Isi Artikel |
Resmi Beroperasi, Bendungan Bendo Ditargetkan Tingkatkan Indeks Pertanaman Pangan di Jatim
PONOROGO,KOMPAS — Pengoperasian Bendungan Bendo di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, ditargetkan mampu meningkatkan indeks pertanaman, terutama tanaman pangan, sehingga bisa tanam dua kali, bahkan tiga kali dalam setahun. Masyarakat terutama petani diminta memanfaatkan sebaik-baiknya agar produktivitas pertaniannya meningkat.
Pernyataan itu disampaikan Presiden Joko Widodo saat meresmikan Bendungan Bendo di Desa Ngindeng, Kecamatan Sawoo, Ponorogo, Selasa (7/9/2021). Pengoperasian bendungan dengan kapasitas 43 juta meter kubik itu dilakukan menyusul dirampungkannya proses pembangunan yang berlangsung sejak 2016 lalu.
”Dengan luas genangan 170 hektar (ha) serta tinggi bendungan 74 meter, Bendungan Bendo akan menyediakan kebutuhan irigasi untuk 7.800 ha sawah dan pasokan air baku sebesar 370 liter per detik,” ujar Presiden Joko Widodo.
Dalam kunjungan kerjanya tersebut, Presiden Joko Widodo didampingi Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko, serta sejumlah menteri di antaranya Menteri Pekerjaan Umum dan Pembangunan Rakyat Basuki Hadi Muljono.
Baca juga: Bendungan Way Sekampung Tingkatkan Kesejahteraan Petani
Selain untuk memenuhi kebutuhan pengairan pada sektor pertanian, terutama tanaman pangan, Bendungan Bendo juga berfungsi mereduksi dampak bencana banjir hingga 31 persen. Keberadaan bendungan diprediksi mampu mengurangi volume banjir sebesar 117,4 meter kubik per detik.
SEKRETARIAT PRESIDEN
Bendungan Bendo di Ponorogo. Foto tangkapan layar.
Presiden Joko Widodo mengatakan pemerintah telah dan akan menyelesaikan 17 bendungan pada tahun ini. Infrastruktur tersebut, antara lain, Bendungan Tukul di Pacitan, Tapin di Kalimantan Selatan, Napun Gete di Nusa Tenggara Timur (NTT), Sindang Heula di Banten, dan Way Sekampung di Lampung, serta Bendungan Bendo di Ponorogo.
Dalam waktu dekat akan diresmikan Bendungan Pasar Loreng, Karalloe, di Sulawesi Selatan, Bendungan Ladongi di Kolaka Timur, Bintang Bano di Sumbawa Barat, Ciawi dan Sukamahi di Jabar, Gongseng di Bojonegoro, Pidekso di Jateng, dan Margatiga di Lampung Timur.
Dengan luas genangan 170 hektar (ha) serta tinggi bendungan 74 meter, Bendungan Bendo akan menyediakan kebutuhan irigasi untuk 7.800 ha sawah dan pasokan air baku sebesar 370 liter per detik.
Dengan telah dan akan diselesaikannya 17 bendungan tahun ini, produktivitas pertanian diharapkan meningkat. Oleh karena itulah Presiden Jokowi berpesan agar bendungan tersebut disambungkan dengan seluruh jaringan irigasi sehingga masyarakat terutama petani bisa memanfaatkannya.
Sementara itu, menurut Basuki Hadi Muljono, kontrak pembangunan Bendungan Bendo ditandatangi sejak 2013, tetapi pengerjaan fisik baru dimulai 2016 dan selesai pada 2020. Bendungan ini memiliki bagian bawah yang berfungsi sebagai storage atau waduk untuk menampung air dari Sungai Geang. Sungai tersebut merupakan anak dari Sungai Madiun.
Baca Juga: Optimalkan Bendungan Tukul Di Pacitan Untuk Perkuat Ketahanan Pangan
Pada posisi di bawah Bendungan Bendo terdapat empat bendungan, yakni Nginden, Kori, Wilangan, dan Jati. Bendungan Nginden, Kori, dan Wilangan berada di wilayah Kabupaten Ponorogo dengan luas wilayah pengairan mencapai 3.300 ha lahan pertanian. Adapun Bendungan Jati berada di wilayah Kabupaten Madiun dengan luas pengairan 4.500 ha.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Warga Desa Kusnanto mengecek sumur bor desa yang ia sewa untuk mengairi kebun tembakau di Desa Tatung, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Sabtu (31/8/2019). Desa Tatung memiliki tiga sumur bor yang pembuatannya menggunakan dana desa. Warga dikenai tarif Rp 12.000 per jam untuk menggunakan sumur bor tersebut.
”Dengan dioperasikannya Bendungan Bendo, diharapkan mampu meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dari 170 menjadi 260 per tahun,” kata Basuki.
Indeks Pertanaman merupakan hasil perbandingan antara jumlah luas pertanaman dengan pola tanam selama setahun dengan luas lahan yang tersedia untuk ditanami. Dengan IP 170 artinya, hanya bisa ditanami tanaman padi sebanyak satu kali dan tanaman palawija sebanyak dua kali dalam setahun.
Namun, dengan peningkatan IP menjadi 260 artinya, lahan pertanian bisa ditanami tanaman padi sebanyak dua kali dan palawija sebanyak sekali dalam setahun. Seiring meningkatkan IP, terutama padi, produktivitas pertanian khususnya tanaman pangan akan naik.
Menanggapi diresmikannya Waduk Bendo, Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko merasa senang karena memberi manfaat banyak bagi kehidupan masyarakat. Salah satunya, mengubah sawah yang sebelumnya kurang produktif karena hanya mengandalkan hujan sebagai sumber pengairan, menjadi produktif dengan sistem pengairan teknis.
Baca Juga: Jawa Timur ”Refocusing” Anggaran Tangani Pandemi
Dengan sistem irigasi teknis, frekuensi panen meningkat sehingga produksi padi meningkat. Hal itu akan memperkuat kontribusi Ponorogo sebagai salah satu lumbung pangan di Jatim. Berdasarkan data Dinas Pertanian Ponorogo, surplus produksi gabah mencapai 214.000 ton setiap tahun.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Kepala Desa Tatung Rudi Sugiharto mengecek lahan melon yang diairi air dari sumur bor desa, Kecamatan Balong, Ponorogo, Jawa Timur, akhir Agustus 2019.
”Waduk Bendo juga bermanfaat mengendalikan bencana banjir yang mengintai warga saat musim hujan,” ujar Sugiri Sancoko.
Pernyataan senada juga disampaikan Kepala Desa Ngindeng Bima Sakti Putra. Dengan dioperasikannya Waduk Bendo, dia berharap bisa dimanfaatkan sebagai obyek wisata alam dan wisata budaya yang akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat di desanya dan desa di sekitarnya.
Berdasarkan catatan Kompas, Presiden Joko Widodo pernah mengunjungi Waduk bendo pada Jumat (4/12/2018). Saat itu, progres pembangunan salah satu proyek strategis nasional di Jatim ini sudah mencapai 77 persen dan ditargetkan selesai akhir 2018.
Pemerintahan Joko Widodo gencar membangun bendungan atau waduk karena manfaatnya yang besar dan beragam. Selain mendukung produktivitas petani, bendungan juga berfungsi membantu mengatasi kesulitan air bersih dan mengurangi kerugian masyarakat akibat banjir.
|