Selamat datang di website E-PAPER PERPUSTAKAAN DPRRI.

Koleksi Perpustakaan DPR RI

Judul Pembelajaran Jarak Jauh Kurang Efektif, tetapi Harus Dijalankan
Tanggal 30 April 2020
Surat Kabar Kompas
Halaman 0
Kata Kunci
AKD - Komisi X
Isi Artikel Sejak pertengahan Maret 2020, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat serta pemerintah kabupaten dan kota menerapkan belajar jarak jauh atau belajar mandiri di rumah untuk pendidikan dasar hingga menengah. Hanya saja, pelaksanaannya dirasa kurang efektif karena berbagai kendala, mulai dari interaksi antara guru dan siswa yang berkurang, masalah jaringan, hingga ketiadaan fasilitas. Berdasarkan catatan Kompas, Pemprov NTB sudah mengeluarkan keputusan belajar mandiri di rumah untuk tingkat SMA dan sederajat sejak 16 Maret 2020. Itu bersamaan dengan penetapan masa Siaga Tanggap Darurat Bencana Non-Alam Covid-19 Provinsi NTB. Kemudian secara bertahap, pemerintah kabupaten dan kota juga menerapkan hal serupa. Masih terjadinya wabah Covid-19 membuat Pemprov NTB melalui dinas pendidikan dan kebudayaan sudah beberapa kali mengeluarkan perpanjangan masa belajar mandiri di rumah. Terakhir pada Senin (27/4/2020) kemarin. Dalam pelaksanaannya, belajar mandiri di rumah yang dipandu guru secara daring menemui berbagai kendala. Meri Aryani, guru di SMAN 1 Mataram, mengatakan, kegiatan belajar jarak jauh menggunakan aplikasi Google Classroom dan Whatsapp. Kegiatan belajar sesuai dengan jadwal pelajaran normal. ”Sebagian besar teman-teman guru sekolah di Mataram sekarang pakai daring. Selain dua aplikasi itu, ada juga yang pakai Zoom,” kata Meri. Menurut Meri, sebelum memulai kelas, ia berkomunikasi dengan wali kelas. Kemudian wali kelas menginformasikan ke siswanya kalau ada jadwal. ”Biasanya, saya satu jam sebelum mulai mengunggah tugas, terlebih dahulu menginformasikan ke wali kelas. Kemudian diteruskan oleh wali kelas ke grup Whatsapp kelas dan grup wali supaya orangtua bantu cek kegiatan anak-anaknya,” kata Meri. Sementara untuk pelajaran lintas minat, misalnya anak-anak jurusan IPA bisa mengambil materi jurusan IPS atau sebaliknya, Meri yang mengajar Bahasa Inggris membuat grup tersendiri. ”Di aplikasi seperti Google Classrom, kita bisa atur batas pengumpulan tugas. Jadi ketahuan kalau ada yang mengumpulkan tugas telat. Pengumpulan tugas juga untuk melihat kehadiran siswa jadi harus memasukkan nilai tiap hari,” kata Meri. Menurut Meri, karena termasuk baru, pembelajaran jarak jauh dengan metode daring kurang efektif. Apalagi untuk dirinya yang mengajarkan bahasa. ”Di sekolah, saya bisa jalan untuk mengecek pekerjaan mereka di bangku masing-masing. Kemudian menjelaskan secara individual kalau ada kesulitan. Dalam kondisi sekarang, tidak bisa. Syukur-syukur kalau yang tidak mengerti bisa chat di Whatsapp sehingga bisa saya jelaskan,” kata Meri. Sejauh ini, kata Meri, materi yang dia unggah, baik dalam bentuk teks maupun presentasi, ia buat sejelas mungkin sehingga mudah dipahami. Meski demikian, tetap saja ada siswanya yang kurang mengerti. ”Dalam kondisi seperti itu, saya tetap bersabar. Apalagi anak saya yang masih kecil kadang mengajak main pas lagi sibuk membalas chat,” kata Meri. Sejauh ini, menurut Meri, tidak ada kendala pada jaringan internet yang dia gunakan. Sebaliknya, itu justru terjadi pada siswanya. ”Selain kuota internet, siswa-siswa saya yang suka bermasalah (koneksi internetnya). Belum lagi yang pakai Wi-Fi, koneksinya putus. Misalnya saat mengerjakan Google form, tiba-tiba error. Gara-gara itu, ada juga yang mengira tugasnya belum terkirim (sehingga diulang terus). Ternyata bisa sampai sepuluh kali masuknya,” kata Meri. Heny Fitria, salah satu guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Lombok Tengah yang juga mengajar Bahasa Inggris, mengatakan, belajar jarak jauh mengandalkan chat di grup Whatsapp. Tugas diunggah ke grup Whatsapp, kemudian siswa mengerjakan. Setelah itu, siswa mengumpulkan tugas dengan cara yang sama, guru menilai dan memberi catatan, kemudian mengunggah kembali. Menurut Heni, cara itu tidak efektif. Apalagi, tidak semua siswa di grup mau mengerjakan. ”Di salah satu grup, ada 25 siswa. Paling yang mengerjakan 10 orang. Alasannya karena enggak bisa, enggak mengerti, atau lupa,” kata Heny. Selain itu, kata Heny, ada siswa yang punya ponsel pintar, tetapi tidak memiliki kuota. Tidak sedikit juga siswa yang tidak punya ponsel pinter. Akibatnya, mereka tidak ikut mengerjakan tugas. Mulai jenuh Dihubungi secara terpisah, Kepala SMA 1 Utan, Kabupaten Sumbawa, Sayyudin mengatakan, adanya siswa yang tidak punya ponsel menjadi salah satu kendala. Oleh karena itu, sekolah menyiasatinya dengan meminta siswa tersebut bekerja sama dengan siswa yang punya ponsel dan tinggal dekat dengannya. Selain persoalan itu, kata Sayyudin, belajar jarak jauh yang sudah berlangsung cukup lama membuat siswa mulai dilanda kejenuhan. ”Awalnya, karena hal baru, belajar jarak jauh secara daring menarik bagi siswa. Namun, karena berlangsung lebih satu bulan, mereka mulai jenuh. Mereka mengaku rindu proses pembelajaran dengan tatap muka, termasuk interaksi dengan teman-temannya,” kata Sayyudin. Untuk menyiasati itu, kata Sayyudin, mereka meminta guru untuk lebih variatif memberi materi. Termasuk tidak hanya interaksi siswa guru setiap hari, tetapi ada penugasan yang lebih kreatif untuk mengurangi kejenuhan siswa. Misalnya tugas membuat video yang kemudian diunggah ke grup Whatsapp. ”Kami juga mewanti-wanti guru agar tidak memberi penugasan yang berlebihan. Misalnya anak harus keluar ke warnet atau mengerjakan tugas dalam kelompok besar,” kata Sayyudin. Meski banyak kendala, Sayyudin mengakui bahwa pelajaran jarak jauh dengan sistem daring adalah hal yang baru. ”Kalau dari efektivitas, pembelajaran tatap muka lebih efektif karena interaksinya lebih intensif. Namun, dengan ini, kami memiliki pengalaman sehingga jika menghadapi kondisi serupa, bisa lebih siap. Tentu nanti ada evaluasi apa yang perlu kita perbaiki,” katanya. Terkait ulangan semester, Sayyudin masih belum bisa memastikan bentuknya. Menurut dia, sudah ada instruksi dari dinas pendidikan dan kebudayaan untuk model semester daring. Ia mengatakan akan bertemu dengan seluruh guru untuk membahasnya.    
  Kembali ke sebelumnya