan Deli Serdang (1,6 juta). Adapun di Bandara Halim didominasi tujuan Yogyakarta (627.000 penumpang), Surabaya (616.300), Deli Serdang (316.600), Semarang (302.500), dan Surakarta (265.200). Sama halnya dengan moda kereta api. Tahun 2020 ini setiap hari PT KAI Daop I Jakarta mengoperasikan 67 KA Reguler. Sebanyak 37 KA merupakan keberangkatan dari Stasiun Gambir, 27 KA dari Stasiun Pasar Senen, dan 3 KA lainnya dari Stasiun Jakarta Kota. Dalam kondisi normal setiap hari tersedia sekitar 35 ribu kursi penumpang dengan tujuan berbagai kota di Pulau Jawa. Sementara di moda transportasi bus, Dishub DKI mencatat selama Januari hingga September 2017 terdapat 165.420 keberangkatan bus dari sejumlah terminal bus AKAP. Artinya, sehari rata-rata ada sekitar 606 bus keluar DKI Jakarta. Trayeknya bahkan lebih beragam dibandingkan kereta api. Selain melayani banyak kota di Pulau Jawa, juga kota-kota di luar Pulau Jawa, seperti Bima, Padang, dan Medan.       Menurut data Statistik Transportasi Udara oleh BPS, selama tahun 2018 Bandara Soekarno-Hatta melayani 52 tujuan domestik. Bahkan, Bandara Halim lebih banyak lagi, yaitu 75 tujuan domestik.         Rute Penerbangan Domestik dari Bandara Halim Perdanakusuma dan Soekarno-Hatta Dari Ibu Kota Sejumlah pasien kasus Covid-19 di daerah disinyalir memiliki riwayat perjalanan dari Ibu Kota dan sekitarnya. Contohnya pasien Kasus 50 yang dirawat di RSUD Dr Moewardi, Solo. Pasien pertama Covid-19 di Solo ini pernah mengikuti seminar di Bogor, 25-28 Februari 2020. Pasien nomor satu di RS Abdul Moelek Lampung juga memiliki riwayat mengikuti seminar lain di Bogor. Begitu juga kasus pertama di Maluku Utara. Pasien positif yang kini dirawat di RSUD Chasan Boesoirie, Ternate, ini juga memiliki riwayat perjalanan dari Jakarta awal Maret 2020. Serupa dengan kasus pertama di NTB yang kini dirawat di RSUD NTB di Mataram. Menurut informasi Gubernur NTB Zulkieflimansyah, selama 14 hari terakhir, pasien menghadiri banyak kegiatan salah satunya di Jakarta. Seketika virus telah merambah di daerah, saat itu juga pemerintah daerah harus bersiap memperjuangkan kesembuhan pasien dan mencegah penyebaran yang lebih luas. Meski sejumlah kendala di lapangan kerap kali tidak terelakkan. Salah satunya terkait tenaga dan peralatan medis di rumah sakit rujukan penanganan Covid-19. Contohnya berdasarkan data Kemenkes, tahun 2016 secara nasional rasio perawat di Indonesia sebesar 113 perawat per 100.000 penduduk. Kala itu rasio perawat tertinggi ditemukan di DKI Jakarta (221/100.000 penduduk), Kalimantan Timur (203), dan Kepulauan Bangka Belitung (202). Sementara rasio terendah ada di Lampung (49), Jawa Barat (69), dan Banten (72). Diketahui selain dokter, perawat juga menjadi garda terdepan dalam penanganan pasien Covid-19. Minimnya perawat di suatu daerah dapat menjadi salah satu kendala di daerah dalam upaya memperjuangkan kesembuhan pasien. Namun, hal ini menjadi semakin tidak mudah jika jumlah pasien yang terpapar semakin banyak dan membeludak. Namun, semua kendala itu masih dapat diantisipasi selagi semua masyarakat bahu-berbahu mematuhi berbagai anjuran dari pemerintah, baik pusat maupun daerah. Belajar dan bekerja di rumah, jaga jarak sosial jika berada di luar rumah, menjaga kebersihan melalui mencuci tangan dengan sabun, serta menggunakan masker. Terakhir, jika tidak ada urusan genting, urungkan niat untuk mudik. Jadilah sama-sama sehat meski berjauhan dengan saudara di kampung. (LITBANG KOMPAS)
  Kembali ke sebelumnya