Pereduksi Pestisida Sayur dan Buah
Peneliti Universitas Diponegoro mengembangkan alat untuk mereduksi kandungan pestisida dalam sayuran dan
buah melalui pencucian gelembung mikro ozon. Sayur dan buah pun akan lebih sehat untuk dikonsumsi.
Pradipta Pandu
Guru Besar Fakultas Sains
dan Matematika Univer-
sitas Diponegoro me-
ngembangkan alat untuk me-
reduksi kandungan pestisida
dalam sayuran dan buah me-
lalui pencucian dengan gelem-
bung mikro ozon. Dengan me-
ngurangi kandungan pestisida,
sayur dan buah akan lebih sehat
dikonsumsi, sekaligus dapat
mencegah tengkes (stunting).
Pestisida merupakan senya-
wa kimia yang banyak digu-
nakan untuk memberantas ha-
ma dan mengusir organisme
serta penyakit tanaman. Na-
mun, kandungan pestisida yang
sangat tinggi pada sayur atau
buah dapat membahayakan ke-
sehatan manusia ketika masuk
ke tubuh, seperti merusak sel
dan mengganggu fungsi organ.
Hasil kajian Fakultas Kese-
hatan Masyarakat Universitas
Diponegoro (FKM Undip) pada
2017 menunjukkan, pestisida
diyakini menjadi salah satu fak-
tor penyebab tengkes karena
dapat mengganggu fungsi hor-
mon yang berperan dalam per-
tumbuhan. Hormon yang fung-
sinya akan terganggu karena
pestisida ialah Insulin-like
Growth Factor-1 (IGF-1) dan
tiroid.
Penelitian lainnya dari FKM
Undip pada 2010 juga menyim-
pulkanbahwawanita usia subur
dengan riwayat paparan pes-
tisida karena terlibat di bidang
pertanian berisiko 3,3 kali lebih
tinggi menderita hipotiroid. Hi-
potiroid adalah kelainan atau
gangguan ketika kelenjar tiroid
tidak menghasilkan hormon ti-
roid yang cukup sehingga dapat
mengganggu detak jantung dan
metabolisme tubuh.
Selain pada faktor kesehatan,
sayur dan buah yang mengan-
dung pestisida pada dasarnya
juga berdampak terhadap fak-
tor ekonomi, khususnya bagi
kelompok tani. Sebab, sayur dan
buah dengan kandungan pes-
tisida tinggi akan lebih mudah
layu atau busuk dibandingkan
tanaman organik. Sebaliknya,
sayur dan buah organik atau
yang memiliki kandungan pes-
tisida rendah akan lebih mudah
disimpan serta masih segar
hingga berhari-hari.
Kondisi itu melatarbelakangi
Guru Besar Fakultas Sains dan
MatematikaUndipMuhammad
Nur untuk mengembangkan
alat pereduksi pestisida sayur
dan buah dengan gelembung
mikro ozon. Alat ini kemudian
diberi nama Generator Gelem-
bung Ozon Nano dan Mikro
(GenGONam).
Nur menjelaskan, gelembung
ozon akan pecah di atas air jika
tidak menggabungkan model
mikro dan nano. Namun, alat
ini memfokuskan penggabung-
an mikro dan nano sehingga
gelembung ozon dapat pecah di
dalam air. Gelembung tersebut
kemudian dapat merusak kon-
taminan berbagai makanan
ataupun benda yang masuk ke
dalamnya, termasuk sayur dan
buah.
Komponen alat ini terdiri da-
ri sumber daya listrik, reaktor
ozon dielectric barrier discharge
(DBD), dan pendingin. Kom-
ponen sumber daya listrik da-
lam alat ini akan membang-
kitkan tegangan tinggi di antara
elektroda di dalam reaktor. Se-
telah itu, alat akan memompa
dengan tekanan dan kecepatan
tertentu untuk mendapatkan
molekul gas ozon sesuai kon-
sentrasi yang dibutuhkan.
”Sama seperti alat elektronik
pada umumnya, selama lima
tahun kinerja dari alat ini pasti
akan menurun. Namun, proses
perawatan alat ini tidak terlalu
susah karena target pengguna-
annya ditujukan kepada para
petani. Kalau ada kerusakan,
biasanya kami mengirimkan
sparepart-nya,” ujar Nur saat
berbincang secara daring,
Minggu (30/1/2022).
Proses pencucian
Pencucian sayur dan buah
menggunakan GenGONam di-
lakukan di dalam wadah yang
diputar dengan teknik sentri-
fugal (menjauhi pusat atau
sumbu). Hal ini bertujuan agar
air bekas cucian langsung ke-
luar dan tidak mengenai atau
mengontaminasi sayur dan bu-
ah kembali.
”Jadi, prinsip alat ini hampir
menyerupai alat pengering pa-
kaian. Mesin pengering akan
berputar dan mengeluarkan
air ke tempat lain hingga pa-
kaian kering. Bekas cucian pes-
tisida inilah yang tidak boleh
mengontaminasi lagi sehingga
air harus terus diputar,” ucap
Nur.
Sementara untuk membang-
kitkan gelembung nano- mikro
ozon, keluaran ozon melalui se-
lang silikon dimasukkan ke da-
lam ujung saluran udara me-
lalui pipa venture. Keluaran dari
venture tersebut terbentuk ge-
lembung ukuran mikro dan na-
no. Kemudian, air dari wadah
pelarutan dipompa berkali-kali
sehingga konsentrasi akan lebih
cepat mencapai tingkat yang
diperlukan untuk pencucian
kembali.
Proses pencucian sayur dan
buah menggunakan alat ini da-
pat dilakukan dengan air sumur
atau air minum yang tidak ke-
ruh. Air kemudian dimasukan
ke dalam bak penampung yang
sudah didesain sesuai kapasitas
rumah tangga atau usaha kecil
menengah (UKM). Setiap jenis
sayur atau buah membutuhkan
waktu perendaman yang ber-
beda-beda. Namun, mayoritas
perendaman memerlukan wak-
tu 5-10 menit.
Dari hasil pengujian yang di-
lakukan, proses pencucian sa-
yur danbuah menggunakanalat
ini selama 10 menit dapat me-
reduksi kandungan pestisida
hingga 95 persen.Bahkan, sayur
dan buah hasil pencucian dapat
disimpan selama berhari-hari
tanpa layu atau busuk. Nur pun
memastikan, banyak kajian me-
nunjukkan sayur dan buah yang
dicuci menggunakan ozon tidak
menimbulkan dampak negatif
bagi tubuh.
Ke depan, Nur berencana
mengembangkan produk air
ozon kecil untuk skala rumah
tangga dan hanya mengguna-
kan teknik sentrifugal dengan
putaran tangan agar air bekas
cucian tidak mengontaminasi
kembali. Produk ini nantinya
dapat digunakan setiap kelu-
arga untuk mencuci serta me-
reduksi kandunganpestisida sa-
yur atau buah.
”Produk air gelembung ozon
untuk mereduksi pestisida da-
lam sayur dan buah ini seha-
rusnya bisa lebih murah di-
bandingkan harus membeli me-
sinnya. Jadi, nantinya produk
ini bisa dikirim ke daerah-da-
erah dengan angka stunting
yang tinggi untuk membersih-
kan makanan yang akan di-
konsumsi bayi atau ibu hamil
dan menyusui,” tuturnya.
Riset Kesehatan Dasar 2018
menunjukkan, prevalensi teng-
kes di Indonesia mencapai 30,8
persen. Artinya, satu dari tiga
anak mengalamitengkes.Angka
ini jauh dari ambang batas yang
ditetapkan Organisasi Kesehat-
an Dunia (WHO), yakni di ba-
wah 20 persen.
Inovasi terpilih
GenGONam merupakan sa-
lah satu inovasi yang terpilih
dalam Program Prioritas Riset
Nasional (PRN) Badan Riset
dan Inovasi Nasional (BRIN)
Stunting 2021-2024. Profesor
riset bidang teknik lingkungan
BRIN, Ignasius Sutapa, dalam
keterangannya mengatakan,
program PRN merupakan ko-
mitmen pemerintah dalam
mendukung riset terkait pena-
nganan tengkes.
Target utama program ini
adalah agar riset dan inovasi
bisa berkontribusi konkret ber-
upa teknologi, produk pangan,
peta jalan, konten untuk pen-
didikan literasi, atau kon-
sep-konsep lain yang dibutuh-
kan. Adapun aspeknya menca-
kup asupan gizi, perilaku, dan
ketersediaansanitasi airminum
bersih.
Sebanyak 38 proposal riset
dipilih dari total 250 proposal
yang masuk. Dari jumlah pro-
posal terpilih tersebut, tujuh
proposal berasal dari Undip.
Sutapa berharap, Undip dapat
turut membantu pemerintah
menurunkan kasus tengkes dari
30 persen menjadi 14,5 persen
pada 2024.
|