Isi Artikel |
Meneropong Celah Sinergi Vokasi dan Industri di Masa Pandemi
Pendidikan vokasi berhadapan dengan tantangan untuk beradaptasi dengan kondisi normal baru akibat Covid-19
Oleh MB DEWI PANCAWATI
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, menjelaskan alat dengan memanfaatkan energi baru terbarukan yang mereka kembangkan kepada pengunjung saat acara peluncuran Sekolah Mandiri Energi di sekolah tersebut, Jumat (31/1/2020).
Hampir semua sektor usaha dan industri (DUDI) kini juga akan memulai pola produksi baru setelah sebelumnya terimbas langsung oleh pandemi Covid-19. Situasi ini menjadi celah yang bisa dimanfaatkan pendidikan tinggi vokasi untuk mempererat kolaborasi.
Konsep atau terminologi “Link and Match” ini sebenarnya sudah lama digaungkan semenjak dilantiknya Kabinet Pembangunan VI tahun 1993, berawal dari hasil rencana kerja sama yang erat antara Depdikbud dan Depnaker. Kedua menteri di dua departemen itu sepakat untuk bekerja erat saling mengisi agar pendidikan tidak menghasilkan pengangguran semata, namun menghasilkan tenaga kerja “siap pakai”. (Kompas, 1 Mei 1993).
Seiring berjalannya waktu, segala upaya yang sudah dilakukan untuk mengaitkan dan menyepadankan sektor pendidikan dan sektor industri masih menghadapi kendala. Hal ini bisa dilihat dari persentase angka Pengangguran Terbuka, dimana pengangguran terdidik dari pendidikan tinggi vokasi menyumbang 6 persen penganggur pada tahun 2019. Hal ini dikarenakan masih banyaknya lulusan perguruan tinggi yang belum memiliki keterampilan berdasarkan kebutuhan industri.
Disampig itu berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2017, keterserapan tenaga kerja di sektor industri dari pendidikan tinggi vokasi persentasenya juga masih kecil, sebesar 1,95 persen.
Situasi Vokasi
Hampir tiga bulan sejak merebaknya virus korona di Indonesia, dunia pendidikan tak terkecuali pendidikan tinggi vokasi melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam proses pembelajaran. Lembaga pendidikan vokasi pun harus menjalankan pembelajaran secara daring dan melakukan evaluasi pembelajaran.
Sementara itu, vokasi menekankan porsi lebih besar pada pembelajaran praktik, dengan proporsi 60 persen praktik berbanding 40 persen teori. Perubahan-perubahan secara mendadak dan drastis akhirnya harus dilakukan pendidikan vokasi dapat berjalan sesuai tujuan sekaligus menyesuaikan dampak dari penyebaran Covid-19.
Berbagai upaya dan strategi dilakukan pemerintah dan internal instansi pendidikan volasi dalam rangka penguatan pendidikan tinggi vokasi dalam masa pandemi ini. Sejumlah solusi jangka pendek maupun jangka panjang dengan berbagai kompromi ditawarkan untuk menyelesaikan kendala akibat belajar dengan sistem daring ini.
Pembelajaran daring dilakukan dengan terus melakukan modifikasi dan inovasi. Materi pembelajaran dikembangkan berbasis simulasi, multimedia, animasi, video, dan lain sebagainya. Kurikulum juga mengalami relaksasi agar penyampaian pembelajaran tetap dapat berjalan, misalnya dengan sistem blok.
Bagi kampus vokasi yang menekankan praktik lapangan, kini harus memutar otak mencari siasat agar mahasiswanya tetap bisa mengasah keterampilan teknis. Dalam hal ini kampus vokasi bisa menerapkan strategi khusus. Salah satu caranya adalah menggunakan simulasi untuk pembelajaran yang berkaitan dengan praktik.
Apabila ada, maka strategi lain bisa diterapkan dengan menempatkan mata kuliah teori di awal semester, sementara pembelajaran praktik ditempatkan di akhir semester. Pembalikan ini dapat diterapkan di pembelajaran yang mewajibkan hands on atau memegang mesin langsung.
Penyesuaian-penyesuaian ini dilakukan agar di masa pandemi Covid-19 ini pembelajaran tetap berlangsung meskipun masih banyak kendala. Masing-masing kampus politeknik juga terus melakukan pembenahan mengingat pandemi belum tahu kapan akan berakhir. Yang pasti semua proses dilakukan dengan mengedepankan protokol kesehatan dan mengutamakan keselamatan mahasiswa.
Peluang Vokasi
Namun, situasi ini sebenarnya tidak “mematikan” dunia pendidikan tinggi vokasi. Pandemi justru membuka celah bagi vokasi untuk masuk dan mengisi kebutuhan SDM berkualitas. Setelah pandemi Covid-19, sejumlah sektor industri dan dunia usaha memulai produksi dengan keterbatasan kuantitas dan kualitas SDM. Tidak sedikit dunia usaha dan dunia industri yang gulung tikar akibat pandemic Covid-19.
Kekurangan di dunia usaha dan industri ini bisa menjadi salah satu peluang besar pendidikan vokasi. Sejalan dengan itu, Rektor Telkom University, Adiwijaya dalam webinar bertajuk “Arah, Strategi dan Kebijakan Pendidikan Tinggi Vokasi Pasca Pandemi Covid-19" 30 Mei 2020, menekankan pentingnya layanan prima pendidikan vokasi.
Dalam webinar yang digelar Forum Direktur Vokasi Swasta Indonesia (FDVSI) itu. Adiwijaya menjelaskan Tiga hal penting yang harus diperhatikan untuk menciptakan service excellence tersebut. Ketiga hal itu adalah kemampuan untuk berperilaku Adaptive, Innovative dan Collaboration.
Pembicara lain di forum webinar yang sama, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto, menekankan peluang sinergi di masa pandemi ini.
Wikan mengemukakan, pandemi saat ini justru bisa menjadi momentum antara kampus vokasi dan dunia industri untuk duduk bersama. Pendidikan vokasi harus dapat beradaptasi dengan kondisi normal baru akibat Covid-19, demikian juga dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri. Saat industri sedang mengalami perubahan dampak dari pandemi, peluang itu bisa dimanfaatkan pendidikan tinggi vokasi untuk mempererat kolaborasi.
Peluang perkuatan sinergi vokasi dengan industri semakin terbuka pula seiring dibentuknya Direktorat Jendral Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) di bawah kepemimpinan Wikan Sakarinto yang baru saja dilantik 8 Mei lalu.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Peserta mengikuti kontes keterampilan teknik sepeda motor bertajuk Astra Honda Skill Contest (AHSC) for Vocational School 2018 di SMK Mitra Industri MM 2100, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (16/10/2018).
Prinsip Sinergi
Prinsip sinergi, yakni Link and Match antara politeknik dengan industri ke depan, tidak hanya sekadar tanda tangan Memoranding of Understanding (MoU) seperti kerapkali terjadi selama ini. Wikan mengibaratkan sinergi ini dengan sebuah hubungan yang tidak hanya sebatas pacaran, melainkan sampai menikah dan harus memenuhi “Paket Pernikahan”nya.
Prinsipnya, “pernikahan” pendidikan vokasi dan industri harus betul-betul mendalam dan berkelanjutan, serta menguntungkan seluruh pihak. Ada sembilan paket pernikahan yang ditawarkan, namun paling tidak enam paket harus dipenuhi agar kolaborasi dua pihak ini betul-betul menghasilkan output seperti yang diharapkan. Keenam paket tingkat kedalaman "pernikahan" bisa ditunjukkan dengan indikator seperti kesesuaian kurikulum, pengajar dari industri, kolaborasi program magang, sertifikasi kompetensi pengajar, komitmen penyerapan tenaga kerja dari lulusan vokasi, dan sertifikasi kompetensi lulusan.
Jika diibaratkan kompetensi lulusan suatu program studi adalah menu yang dipesan industri, maka resep atau kurikulumnya harus dibuat bersama, kemudian resep tersebut dimasak bersama antara dosen kampus dengan dosen tamu dari industri, lalu hasilnya dicoba bersama melalui program magang mahasiswa di industri, dan hasilnya dicap atau diberi label dengan sertifikasi kompetensi dari industri, hingga hasilnya bisa dinikmati atau dimanfaatkan oleh industri sebagai user atau masyarakat yang lebih luas.
Prestasi dan Komunikasi
Tahun 2020 ditargetkan sekitar 100 prodi vokasi di perguruan tinggi negeri ( PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta ( PTS) melakukan "Pernikahan Massal" (Link and Match) dengan puluhan bahkan ratusan industri.
Skema "Pernikahan Massal" ini akan menguntungkan banyak pihak. Bagi pendidikan tinggi vokasi, lulusannya akan semakin dihargai oleh industri dan dunia kerja karena kompetensi dan skills-nya yang semakin sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Sementara bagi industri akan lebih efisien karena sudah investasi di awal, tidak perlu lagi susah payah mentraining ulang yang memakan banyak waktu dan berbiaya mahal. Hal ini juga menjadi harapan dan catatan positif bagi calon-calon mahasiswa ketika akan masuk ke sebuah perguruan tinggi vokasi, akan mudah untuk mendapatkan pekerjaan atau tidak.
Tugas pendidikan tinggi vokasi sekarang adalah meningkatkan rekognisi terhadap institusinya dengan menunjukkan prestasi sebanyak-banyaknya dan aktif menjalin komunikasi dengan dunia industri, supaya dunia usaha dan dunia industri membuka tangannya lebar-lebar menyambut uluran tangan perguruan tinggi vokasi untuk berkolaborasi bersama membangun bangsa.
|