Isi Artikel |
Ahli Waris Dinasti Pendiri Taj Mahal Menuntut Pengakuan dan Keadilan
Di rumah dengan dinding
semipermanen di ka-
wasan kumuh Howrah,
kota Kalkutta, India, itu Sul-
tana Begum menghabiskan ha-
ri-harinya. Ia menyetrika atau
menjahit baju untuk remaja
putri dan perempuan dewasa.
Untuk memasak, dia berbagi
ruang dengan tetangganya.
Adapun untuk mencuci, Be-
gum menggunakan kamar
mandi umum bersama warga
lain di sekitarnya.
Untuk mencukupi kebutuh-
an dirinya dan anak-anaknya,
selain menerima uang pensiun
dari pemerintah, Begum sem-
pat berjualan teh di kios kaki
lima samping Stasiun Howrah.
Tetapi, kios itu kini tergusur
karena perluasan stasiun.
Selain uang pensiun dan
benda-benda sederhana yang
masih dimilikinya, harta paling
berharga milik Begum adalah
catatan bukti pernikahannya
dengan Mirza Mohammad Be-
dar Bakht tahun 1965. Mirza
Mohammad Bedar Bakht ada-
lah cucu Mirza Jawan Bakht,
putra kaisar Dinasti Mughal
ke-20 Bahadur Shah Zafar.
Sejak kematian suaminya
tahun 1980, Begum berjuang
untuk bertahan hidup. Tidak
hanya untuk dirinya sendiri
dan anak-anaknya, tetapi juga
keturunan Dinasti Mughal.
Dalam satu dekade terakhir,
dia mengajukan petisi kepada
Pemerintah India agar status-
nya sebagai ”darah biru” Di-
nasti Mughal diakui dan men-
desak pemerintah memberikan
kompensasi yang sesuai.
”Dapatkah Anda bayangkan
bahwa keturunan kaisar yang
membangun Taj Mahal seka-
rang hidup dalam kemiskinan
yang parah?” kata Begum (68).
Selain menuntut pengakuan
statusnya sebagai darah biru,
keturunan Dinasti Mughal,
dan kompensasi, Begum juga
memperjuangkan kepemilihan
Red Fort atau Benteng Merah
yang megah, sebuah kastel luas
di New Delhi yang pernah
menjadi pusat kekuasaan Ke-
kaisaran Mughal.
Penguasa India
Kaitan Begum dengan Ke-
kaisaran Mughal—berkuasa di
India 1526-1857—dimulai dari
sang suami, Mirza Mohammad
Bedar Bakht, cucu Mirza Ja-
wan Bakht, putra kaisar Di-
nasti Mughal ke-20 Bahadur
Shah Zafar dengan Zinat Ma-
hal, satu dari empat istrinya.
Dalam sebuah tulisan di
New York Times, 22 April
2007, William Dalrymple me-
lukiskan pernikahan Pangeran
Jawan Bakht dengan Nawab
Shah Zamani Begum sangat
megah. Selain mengikutserta-
kan pasukan kerajaan, he-
wan-hewan peliharaan keraja-
an, seperti gajah dan harimau,
juga turut memeriahkan pesta
pernikahan itu. Rakyat India
pun digambarkan bersukacita
dengan pernikahan pangeran
yang masih berusia 14 tahun
dan mempelainya yang baru
berusia 10 tahun.
Kemegahan pernikahan
adalah salah satu hal dari se-
kian banyak cerita soal Dinasti
Mughal ini. Peletak dasar Ke-
kaisaran Moghul, yang mengu-
asai banyak wilayah di selatan
Asia, mulai dari India hingga
Afghanistan, adalah Zahirud-
din Muhammad. Ia adalah ke-
turunan ke-14 Jengis Khan.
Di bawah Kekaisaran Mu-
ghal, rakyat India mengalami
masa kemakmuran. Selain pe-
nyeragaman penggunaan mata
uang, kontak dagang dengan
organisasi di Eropa membuat
barang-barang asal India dimi-
nati warga ”Benua Biru”. Ba-
nyak bangunan megah dengan
perpaduan arsitektur Per-
sia-Islam dan Hindu India di-
bangun pada masa Kekaisaran
Mughal. Salah satu yang paling
terkenal adalah Taj Mahal.
Namun, hubungan terbuka
dengan dunia Barat membuat
kekuasaan kekaisaran mulai
digerogoti. Saat Zafar dinobat-
kan sebagai kaisar ke-20 Di-
nasti Mughal tahun 1837, wi-
layah kekuasaannya hanya
tinggal Delhi dan sekitarnya.
Zafar, yang lebih suka me-
nulis puisi ketimbang berpe-
rang, akhirnya menyerah dan
diasingkan ke Rangoon (seka-
rang Yangon), Myanmar. Ten-
tara Inggris mengepung Delhi
dan menghancurkan perlawan-
an tentara kerajaan serta
mengeksekusi 10 putra Zafar.
Lima tahun kemudian, pada
1862, Zafar meninggal di peng-
asingan dan dimakamkan di
Rangoon.
Masalah pengakuan
Selain Begum, keturunan
Zafar cukup banyak dan terse-
bar di sejumlah kota, tak ha-
HERYUNANTO
AP PHOTO/AN KHOUN SAMAUN/NATIONAL TELEVISION OF CAMBODIA
Perdana Menteri Kamboja Hun Sen melambaikan tangan saat bergabung dalam pertemuan virtual Konferensi Tingkat Tinggi
ASEAN-China di Istana Perdamaian, Phnom Penh, 22 November 2021. Kamboja saat ini memegang keketuaan ASEAN dan menurut
rencana Hun Sen akan berkunjung ke Myanmar akhir pekan ini sebagai upaya meredakan krisis di negara itu.
nya di India, tetapi juga di luar
negeri, termasuk Amerika Ser-
ikat. Namun, mereka lebih ba-
nyak diam, menyembunyikan
status karena alasan politis.
Begum Laila Umahani, di-
kutip dari artikel BBC, 10
Agustus 2002, mengatakan,
mereka memilih menyembu-
nyikan identitas sebagai ketu-
runan Dinasti Mughal karena
khawatir diolok-olok. Apalagi,
setelah film dokumenter
Living Moghals disiarkan
di sejumlah televisi di India,
yang menyebut sudah tak ada
keturunan Dinasti Mughal di
India.
Sultana Begum mengatakan,
Pemerintah India saat dipe-
rintah Perdana Menteri Jawa-
harlal Nehru mengakui mere-
ka sebagai keturunan Babur,
pendiri Kekaisaran Mughal.
Tetapi, menurut Begum dan
kuasa hukumnya, Vivek More,
kini Pengadilan Tinggi New
Delhi memutarbalikkan peng-
akuan Nehru dan Pemerintah
India sebelumnya.
Seperti dikutip laman The
Hindu, Hakim Rekha Palli
yang memimpin jalannya per-
sidangan petisi Begum menga-
takan, penggugat dan kuasa
hukumnya tidak bisa membe-
rikan penjelasan yang dapat
dibenarkan untuk mengajukan
petisi itu setelah tertunda le-
bih dari 150 tahun. Hakim
Palli mempertanyakan menga-
pa Begum atau keturunan Kai-
sar Zafar yang lain tidak
mengajukan gugatan puluhan
tahun silam. ”Mengapa tidak
ada yang diajukan saat itu? Ji-
ka nenek moyangnya tidak
melakukannya, bisakah dia
melakukannya sekarang?” kata
Hakim Palli. (AFP/MHD)
|