Selamat datang di website E-PAPER PERPUSTAKAAN DPRRI.

Koleksi Perpustakaan DPR RI

Judul Banjir Membuat Desa Pedalaman di Aceh Timur Terisolasi
Tanggal 06 Januari 2022
Surat Kabar Kompas
Halaman 11
Kata Kunci
AKD - Komisi IV
Isi Artikel BENCANA HIDROMETEOROLOGI Judul: Banjir Membuat Desa Pedalaman di Aceh Timur Terisolasi Penulis/reproter: Zulkarnaini Banjir yang melanda seba- gian besar wilayah di pe- sisir timur Provinsi Aceh mulai surut. Namun, beberapa desa di pedalaman Kabupaten Aceh Timur masih terisolasi. Pantauan Kompas, Rabu (5/1/2022), sejumlah desa di Kecamatan Peureulak, Aceh Timur, masih terendam banjir sedalam 30 sentimeter hingga 1,5 meter. Sebagian warga ma- sih mengungsi. Di Desa Tanah Datar, Desa Bandrong, dan Desa Cek Mbon, Kecamatan Peureulak, ketinggian air ada yang men- capai 1,5 meter. Warga di desa tersebut terisolasi karena jalan antardesa tergenang. Sepeda motor tidak bisa melintasi, se- bagai ganti warga mengguna- kan sampan. Kepala Desa Bandrong, Masdar Majid, mengatakan, banjir yang menggenangi de- sanya sejak Sabtu (1/1) hingga Rabu belum surut. Sebanyak 100 warga mengungsi ke balai desa. ”Sawah 20 hektar yang baru ditanam terendam. Habis banjir harus semai benih ba- ru,” kata Masdar. Bantuan logistik untuk war- ga pedalaman diantar oleh Ba- dan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Timur menggunakan perahu. Namun, warga kekurangan air bersih, obat-obatan, dan kebutuhan bayi. Desa Cek Mbon hingga kini masih belum bisa diakses dengan jalan darat. Jembatan menuju desa itu ambruk. Meski sudah surut, potensi banjir susulan masih ada kare- na permukaan air sungai cu- kup tinggi. Jika hujan seha- rian, banjir akan terjadi lagi Kepala BPBD Aceh Timur Ashadi mengatakan, sebagian besar banjir mulai surut. Ada- pun beberapa desa yang masih tergenang terus dipantau dan kebutuhan logistik untuk war- ga terus dipasok. ”Kami masih menghitung kerugian dampak banjir,” kata Ashadi. Selain di Aceh Timur, banjir yang melanda Aceh Utara se- bagian besar juga mulai surut. Kota Lhoksukon yang sebe- lumnya lumpuh kini telah bisa dilintasi kendaraan. Kepala BPBD Aceh Ilyas Yunus mengatakan, banjir Aceh Uta- ra, Aceh Timur, dan Aceh Ta- miang pada awal tahun mem- buat kehidupan warga tergang- gu, baik aktivitas ekonomi, so- sial, maupun pendidikan. ”Meski sudah surut, potensi banjir susulan masih ada kare- na permukaan air sungai cu- kup tinggi. Jika hujan seha- rian, banjir akan terjadi lagi,” kata Ilyas. Banjir di Aceh menelan kor- ban empat orang, yaitu tiga anak-anak dan satu warga lan- sia, akibat terseret arus di Aceh Timur dan Aceh Utara. Pemprov Aceh telah menya- lurkan bantuan logistik kepada pengungsi berupa beras, air kemasan, telur, mi instan, mi- nyak goreng, dan gula pasir. Bantuan logistik juga terus berdatangan dari warga lain. Kehilangan harapan Bencana banjir di Provinsi Aceh membuat warga nyaris kehilangan harapan. Mereka lelah terus-menerus menjadi korban. Hasil keringat pun raib diseret arus air bah. Majid (52), warga Desa Lhok Seuntang, Kecamatan Julok, Aceh Timur, Selasa (4/1), hanya bisa pasrah me- nyaksikan sawahnya tergenang banjir. Padahal, saat ini sudah masuk masa tanam. Benih pa- di pun raib dibawa arus banjir. Sawah seluas setengah hek- tar itu satu-satunya sumber penghidupan utama keluarga- nya. Majid merugi sedikitnya Rp 2 juta untuk membeli be- nih, pupuk, ongkos bajak, dan perlengkapan menghalau tikus. Kalau banjir sudah reda, sawah itu akan digarap kembali. Na- mun, Majid harus kembali me- ngeluarkan modal untuk membeli benih dan pupuk. ”Mudah-mudahan ada ban- tuan benih dan pupuk dari pe- merintah. Memulai dari awal lagi, bagi petani di sini berat,” kata Majid. Persawahan milik warga De- sa Lhok Seuntang, sejak Ming- gu (2/1) hingga Selasa (4/1), berubah menjadi lautan air. Petani jelas rugi. Sebagian sa- wah baru saja ditanam. Kini, batang padi muda terendam, tidak ada harapan selamat. Sementara tambak ikan dan udang yang nyaris panen juga tak luput dari genangan banjir. ”Ikan di tambak sudah ke laut dibawa banjir,” ujar Majid. Kepala Desa Lhok Seuntang Darwin mengatakan, Krueng (Sungai) Arakundo meluap ka- rena hujan deras dalam bebe- rapa hari. Dampaknya, sawah dan tambak seluas 80 hektar di kawasan itu tergenang. Rumah warga juga tidak luput dari banjir. Kini semua warga desa itu mengungsi ke balai desa. Mereka harus berbagi tempat untuk tidur. Biasanya banjir akan surut dalam waktu tiga hari. Namun, kali ini sepertinya akan lebih lama. Anak-anak tidak bisa bersekolah dan orang dewasa tidak bisa mencari nafkah. Di Aceh Timur, banjir merendam 68 desa. Ribuan warga harus mengungsi. Hing- ga Selasa (4/1), banjir di se- jumlah desa belum surut. Ti- dak hanya menelan harta ben- da, banjir di Aceh Timur pun merenggut satu korban jiwa. Junaidi (45), warga Lhok- sukon, Aceh Utara, menatap nanar ke kios miliknya di se- berang jalan nasional, kota Lhoksukon, Senin (3/1). Kios buah itu porak-poranda diter- jang arus banjir. ”Saya rugi se- kitar Rp 20 juta. Setiap tahun kota Lhoksukon dilanda banjir. Saya selalu jadi korban,” ujar Junaidi. Sungai meluap Wakil Bupati Aceh Utara Fauzi Yusuf menuturkan, ban- jir disebabkan meluapnya Kru- eng Keureuto, Krueng Peutoe, dan Krueng Pirak. Sungai-su- ngai tersebut meluap karena debit air naik setelah diguyur hujan dalam intensitas tinggi. Hulu sungai-sungai itu berada di Kabupaten Bener Meriah. Namun, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh Ahmad Shalihin mengatakan, penggunaan la- han yang tidak sesuai fungsi memicu kerentanan lingkung- an. Banyak tutupan hutan di Aceh Tamiang, Aceh Timur, dan Aceh Utara berubah men- jadi perkebunan kelapa sawit. Padahal, kawasan hutan yang telah beralih fungsi tersebut umumnya berada di area hulu daerah aliran sungai. Kehilangan tegakan pohon membuat tanah tak mampu menyerap air. Akibatnya, lim- pasan air hujan akan langsung meluncur ke sungai. Dalam waktu yang sama, banyak su- ngai dalam keadaan dangkal sehingga debit air yang naik justru meluap ke permukiman warga. Shalihin mengatakan, peme- rintah daerah harus mampu mengelola wilayahnya sesuai dengan fungsinya. ”Sudah sa- atnya pemerintah daerah me- nyusun rencana induk pena- nganan banjir. Jika tidak, se- lamanya banjir akan jadi an- caman,” katanya.
  Kembali ke sebelumnya