Isi Artikel |
PEMBANGUNAN Generasi Muda Penentu Masa Depan Sektor Pertanian
JAKARTA, KOMPAS — Generasi muda desa diyakini bakal menentukan masa depan sektor pertanian di tengah tuntutan tentang peningkatan produktivitas dan kiat mengatasi dampak penyusutan lahan pangandi perdesaan. Sebagai agen, parapemuda perlu menjawab tan-tangan pertanian, yakni mengubah citra ”kotor” menjadi usaha yang menjanjikan.Koordinator Nasional KoalisiRakyat untuk Keadilan Pangan(KRKP) Said Abdullah, saat dihubungi di Jakarta, Minggu(9/1/2022), menyebutkan, Bank Dunia sudah memperkirakan, pada 2045, porsi penduduk In-donesia yang tinggal di perkota-an akan bertambah menjadi 70persen. Apabila tidak dicermati, selain ketimpangan pembangunan dan populasi, situasi itu akan membuat sistem pertanian menjadi rumit. ”Hingga kini, 99 persen pangan pokok masih di-hasilkan dari perdesaan. Bisa dibayangkan kalau tenaga kerjadi sektor itu berkurang atautidak ada,” ujarnya.Dari banyak kajian, termasukkajian KRKP, aspek ekonomiatau harga jual jadi komponen penting yang menentukan apakah anak muda mau berusahadi sektor pertanian atau tidak.Selama ini, oleh karena dinilaitidak menguntungkan, sebagiantenaga kerja sektor pertanianberalih ke sektor lain. Regenerasi petani pun terhambat.Tantangan itu coba dijawaboleh pemuda asal KabupatenMagelang, Jawa Tengah, Rayn-dra Syahdan Mahmudin (26) melalui CV Cipta Visi Group.Dengan memulai usaha padatahun 2014, kini ia mengembangkan pertanian terintegrasi,dengan menggabungkan usahapeternakan dan pertanian.Dengan memanfaatkan po-tensi alam di desanya, Rayndrakini memiliki 700 domba, 20sapi, dan lahan kemitraan se-luas 5 hektar. Ia juga mengelolakelapa genjah yang menghasil-kan gula semut dengan pasarhingga Korea Selatan. Semen-tara batok kelapa diolah men-jadi asap cair. Dari peternakan, dia me-ngantongi omzet sekitarRp 200juta per bulan. Sementara daripenjualan gula semut, dia me-raup Rp 40 juta-Rp 70 juta perbulan. Adapun dari tanaman-tanaman lain didapat sekitar Rp 30 juta per bulan. Rayndramelihat sektor pertanian pros-pektif. ”Namun, anak muda yang terjun masih sedikit.Langkah konkret perlu dilaku-kan karena krisis terjadi saatanak muda berhenti memikirkan desanya. Padahal, desa inil uar biasa kaya,” katanya saat dihubungi, Minggu.Mengubah citra miskinLewat usaha yang dikem-bangkannya, Rayndra ingin mengubah citra petani dari pekerjaan yang diidentikkan de-ngan kotor menjadi sesuatuyang menjanjikan. Tidak sela-manya menjadi petani itu miskin dan tidak menghasilkan.Menurut dia, keterlibatananak muda mutlak. ”Yang selama ini diberi bantuan, kan, petani-petani dengan usia 45tahun ke atas. Pola tradisionalmesti diubah. Bukan lagi meng-andalkan bantuan. Regenerasipetani itu wajib. Perubahan citra petani juga mesti disosiali-sasikan kepada orang tua-orang tua di desa,” katanya.Pertumbuhan industri sertapenambahan jumlah pendudukterus memicu alih fungsi lahanpangan. Namun, Rayndra opti-mistis, dengan banyaknya anakmuda terlibat dalam pengelolanpertanian, sektor ini akan tetapberdaya. Jika regenerasi tak jalan, persoalan semakin pelik. Berdasarkan hasil Survei Per-tanian Antar-Sensus 2018 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), dari 27,7 juta rumah tangga usaha pertanian di Indonesia, kelom-pok umur kepala rumah tanggaberusia 45-54 tahun merupakan yang terbanyak, yakni 7,8juta orang. Paling sedikit adalah kelompok dengan umur kurangdari 25 tahun, yakni 191.000 orang.Sementara itu, menurut data Kementerian Agraria dan TataRuang/Badan Pertanahan Na-sional, luas baku sawah me-nyusut 645.855 hektar selamakurun 2013-2018. Itu, antaralain, untuk infrastruktur danindustri (Kompas, 21/11/2018).Kepala Badan Penyuluhandan Pengembangan SumberDaya Manusia Pertanian Ke-menterian Pertanian Dedi Nus-ryamsi mengatakan, sektor per-tanian tengah bertransformasimenjadi usaha yang menjanji-kan. Dengan adanya keuntung-an signifikan bagi petani, ke-sinambungan pertanian ke de-pan bakal lebih terjamin.Menurut dia, agrobisnis se-ring terfokus dan berjibaku pa-da on farm (budidaya). Padahal,offfarm(pascapanen) pun perludikembangkan meski tantang-annya tak mudah. ”Petani harus mampu mengakses pasar se-baik-baiknya, juga modal, sa-rana dan prasarana,” ujar Dedi dalam Bertani on Cloud ”Cipta-kan Ekosistem KewirausahaanPemuda Desa di Sektor Pertanian” yang disiarkan daring, Ka-mis (6/1).Menurut Dedi, kaum mile-nial menjadi agen perubahan dalam agrobisnis. Bagaimana-pun, komoditas pertanian di desa akan menyuplai kebutuhan penduduk di perkotaan, bahkan mancanegara. Hal itu merupakan peluang yang mesti dioptimalkan. Oleh karena itu, eko-sistem kewirausahaan di per-desaan perlu diciptakan dan dikembangkan lebih baik. (DIT)
|