Isi Artikel |
JAKARTA — Pemerintah bersikap hati-hati dalam penyusunan RAPBN 2017. Untuk pertama kalinya sejak 2009, target pendapatan dan belanja dipatok lebih rendah dari tahun sebelumnya.
Meski proyeksi penerimaan dan belanja pada 2017 lebih rendah dari tahun sebelumnya dan kondisi perekonomian global belum pulih, pemerintah tetap berani memberikan sinyal optimisme. Hal itu tergambar melalui target laju ekonomi 5,3%, dari proyeksi tahun ini 5,2%.
Presiden Joko Widodo menegaskan dampak positif dari implementasi kebijakan pemerintah yang tertuang dalam paket kebijakan ekonomi I-XII di harapkan dapat menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi.
Jokowi menyebutkan strategi belanja diarahkan pada peningkatan belanja produktif untuk pembangunan infrastruktur dan konektivitas antarwilayah, perbaikan efisiensi belanja untuk mening katkan ruang fiskal, dan mengerek kualitas dan efektivitas program perlindungan sosial.
Selain itu, strategi belanja juga diarahkan untuk penguatan pelaksanaan program prioritas di bidang pendidikan, kesehatan, kedaulatan pangan dan energi, kemaritiman dan kelautan, serta pariwisata dan industri.
Penyaluran subsidi yang lebih tepat sasaran serta penegakan hukum guna menjaga stabilitas pertahanan dan keamanan, juga menjadi bagian dari strategi belanja pemerintah.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan patokan asumsi laju ekonomi dalam RAPBN 2017 masih memberikan napas optimisme di tengah pincangnya motor penggerak ekonomi. Dia menilai tak mudah untuk mencapai penaikan pertumbuhan ekonomi 0,1%- 0,2% karena ekonomi global yang tak kunjung pulih.
“Walaupun dunia melambat, kita tidak melambat. Tahun ini kita berusaha keras,” ujarnya Selasa (16/8).
Adapun otoritas moneter menilai asumsi makro 2017 cukup konservatif. Kendati demikian, Gubernur BI, Agus D.W. Martowardojo menyebutkan target laju ekonomi 5,3% cukup tinggi jika dibandingkan negara-negara di kawasan Asia.
“Asumsi defisit anggaran 2,4% juga sudah sesuai dengan ko mitmen pemerintah yang ingin mengelola fiskal secara sehat dan kredibel.” Ekonom Senior Kenta Institute Eric Alexander Sugandi me nyatakan penyusunan APBN yang realistis akan memberikan kenyamanan bagi pasar.
“Apalagi penurunan belanja pemerintah juga relatif tidak banyak. Artinya, sifat ekspansif dari kebijakan fiskal masih dipertahankan untuk memacu laju PDB,” ujarnya, Rabu (17/8).
Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo pun menyebutkan pasar merespons positif dan berharap ba nyak dari target-target pemerintah.
MASIH AGRESIF
Sekalipun pemerintah mengklaim RAPBN 2017 lebih kredibel dan realistis, sebagian anggota parlemen menilai asumsi pertumbuhan tahun depan masih kelewat agresif.
Anggota Komisi XI DPR Achmad Hafisz Tohir menyatakan asumsi laju pro duk domestik bruto sebesar 5,3% sangat berat dicapai mengingat volume dan postur anggaran menciut. “Kalau kami lihat, target yang fair 5,0%-5,1%.”
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang P.S Brodjonegoro mengatakan tren penurunan perekonomian global membuat banyak negara sulit mendorong pertumbuhan ekonominya sehingga perlu penopang utama untuk memperbaiki kondisi di dalam negeri.
Untuk itu, pemerintah akan meningkatkan daya beli masyarakat dengan menjaga inflasi di bawah 4% dan nilai tukar stabil sesuai asumsi sebesar Rp13.300 per dolar AS.
Selain itu, pemerintah akan mendongkrak industri pengolahan agar dapat tumbuh 5,4% seiring dengan rencana pemerintah mengalirkan investasi ke manufaktur. Populasi industri akan di tingkatkan sebanyak 9.000 usaha besar dan sedang serta 20.000 usaha kecil baru guna penciptaan lapangan kerja.
|