Judul | Butuh Kerja Sama Konkret ASEAN dalam Penanganan Covid-19 |
Tanggal | 21 April 2020 |
Surat Kabar | Kompas |
Halaman | - |
Kata Kunci | |
AKD |
- Komisi I - Komisi IX - Badan Kerja Sama Antar Parlemen |
Isi Artikel | JAKARTA, KOMPAS — Negara-negara anggota ASEAN membutuhkan kerja sama yang lebih konkret dalam penanganan pandemi global Covid-19 di kawasan ini. Indonesia dan negara-negara ASEAN bisa meniru langkah bersama yang telah dilakukan oleh negara-negara Uni Eropa atau bahkan Afrika. Dalam sepekan terakhir, dua kali Pemerintah Indonesia bersama sembilan negara anggota ASEAN lainnya telah bertemu secara virtual untuk membahas dan menggalang kerja sama dalam penanganan Covid-19 di kawasan ini, yaitu pada Selasa (14/4/2020). Pada hari yang sama, negara-negara ASEAN berbicara dengan tiga negara lainnya, yaitu China, Jepang, dan Korea Selatan, dalam kerangka ASEAN Plus Three (APT) yang berselang hanya beberapa jam setelah pelaksanaan KTT ASEAN. Hasilnya, terdapat tujuh kesepakatan di antara negara-negara anggota ASEAN, mulai dari perkuatan kerja sama antaranggota, termasuk di dalammya soal riset hingga perawatan, perlindungan warga ASEAN, hingga realokasi trust fund. Shafiah Muhibat, Kepala Departemen Hubungan Internasional Center for Strategic and International Studies (CSIS), dalam diskusi virtual yang membahas soal ”ASEAN Setelah Covid-19: Bagaimana Kelanjutannya”, di Jakarta, Senin (20/4/2020), mengatakan, kesepakatan-kesepakatan yang terjadi dalam KTT ASEAN tersebut lebih pada sebuah formalitas daripada sebuah konferensi tingkat tinggi. ”Sejak semula semangat pelaksanaan KTT itu sendiri memang bukan untuk menghasilkan dokumen yang mengikat. Akan tetapi, lebih kepada ingin menunjukkan bahwa ’mesin ASEAN’ bekerja dan ASEAN menyatakan sesuatu tentang permasalahan ini,” kata Shafiah. KEMENTERIAN LUAR NEGERI RI Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, Kamis (9/4/2020), saat hadir dalam telekonferensi pertemuan Dewan Koordinasi ASEAN. Dalam kesempatan itu, Menlu Retno menegaskan solidaritas bersama ASEAN untuk menghadapi Covid-19. Lebih lanjut, dia mengatakan, hal-hal yang tercantum dalam hasil KTT tersebut lebih pada proposal yang ditawarkan oleh Indonesia sebagai salah satu anggota dan sebagai pendiri ASEAN. Bahkan, dalam penilaian Shafiah, masalah penanganan Covid-19, setiap negara ASEAN cenderung berjalan sendiri-sendiri. Dirinya juga menilai ada keengganan dari sejumlah pemerintahan negara anggota ASEAN untuk bertindak sebagai sebuah kesatuan karena sumber daya di internal mereka sendiri sudah banyak tersedot untuk penanganan di dalam negeri. Tama Salim, editor Desk Internasional harian berbahasa Inggris The Jakarta Post, mengatakan, meski dalam beberapa proposal Indonesia menyerukan kerja sama dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pencegahan pandemi global, Indonesia akan memiliki kecenderungan sebagai penerima bantuan atau masukan daripada sebagai motor penggerak. Lembaga ASEAN Humanitarian Assistance (AHA) yang ada di Jakarta pun, menurut Shafiah, belum bisa banyak bergerak untuk membantu penanganan Covid-19 secara lebih terkoordinasi di antara negara-negara anggota ASEAN karena posisinya di dalam struktur masih membutuhkan persetujuan dari lembaga yang ada di atasnya, mulai dari para menteri kesehatan negara-negara anggota hingga para pemimpin negara itu sendiri. Pelajaran dari Uni Eropa dan Afrika Fitriani, peneliti CSIS, dalam paparannya, mengatakan, dengan kemiripan wilayah kerja, yaitu sebagai organisasi regional, ASEAN bisa banyak belajar dari kerja sama negara-negara Uni Eropa. Petugas melewati bilik penyemprot disinfektan setelah mengantarkan berkas pemeriksaan awal pemudik yang melaporkan diri di posko karantina Graha Wisata, Jalan Slamet Riyadi, Solo, Jawa Tengah, Senin (20/4/2020). Pemerintah Kota Solo mengubah gedung pertemuan itu menjadi tempat karantina bagi pemudik yang pulang ke Kota Solo. Hal tersebut untuk mengurangi penyebaran virus korona baru. Dia menjelaskan, selain menetapkan penutupan wilayah-wilayah perbatasan—hal yang juga dilakukan oleh negara-negara ASEAN—Uni Eropa juga menetapkan kebijakan bersama dalam berbagai bidang, mulai dari sektor pertanian, farmasi, ekonomi dan keuangan, hingga peta jalan untuk mengakhiri isolasi wilayah. Lembaga-lembaga yang ada di bawah Komisi Eropa bergerak bersama untuk membantu negara anggota meringankan dampaknya. Sementara di Afrika, menurut Fitriani, secara mengejutkan mereka membuat komitmen bersama dan bergerak bersama dalam penanganan pandemi ini di wilayah mereka. Negara-negara Afrika, menurut dia, tampaknya belajar dari penanganan kasus ebola dalam penanganan pandemi kali ini. ”Bahkan, mereka membentuk gugus tugas dokter bersama-sama untuk penanganan pandemi ini,” kata Fitriani. Sementara Ibrahim Al Muttaqi, Ketua Studi ASEAN The Habibie Center, mengatakan, setelah pandemi ini bisa ditangani, negara-negara ASEAN akan beradaptasi dengan menelurkan berbagai kebijakan, seperti halnya ketika negara-negara ASEAN dan dunia terimbas krisis ekonomi pada 2008. |
Kembali ke sebelumnya |