Selamat datang di website E-PAPER PERPUSTAKAAN DPRRI.

Koleksi Perpustakaan DPR RI

Judul Direktur Utama PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Hexana Tri Sasongko, Ke Depan Akan Jualan Proteksi
Tanggal 13 Juli 2020
Surat Kabar Bisnis Indonesia
Halaman 3
Kata Kunci
AKD - Komisi VI
Isi Artikel Bisnis, JAKARTA — Persoalan gagal bayar PT Asuransi Jiwasraya (Persero) masih belum menemui titik terang. Untuk mengetahui kondisi Jiwasraya dan langkah penyehatan yang akan ditempuh, Bisnis mewawancarai Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko yang berlangsung pada Kamis (9/7). Berikut petikannya. Sebenarnya bagaimana kondisi Jiwasraya saat ini? Saya mengatakan untuk menyehatkan perusahaan ini, apa sih yang harus dilakukan? Saya katakan, perusahaan ini harus direstrukturisasi. Ingat kan? Saya melakukan turn around, apa? Orientasi bisnisnya. Kedua, setelah bisnisnya diperbaiki, tidak cukup. Harus ada penguatan permodalan. Itu domain-nya siapa? Pemegang saham. Terus dibalik, kalau pemegang saham inject, memperkuat modal, selamat enggak perusahaan ini? Saya jawab tidak. Kenapa? Karena harus diperbaiki dulu perusahaannya. Restrukturisasi kami bagi menjadi dua, yaitu menyehatkan portofolio existing, baik yang tradisional maupun saving plan. Yang tradisional itu terutama yang korporasi. Itu harus disehatkan menjadi, yang bahasanya Pak Tiko [Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoadmotjo], diwajarkan dalam modelling dan pricing terutama Kenapa begitu? Karena janji yang diberikan itu bersifat garansi dan jujur saja tidak mungkin bisa di-cover dari investasi keuangan. Kalau tidak direstrukturisasi, disuntik modal berapapun percuma karena hanya akan menutup negative spread-nya saja. Dan restrukturisasi ini sebenarnya mengembalikan kepada return yang wajar. Nanti kalau sudah bisa direstrukturisasi, artinya dibandingkan dengan market, yield positif. Perusahaan bisa berubah menjadi perusahaan yang profi t. Kalau sudah sehat, kita bisa memenuhi janji manfaat polis. Begini, filosofi manfaat pensiun itu menjaga kesejahteraan, nilai ketika memasuki masa tidak produktif. Bukan untuk berspekulasi. Harus ada conservatism, nilainya supaya enggak turun, tidak termakan infl asi. Kalau sebuah asuransi mengelola produk pensiun menjanjikan [imbal hasil] yang tinggi-tinggi itu sudah melanggar fi losofi . Asuransi sebetulnya harus dijauhkan dari spekulasi. Dan ingat ada keterbatasan instrumen [investasi] di negara ini. Kalau instrumennya terbatas, jangan main api. Asuransi itu memproteksi risiko orang, maka dia harus bisa memproteksi risikonya sendiri. Kalau tidak, [perusahaan asuransi] hanya menjual janji. Asuransi tagihannya bisa berlipat-lipat dari premi yang Anda simpan. Karena masalah probabilitas maka asuransi itu ngomong proteksi. Itu kaidah dasar asuransi, berkembang ke investasi. Sebenarnya produk yang bersifat investasi itu membesarkan balance sheet. Bagaimana rencana penyehatan yang saat ini disiapkan Jiwasraya dan Kementerian BUMN selaku pemegang saham?  Mungkin saya belum bisa terlalu jauh, karena sebagaimana kita ketahui, corporate action bukan sesuatu yang dibicarakan sebelum final. Karena namanya itu perjalanan panjang. Bahkan saat CSPA [conditional sales purchase agreement] pun masih ada C-nya, conditional. Oleh karena itu saya tidak mau berbicara corporate action dulu. Ke depan kami akan jualan proteksi. Kalau pun ada unsur investasinya, itu kami arahkan ke unit-linked. Itu risikonya ada di peserta karena pilihannya [jenis investasi] tergantung peserta. Dan unit-linked ini prinsipnya segregated fund, kalau saving plan itu blended. Campur dengan premi yang lain, sehingga tidak punya dedicated asset. Ke depan dalam restrukturisasi, produk ritel juga akan diganti menjadi produk unit-linked. Mungkin tidak langsung, karena tidak cukup aset. Kami sudah fi ling ke OJK, produk baru yang tidak bergaransi panjang. Sepanjang masa transisi mungkin hanya satu tahun. Kan unit-linked ada backup asset. Kami kan perusahaan yang sedang kena pressure di reputation risk, dan insolven. Tentu kami enggak bisa nge-push penjualan. Perusahaan kayak begini jangan diukur dengan kondisi normal. Perusahaan yang under restructuring, going concern itu fokusnya sampai ke penyelamatan. Yang kami lakukan adalah penyelamatan dulu, baru penyehatan. Perkembangan solusi yang sedang dibahas itu seperti bagaimana? Skemanya sudah makin mengerucut, seperti kesepakatan yang waktu di Komisi VI [DPR] belum bisa disampaikan karena masih pembahasan. Kira-kira garis besarnya seperti yang disampaikan Pak Wakil Menteri [BUMN]-lah. Aset tersisa sekarang sudah kurang dari sepertiganya total liabilitas. Dalam kondisi seperti itu maka pilihannya adalah diselamatkan atau tidak diselamatkan. Kalau suruh selamat sendiri mungkin enggak? Sudah tidak mungkin. Mau bisnis digenjot kayak bagaimana pun kalau aset yang menghasilkan uang hanya sepertiga dari yang minta makan, sudah tidak mungkin. Sekarang sudah mengupayakan penyelamatan. Sekarang sedang berupaya untuk itu. Sumbernya dari mana? Ada yang dari PMN [penyertaan modal negara] dan non PMN. Saya tidak mendahului dulu. Namun skenario solusi kepada nasabah, termasuk restrukturisasi sangat tergantung dari penyelamatan yang kami peroleh. Semakin besar semakin bagus. Semakin kecil, sacrifi cing nasabah semakin terasa. Jadi tidak semuanya dalam bentuk cash. Memang yang memerlukan itu yang motifnya investasi. Nanti solusinya antara cash dan noncash, itu bertahap. Soal restrukturisasi itu bagaimana? Belum bisa secara detail, karena skenarionya sangat tergantung. Prinsipnya, restrukturisasi itu mengembalikan kepada normality. Spirit-nya sama, bukan kita tidak mau membayar. Setiap polis tercatat dengan baik di liabilitas. Kami punya itikad untuk membayar. Cuma kemampuannya terbatas. Dari kemampuan itu harus dialokasikan kepada pemegang polis secara proporsional. Kemampuan Jiwasraya menghasilkan uang di luar bantuan pemerintah sebesar apa? Kami kan punya aset-aset yang dianggurkan saja selama ini. Kami akan kerjasamakan dengan banyak pihak, atau dilikuidasi, dijual. Karena jujur saja, komposisi aset propertinya itu cukup tinggi. Gedung, tanah, bangunan, itu banyak Jiwasraya. Itu turn over-nya kan rendah. Namun karena Covid-19 begini, menjadi enggak smooth karena properti kena. Gambaran restrukturisasi itu seperti apa? Dan dampak kepada nasabah bagaimana? Mungkin polisnya akan ditukar dengan polis baru. Namun saya juga belum bisa membahas detail-detailnya dulu. Produknya seperti apa, sedang fi ling di OJK tapi produk itu ada. Mengandung unsur installment angsuran, bertahap, dengan proteksi. Tapi juga belum fi nal. Jadi ditukar, dibuka dengan term and condition baru yang mungkin tidak setinggi dulu janji return-nya. Pak Tiko ngomong turun kan [bunganya]. Dan untuk yang ritel dan bancassurance mengandung unsur tahapan pembayaran. Pewawancara: Wibi Pangestu Pratama
  Kembali ke sebelumnya