Isi Artikel |
BENCANA HIDROMETEOROLOGI
Judul: Banjir Membuat Desa Pedalaman di Aceh Timur Terisolasi
Penulis/reproter: Zulkarnaini
Banjir yang melanda seba-
gian besar wilayah di pe-
sisir timur Provinsi Aceh
mulai surut. Namun, beberapa
desa di pedalaman Kabupaten
Aceh Timur masih terisolasi.
Pantauan Kompas, Rabu
(5/1/2022), sejumlah desa di
Kecamatan Peureulak, Aceh
Timur, masih terendam banjir
sedalam 30 sentimeter hingga
1,5 meter. Sebagian warga ma-
sih mengungsi.
Di Desa Tanah Datar, Desa
Bandrong, dan Desa Cek
Mbon, Kecamatan Peureulak,
ketinggian air ada yang men-
capai 1,5 meter. Warga di desa
tersebut terisolasi karena jalan
antardesa tergenang. Sepeda
motor tidak bisa melintasi, se-
bagai ganti warga mengguna-
kan sampan.
Kepala Desa Bandrong,
Masdar Majid, mengatakan,
banjir yang menggenangi de-
sanya sejak Sabtu (1/1) hingga
Rabu belum surut. Sebanyak
100 warga mengungsi ke balai
desa. ”Sawah 20 hektar yang
baru ditanam terendam. Habis banjir harus semai benih ba-
ru,” kata Masdar.
Bantuan logistik untuk war-
ga pedalaman diantar oleh Ba-
dan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Aceh Timur
menggunakan perahu. Namun,
warga kekurangan air bersih,
obat-obatan, dan kebutuhan
bayi. Desa Cek Mbon hingga
kini masih belum bisa diakses
dengan jalan darat. Jembatan
menuju desa itu ambruk.
Meski sudah surut, potensi
banjir susulan masih ada kare-
na permukaan air sungai cu-
kup tinggi. Jika hujan seha-
rian, banjir akan terjadi lagi
Kepala BPBD Aceh Timur
Ashadi mengatakan, sebagian
besar banjir mulai surut. Ada-
pun beberapa desa yang masih
tergenang terus dipantau dan
kebutuhan logistik untuk war-
ga terus dipasok. ”Kami masih
menghitung kerugian dampak
banjir,” kata Ashadi.
Selain di Aceh Timur, banjir
yang melanda Aceh Utara se-
bagian besar juga mulai surut.
Kota Lhoksukon yang sebe-
lumnya lumpuh kini telah bisa
dilintasi kendaraan. Kepala
BPBD Aceh Ilyas Yunus
mengatakan, banjir Aceh Uta-
ra, Aceh Timur, dan Aceh Ta-
miang pada awal tahun mem-
buat kehidupan warga tergang-
gu, baik aktivitas ekonomi, so-
sial, maupun pendidikan.
”Meski sudah surut, potensi
banjir susulan masih ada kare-
na permukaan air sungai cu-
kup tinggi. Jika hujan seha-
rian, banjir akan terjadi lagi,”
kata Ilyas.
Banjir di Aceh menelan kor-
ban empat orang, yaitu tiga
anak-anak dan satu warga lan-
sia, akibat terseret arus di
Aceh Timur dan Aceh Utara.
Pemprov Aceh telah menya-
lurkan bantuan logistik kepada
pengungsi berupa beras, air
kemasan, telur, mi instan, mi-
nyak goreng, dan gula pasir.
Bantuan logistik juga terus
berdatangan dari warga lain.
Kehilangan harapan
Bencana banjir di Provinsi
Aceh membuat warga nyaris
kehilangan harapan. Mereka
lelah terus-menerus menjadi
korban. Hasil keringat pun
raib diseret arus air bah.
Majid (52), warga Desa
Lhok Seuntang, Kecamatan
Julok, Aceh Timur, Selasa
(4/1), hanya bisa pasrah me-
nyaksikan sawahnya tergenang
banjir. Padahal, saat ini sudah
masuk masa tanam. Benih pa-
di pun raib dibawa arus banjir.
Sawah seluas setengah hek-
tar itu satu-satunya sumber
penghidupan utama keluarga-
nya. Majid merugi sedikitnya
Rp 2 juta untuk membeli be-
nih, pupuk, ongkos bajak, dan
perlengkapan menghalau tikus.
Kalau banjir sudah reda, sawah
itu akan digarap kembali. Na-
mun, Majid harus kembali me-
ngeluarkan modal untuk
membeli benih dan pupuk.
”Mudah-mudahan ada ban-
tuan benih dan pupuk dari pe-
merintah. Memulai dari awal
lagi, bagi petani di sini berat,”
kata Majid.
Persawahan milik warga De-
sa Lhok Seuntang, sejak Ming-
gu (2/1) hingga Selasa (4/1),
berubah menjadi lautan air.
Petani jelas rugi. Sebagian sa-
wah baru saja ditanam. Kini,
batang padi muda terendam,
tidak ada harapan selamat.
Sementara tambak ikan dan
udang yang nyaris panen juga
tak luput dari genangan banjir.
”Ikan di tambak sudah ke laut
dibawa banjir,” ujar Majid.
Kepala Desa Lhok Seuntang
Darwin mengatakan, Krueng
(Sungai) Arakundo meluap ka-
rena hujan deras dalam bebe-
rapa hari. Dampaknya, sawah
dan tambak seluas 80 hektar
di kawasan itu tergenang.
Rumah warga juga tidak luput
dari banjir. Kini semua warga
desa itu mengungsi ke balai
desa. Mereka harus berbagi
tempat untuk tidur.
Biasanya banjir akan surut
dalam waktu tiga hari. Namun,
kali ini sepertinya akan lebih
lama. Anak-anak tidak bisa bersekolah dan orang dewasa
tidak bisa mencari nafkah.
Di Aceh Timur, banjir
merendam 68 desa. Ribuan
warga harus mengungsi. Hing-
ga Selasa (4/1), banjir di se-
jumlah desa belum surut. Ti-
dak hanya menelan harta ben-
da, banjir di Aceh Timur pun
merenggut satu korban jiwa.
Junaidi (45), warga Lhok-
sukon, Aceh Utara, menatap
nanar ke kios miliknya di se-
berang jalan nasional, kota
Lhoksukon, Senin (3/1). Kios
buah itu porak-poranda diter-
jang arus banjir. ”Saya rugi se-
kitar Rp 20 juta. Setiap tahun
kota Lhoksukon dilanda banjir.
Saya selalu jadi korban,” ujar
Junaidi.
Sungai meluap
Wakil Bupati Aceh Utara
Fauzi Yusuf menuturkan, ban-
jir disebabkan meluapnya Kru-
eng Keureuto, Krueng Peutoe,
dan Krueng Pirak. Sungai-su-
ngai tersebut meluap karena
debit air naik setelah diguyur
hujan dalam intensitas tinggi.
Hulu sungai-sungai itu berada
di Kabupaten Bener Meriah.
Namun, Direktur Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia
(Walhi) Aceh Ahmad Shalihin
mengatakan, penggunaan la-
han yang tidak sesuai fungsi
memicu kerentanan lingkung-
an. Banyak tutupan hutan di
Aceh Tamiang, Aceh Timur,
dan Aceh Utara berubah men-
jadi perkebunan kelapa sawit.
Padahal, kawasan hutan yang
telah beralih fungsi tersebut
umumnya berada di area hulu
daerah aliran sungai.
Kehilangan tegakan pohon
membuat tanah tak mampu
menyerap air. Akibatnya, lim-
pasan air hujan akan langsung
meluncur ke sungai. Dalam
waktu yang sama, banyak su-
ngai dalam keadaan dangkal
sehingga debit air yang naik
justru meluap ke permukiman
warga.
Shalihin mengatakan, peme-
rintah daerah harus mampu
mengelola wilayahnya sesuai
dengan fungsinya. ”Sudah sa-
atnya pemerintah daerah me-
nyusun rencana induk pena-
nganan banjir. Jika tidak, se-
lamanya banjir akan jadi an-
caman,” katanya.
|