Selamat datang di website E-PAPER PERPUSTAKAAN DPRRI.

Koleksi Perpustakaan DPR RI

Judul Intervensi Risiko Kebutaan di Jateng
Tanggal 31 Januari 2022
Surat Kabar Kompas
Halaman 12
Kata Kunci
AKD - Komisi IX
Isi Artikel

KESEHATAN MATA
Intervensi Risiko
Kebutaan di Jateng
SEMARANG, KOMPAS — Prevalensi kebutaan masyarakat di Jawa
Tengah tergolong tinggi sehingga perlu diintervensi. Salah satu
upayanya dengan membuka layanan pemeriksaan khusus
mata yang mampu diakses masyarakat untuk pemeriksaan
berkala. Tujuannya mencegah kebutaan sedini mungkin.
Berdasarkan data Rapid Assessment of Avoidable Blindness
tahun 2014-2016, prevalensi kebutaan pada penduduk usia di
atas 50 tahun di Jateng mencapai 2,7 persen dari jumlah total
penduduk. Saat ini, jumlah penduduk di Jateng lebih kurang
34,5 juta jiwa.
Angka itu tergolong tinggi karena hanya terpaut 0,3 persen
dari prevalensi kebutaan nasional, yakni 3 persen. Penyebab
kebutaan di wilayah Jateng antara lain katarak, gangguan
refraksi, glaukoma, dan penyakit segmen posterior lainnya.
Presiden Direktur JEC Korporat JohanAHutauruk menye-
but, 83 persen informasi masuk kepada seseorang melalui
indera penglihatan. Angka itu lebih tinggi daripada informasi
yang masuk ke indera pendengaran, yakni 11 persen, indera
penciuman 3,5 persen, indera peraba 1,6 persen, dan indera
perasa 1 persen.
”Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia, orang yang
kehilangan penglihatannya memiliki tiga kali kemungkinan
lebih besar kehilangan pekerjaan, tiga kali kemungkinan lebih
besar kecelakaan,tiga kali kemungkinan lebih besar menderita
depresi, dan dua kali kemungkinan lebih besar jatuh. Oleh
karena itu, penting upaya peningkatan kualitas kesehatan
mata untuk meningkatkan kualitas hidup,” kata Johan di
sela-sela pembukaan rumah sakit mata JEC-Candi @ Sema-
rang, Jateng, Sabtu (29/1/2022).
Dari empat faktor penyebab kebutaan di Jateng, katarak
merupakan penyumbang paling tinggi. Sebenarnya, kebutaan
akibat katarak dapat disembuhkan melalui operasi. Sayangnya,
41,3 persen penderita katarak di Jateng tidak tahu hal itu.
Pembukaan rumah sakit khusus mata pertama di Jateng itu
diharap mendekatkan akses
masyarakatterhadap layan-
an penanganan kesehatan
mata yang lebih kompre-
hensif. ”Dengan begitu, ri-
siko gangguan penglihatan
dan kebutaan dapat diatasi
sedini mungkin sehingga
kualitas hidup dan produk-
tivitas masyarakat terus
terjaga,” kata Direktur Uta-
ma Rumah Sakit Mata
JEC-Candi @ Semarang Sri Inakawati.
Inakawati mengatakan, rumah sakit yang ia kelola bertekad
menjadi pusat kesehatan mata dengan layanan subspesialistis
yang lengkap. Layanan itu antara lain lasik, operasi katarak
dengan lama prosedur 15 menit, dan penanganan persoalan
kesehatan mata khusus anak.
Di rumah sakit tersebut juga disediakan sistem diagnostik
terkini, salah satunya e-medical record (e-MR), yakni sistem
informasi terintegrasi yang memberi kemudahan akses terha-
dap rekam medis pasien secara daring. Ini memungkinkan
pasien berkonsultasi dan meneruskan perawatan berkelanjut-
an di rumah sakit mana pun, di dalam dan luar negeri.
Pembukaan rumah sakit mata itu disambut baik Pemerin-
tah Kota Semarang. Sebab, hal itu sejalan dengan tujuan
wilayah tersebut menjadi pusat medical tourism (wisata me-
dis).
”Kami akan mengembangkan medical tourism ini untuk
meningkatkan pendapatan asli daerah Kota Semarang sehing-
ga orang-orang tidak perlu lagi berobat ke daerah lain ataupun
negara lain, cukup di Kota Semarang. Harapannya, setelah
berobat, mereka bisa jalan-jalan, berbelanja, ataupun meng-
inap di sini dan memberi tambahan pemasukan Kota Sema-
rang,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang M Abdul
Hakam.
Menurut Hakam, pihaknya mensyaratkan rumah sakit yang
akan membuka layanan kesehatan di Kota Semarang untuk
memiliki program unggulan. Hal itu dinilai penting sebagai
upaya pemerataan kualitas sumber daya manusia (SDM) di
bidang kesehatan.
Nantinya, SDM kesehatan dari rumah sakit tersebut di-
harapkan bisa mentransfer ilmunya kepada petugas di pus-
kesmas-puskesmas sehingga penanganan masalah kesehatan
di Kota Semarang bisa dilakukan lebih merata hingga tingkat
paling bawah. (XTI)

  Kembali ke sebelumnya