Selamat datang di website E-PAPER PERPUSTAKAAN DPRRI.

Koleksi Perpustakaan DPR RI

Judul Pengguna Angkutan Umum Sambut Alat Tes Covid-19 GeNose
Tanggal 25 Januari 2021
Surat Kabar Kompas
Halaman 0
Kata Kunci
AKD - Komisi V
- Komisi IX
Isi Artikel Tes Covid-19 sebagai prasyarat naik angkutan yang tidak memberatkan dan membuat penumpang nyaman diharapkan akan meningkatkan okupansi dan keamanan bertransportasi. OlehERIKA KURNIA   JAKARTA, KOMPAS — Masyarakat pengguna angkutan publik jarak jauh menyambut baik rencana pemerintah untuk memanfaatkan alat tes Covid-19 buatan dalam negeri, GeNose. Tes Covid-19 sebagai prasyarat naik angkutan yang tidak memberatkan dan membuat penumpang tetap nyaman diharapkan akan meningkatkan okupansi dan keamanan bertransportasi. Dari keterangan tertulis yang dikutip Kompas, Senin (25/1/2021), Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, alat deteksi Covid-19 Gadjah Mada Electric Nose (GeNose) akan digunakan secara acak pada moda transportasi bus dan kereta mulai 5 Februari 2021. ”Kami sudah memesan 200 unit GeNose yang disebar di 44 titik stasiun di seluruh Jawa dan Sumatera,” kata Budi. Ratusan unit GeNose lainnya akan datang menyusul untuk disebar di terminal-terminal bus di daerah-daerah. Kementerian Perhubungan melakukan pemesanan setelah alat pendeteksi Covid-19 ini mendapatkan persetujuan edar dari Kementerian Kesehatan dan Satgas Penanganan Covid-19, akhir Desember 2020. GeNose dikembangkan tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada sejak beberapa bulan lalu. Alat ini berbeda dengan alat tes lain yang ada sekarang. GeNose menggunakan embusan napas untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi Covid-19 atau tidak. Hasil pemeriksaan tes menggunakan sistem kecerdasan buatan dan bisa selesai hanya dalam waktu beberapa menit dengan tingkat akurasi di atas 90 persen. Selain cepat, pemeriksaan dengan GeNose juga berbiaya sangat murah, yakni Rp 15.000-Rp 25.000. Pemeriksaan dengan GeNose tidak membutuhkan reagen atau bahan kimia lainnya. Selain itu, pengambilan sampel dengan embusan napas juga dinilai lebih nyaman dibandingkan pengambilan sampel dengan metode swab atau usap (Kompas, 26/12/2020). Budi menjelaskan, pengecekan Covid-19 dengan GeNose dilakukan pertama kali di moda transportasi kereta api dan bus karena harga tiket pada rute tertentu lebih murah daripada biaya pengecekan Covid-19 dengan tes cepat (rapid) antigen atau PCR. Adikarya Purnama (36), warga Jakarta yang kerap menggunakan bus untuk pulang ke Semarang, Jawa Tengah, senang dengan adanya terobosan ini. Ia berharap, alat tes tersebut jadi metode utama untuk mengecek kesehatan setiap kali akan bertransportasi di masa pandemi. Ia bercerita, akhir tahun lalu, ia tidak jadi pulang kampung karena ada kewajiban tes antigen yang berbiaya Rp 250.000, lebih mahal daripada harga tiket bus sekali jalan yang sekitar Rp 200.000. ”Kalau ada alat tes yang lebih murah pastinya senang karena harga tesnya masuk akal untuk biaya transportasinya yang memang rendah,” ujarnya. Karyawan swasta seperti Anggriawan (28), yang kerap pergi-pulang Jakarta-Bandung dengan kereta api juga menyambut baik inovasi tersebut. Tes antigen atau PCR, yang menggunakan metode usap, setiap sebelum dan sesudah bertransportasi membuatnya agak trauma. ”Mungkin agak berlebihan, tetapi kalau saya pribadi selalu takut setiap kali harus dicolok hidung. Saya sampai pernah terpikir untuk beli keterangan sehat palsu saat mau pulang ke Bandung untuk menghindari tes tersebut,” tuturnya VP Public Relations KAI Joni Martinus, dalam keterangan persnya, juga menyambut baik hadirnya layanan deteksi Covid-19 yang cepat, murah, dan akurat. Pihaknya berencana akan membeli GeNose yang akan digunakan di stasiun kereta api sambil menunggu regulasi lebih lanjut dari pemerintah. ”KAI mendukung penuh semua langkah dan kebijakan pemerintah untuk mencegah penyebaran Covid-19 di masyarakat. Penggunaan GeNose pada transportasi kereta api merupakan kebanggaan tersendiri bagi KAI karena dapat menjadi salah satu yang pertama menerapkan inovasi tersebut,” tutur Joni. Okupansi Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Organisasi Angkutan Darat (Organda) Ateng Aryono berharap aplikasi alat tes tersebut ikut mendorong okupansi angkutan bus. Menurut catatannya, tingkat keterisian angkutan umum penumpang harian, khususnya di Jawa dan Bali, rata-rata masih 30 persen. Sementara selama penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), daya angkut penumpang transportasi rute jarak jauh maksimal 50 persen dari kapasitas tersedia. Kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia yang terus meningkat, menurut dia, sudah menahan keinginan masyarakat untuk bepergian. Biaya tes yang kerap setara ongkos perjalanan, kendati pemerintah memberikan keringanan harga, juga membuat masyarakat cenderung memilih kendaraan pribadi. ”Tapi kami, sebagai penyedia transportasi tetap komitmen untuk menerapkan 3M, termasuk pemeriksaan suhu untuk penumpang dan pengemudi, serta pembersihan perangkat,” katanya.    
  Kembali ke sebelumnya