Isi Artikel |
Pendidkan Pascapandemi
Pendidikan Setelah Pandemi Covid-19
Wabah Covid-19 memunculkan harapan dan terobosan bagi mutu pendidikan di negeri kita agar pendidikan di negari kita semakin merata dan mengembangkan pembelajaran ”hybrid learning”.
Oleh Paul Suparno
20 Mei 2020 · 8 menit baca
Sebentar lagi wabah Covid-19 usai dan kita kembali pada kehidupan yang lebih normal, demikian pula dengan pendidikan kita. Persoalannya adalah tekanan apa yang akan dibuat dalam pendidikan kita ke depan ini berdasarkan refleksi tentang pengalaman praktek pendidikan selama pandemi Covid-19 dan juga program mas menteri dengan merdeka belajar.
Praktik pendidikan selama pandemi
Yang sangat menonjol dari pengalaman menghadapi pandemi Covid-19 adalah kesadaran mendalam bahwa kita ini satu keluarga manusia, kita saling membutuhkan, kita perlu kerja sama seluruh bangsa tanpa membedakan suku, agama, dan kelompok. Kesadaran akan nilai kemanusiaan yang sama inilah yang muncul kuat dalam pengalaman menghadapi Covid- 19 di seluruh dunia, juga di negara kita.
Dalam praktik pendidikan selama pandemi ini, kita semakin sadar sekolah bukan satu-satunya tempat pendidikan anak. Siswa mengalami pendidikan di rumah, dibantu keluarga, lewat jaringan online. Siswa lebih kreatif belajar di rumah bila tugas yang diberikan guru lebih luas, lebih disesuaikan dengan situasi kehidupan siswa, keluarga, lingkungan, dan Covid-19, daripada hanya tugas membaca bahan dari buku teks.
Siswa dapat lebih bebas belajar karena waktunya lebih santai, tidak terlalu terikat seperti di sekolah formal. Beberapa siswa dapat belajar lebih luas karena melihat dalam internet macam-macam hal yang terkait.
Di samping itu, ternyata banyak siswa yang cepat bosan dengan situasi rumah yang sempit, yang sepi, yang tidak memungkinkan bertemu dan bermain dengan teman-teman sebaya. Nampak bahwa siswa membutuhkan perjumpaan dengan teman lain, dapat bermain, dapat bersosialisasi dengan temannya.
Kesadaran akan nilai kemanusiaan yang sama inilah yang muncul kuat dalam pengalaman menghadapi Covid- 19 di seluruh dunia, juga di negara kita.
Di sini menjadi jelas bahwa pendidikan online yang dapat memperluas pengetahuan dan mempercepat proses mengerti, masih memperlukan perjumpaan manusia, karena memang siswa adalah manusia, yang demi keutuhannya membutuhkan perjumpaan dengan orang lain. Prof Driyarkara mengungkapkan, pendidikan adalah proses memanusiakan manusia, maka diperlukan pertemuan dan perjumpaan dengan manusia.
Dari pihak guru kita mengamati bahwa banyak guru memang belum siap dengan pembelajaran daring karena memang sesuatu yang mendadak. Namun, kemampuan itu pelan-pelan dapat berkembang dan semakin maju. Bahkan, beberapa guru semakin gila dengan pembelajaran daring. Guru perlu lebih belajar mengaplikasikan pendidikan lewat daring dengan kreativitas yang bervariasi.
Guru juga perlu sadar bahwa keberhasilan siswa belajar di rumah juga dikuatkan oleh suasana rumah dan bantuan orangtua, jadi bukan semata karena guru yang mengajarkan secara daring. Guru perlu lebih kreatif membuat berbagai model pembelajaran yang dapat membantu siswa senang belajar di rumah. Terutama guru tetap diharapkan mau menyapa siswa meskipun tidak sedalam waktu di kelas. Dalam menuntut hasil pekerjaan siswa, guru perlu sadar akan perubahan situasi psikologis yang dialami siswa dari belajar di kelas ke situasi belajar di rumah lewat daring.
Tidak semua sekolah telah siap dengan pembelajaran daring dengan segala manajemennya, meski sudah dibantu dengan macam-macam tawaran peralatan dan program dari depdikbud. Sekolah perlu menyadari bahwa ternyata tidak semua siswanya mempunyai jaringan internet sehingga tidak semua siswanya memang lancar belajar. Situasi ini perlu mendapatkan perhatian dan bantuan ke depan bila pembelajaran daring tetap digunakan.
Dari pengalaman belajar di rumah secara online selama Covid-19, tampak jelas bahwa dari sisi pengetahuan, siswa dapat belajar dan mengembangkan pengetahuan mereka, bahkan beberapa mengalami lebih cepat dan mendalam. Apalagi, di sini dapat dibantu dengan sumber belajar dari internet dan situs yang lain yang menarik.
Guru juga perlu sadar bahwa keberhasilan siswa belajar di rumah juga dikuatkan oleh suasana rumah dan bantuan orangtua, jadi bukan semata karena guru yang mengajarkan secara daring.
Namun, dari sisi pendidikan yang menyangkut nilai karakter, nilai moral dan sosial tidak semuanya didapatkan. Dalam hal yang terakhir ini masih dibutuhkan perjumpaan, dibutuhkan pertemuan manusiawi. Di sini peran sekolah formal dengan tatap muka masih dibutuhkan.
Arah yang perlu mendapatkan tekanan
Kalau pendidikan kita ke depan tetap masih menekankan keutuhan pendidikan yaitu pendidikan intelektual dan karakter, membantu siswa kita menjadi cerdas dan baik, maka memang ke depannya perlu dikembangkan pendidikan yang menyatukan pendidikan daring dan pendidikan tatap muka di sekolah.
Dalam pengembangan pengetahuan, daring dapat banyak memberikan masukan dan perluasan, serta percepatan belajar. Sementara pertemuan di sekolah akan memberikan banyak bekal pada pendidikan nilai sosial, moral, karakter seperti kerja sama, gotong royong, kepekaan dengan teman, solidaritas, keberagaman, kerja tim, dan lain-lain. Tentu pendidikan karakter akan banyak dibantu lewat kegiatan ekstrakurikuler yang banyak membantu siswa bekerja sama dengan teman yang berbeda serta mengalami persoalan hidup yang real.
Dalam rangka pemerataan pendidikan, terutama pemerataan isi pengetahuan, kiranya perluasan jaringan menjadi penting. Bila menyebar-ratakan guru yang bermutu masih sulit bagi pemerintah, saat ini dapat dipacu dengan pemerataan pembelajaran guru-guru yang bermutu lewat jaringan.
Guru-guru yang baik diminta untuk rela meng-upload atau membuatkan rekaman dari pelajarannya dan disebarkan ke seluruh Indonesia lewat jaringan internet sehingga siswa di mana pun akan dapat belajar dari guru yang baik itu. Dan, mungkin bagi guru itu sendiri, lebih senang karena tidak harus pergi ke tempat lain yang mungkin ia tidak suka. Ia hanya perlu mengunggah pengetahuannya dan model pembelajarannya sehingga dapat dipelajari oleh siswa seluruh Indonesia.
Harapan perintah dan pelaku pendidikan
Para guru atau pendidik perlu sadar bahwa perluasan mutu pendidikan di Indonesia juga menjadi tanggung jawab kita sebagai pendidik. Mereka perlu sadar bahwa mereka ini pendidik bangsa. Maka mereka harus bangga bila dapat menyumbangkan pikiran dan model pembelajarannya yang baik bagi semua siswa di Indonesia ini. Mareka perlu didorong untuk lebih rela berbagi bagi anak bangsa lewat unggahan pengetahuan dan model pembelajaran mereka yang bermutu.
Dalam rangka pemerataan pendidikan, terutama pemerataan isi pengetahuan, kiranya perluasan jaringan menjadi penting.
Pemerintah diharapkan membantu perluasan pendidikan tadi. Artinya, secara real pemerintah memfasilitasi dan memberikan dana untuk perekaman dan pengunggahan bahan dan model-model pembelajaran tersebut. Selain itu jelas memberikan reward bagi para guru baik ini agar semakin rela menyumbang.
Pemerintah juga perlu menyediakan jaringan di seluruh pelosok Nusantara karena tanpa jaringan itu siswa-siswa di sekolah pelosok tidak dapat mengakses bahan dan pembelajaran yang baik dari guru-guru di luar sekolah mereka.
Barangkali juga baik bila dalam proses akreditasi sekolah, ditekankan pentingya sumbangan sekolah kepada sekolah lain secara nasional. Sekolah yang memang menyumbangkan banyak gagasan dan praktik baik, diberi akreditasi tinggi, sedangkan yang biasa dinilai cukup saja.
Kurikulum sekolah ke depan
Dari sisi kurikulum, sangat penting ditekankan kesadaran bahwa kita adalah sesama manusia, kita satu saudara, tanpa membedakan suku, ras, agama, dan kedudukan, sehingga kita perlu saling menghargai dan bekerja sama dalam membangun bangsa. Kurikulum harus menekankan nilai kerjasama dan persaudaraan sebagai sesama manusia ini. Keterbukaan sekolah dengan sekolah lain dan kerja sama antarmereka juga menjadi hal yang perlu ditekankan.
Proses pendidikan di sekolah dapat dikurangi; dan tekanan diberikan pada pembentukan karakter baik bagi siswa. Pelatihan karakter yang real diperlukan. Di sini kerja sama dengan masyarakat yang menyelenggarakan pelatihan karakter, dengan orangtua, dengan lingkungan perlu dikembangkan.
Dari sisi pengembangan ilmu, diberi ruang agak luas untuk pengembangan lewat jaringan online. Siswa dimungkinkan belajar dengan mengambil sumber pengetahuan dari berbagai sumber seperti dari institusi luar, dari perusahaan, dari sumber ilmu, dari pelatihan, dan lain-lain.
Model pembelajaran yang mengaitkan pengalaman hidup, di rumah, di lingkungan, di masyarakat, di institusi lain dengan pembelajaran di kelas perlu dikembangkan. Model pembelajaran hybrid learning yang menggabungkan pendekatan tatap muka, komputer, dan online dapat lebih ditekankan. Pendekatan yang membantu siswa berpikir kritis, termasuk mengkritisi informasi dari internet, perlu ditingkatkan. Model yang menekankan siswa aktif belajar, mengolah bakat, mengolah pemikiran dengan berbagai macam hal, menjadi penting di zaman ini.
Model pembelajaran hybrid learning yang menggabungkan pendekatan tatap muka, komputer, dan online dapat lebih ditekankan.
Semoga ada terobosan baru dalam pendidikan kita ke depan, minimal semakin meratakan pendidikan di negeri kita. Semoga program merdeka belajar semakin dipacu dengan pengalaman Covid-19 ini, terutama dengan munculnya guru dan kepala sekolah penggerak yang rela menyumbangkan kemampuan mereka bagi pemerataan pendidikan dan mutu pendidikan di negeri kita tercinta ini.
(Paul Suparno, Guru Besar Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta)
|