Isi Artikel |
JAKARTA - Investasi menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi tahun depan, yang ditargetkan sebesar 5,3 persen. Pemerintah mengaku tidak memiliki banyak alternatif pendorong ekonomi akibat lesunya belanja negara, konsumsi rumah tangga dan pemerintah, serta ekspor-impor.
Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2017, belanja negara hanya dialokasikan sebesar Rp 2.070,5 triliun; turun Rp 12,4 triliun dari belanja dalam APBN Perubahan 2016. Adapun nilai ekspor pada Januari-Juli 2016 hanya US$ 79,08 miliar; turun 12,02 persen dibanding pada tahun lalu.
"Memang tak banyak pilihan, tapi saya yakin 12 paket kebijakan ekonomi akan berdampak perbaikan iklim investasi pada tahun depan," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro, saat menggelar konferensi pers ihwal nota keuangan, Selasa lalu.
Bambang mengatakan pemerintah telah menetapkan target pertumbuhan beberapa sektor prioritas pada 2017. Sektor komunikasi dan informasi merupakan sektor dengan target pertumbuhan tertinggi, yakni 10,6 persen. "Didukung oleh penggunaan telepon, Internet, serta Palapa Ring (proyek pembangunan serat optik) yang akan menjangkau 34 provinsi," ujarnya.
Berikutnya yang disorot adalah sektor konstruksi, yang ditargetkan tumbuh 8,1 persen. Target tersebut dinilai realistis karena dana repatriasi akan mulai membanjir pada akhir tahun ini. Adapun industri pengolahan diperkirakan tumbuh 5,4 persen.
Sektor selanjutnya adalah pertanian, yang dipatok tumbuh 3,9 persen berkat pencetakan sawah baru dan perbaikan irigasi. Adapun sektor transportasi dan pergudangan ditargetkan tumbuh 7,1 persen sebagai dampak meningkatnya bisnis pengiriman produk e-commerce.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong mengatakan sudah menyiapkan strategi untuk menggenjot realisasi investasi. Menurut dia, sektor industri smelter (pabrik pengolahan mineral), pengolahan, dan manufaktur (terutama komponen otomotif) disiapkan sebagai sektor investasi utama.
Ekonom dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia, Kiki Verico, menilai tepat langkah pemerintah menetapkan investasi sebagai tulang punggung ekonomi. Sebab, iklim investasi memang sedang membaik. Indikatornya antara lain meningkatnya efisiensi perizinan serta menurunnya keluhan soal infrastruktur. BKPM melaporkan, realisasi investasi sepanjang triwulan II 2016 naik 12,3 persen menjadi Rp 151,6 triliun. Faiz Nashrillah
|