Judul | Keberlanjutan Evolusi Perdagangan dan Industri Dijaga: RI berkomitmen melanjutkan evolusi perdagangan dan industri berbasis investasi. Dalam forum G-20, RI akan berupaya menggalang investasi untuk menjaga transformasi ekonomi itu. |
Tanggal | 09 Februari 2022 |
Surat Kabar | Kompas |
Halaman | 7 |
Kata Kunci | |
AKD |
- Komisi VII |
Isi Artikel | JAKARTA, KOMPAS — Sektor perdagangan dan industri Indonesia tengah berevolusi melalui hilirisasi dan teknologi. Pemerintah akan menjaga keberlanjutan evolusi itu di tengah tantangan mewujudkan perdagangan dan industri hijau melalui investasi serta masih berlanjutnya pandemi Covid-19. Kementerian Perdagangan, Kementerian Investasi, dan Kementerian Perindustrian akan memanfaatkan pertemuan G-20 di Indonesia untuk melanjutkan tren itu. Salah satunya dengan menjaring dan menangkap peluang perdagangan dan investasi. Hal itu mengemuka dalam Inaugurasi Kelompok Kerja Perdagangan, Investasi, dan Industri (TIIWG) G-20 Indonesia yang digelar secara hibrida di Jakarta, Selasa (8/2/2022). Kegiatan tersebut dihadiri Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Bahlil mengatakan, arah Indonesia saat ini adalah transformasi ekonomi yang ditopang investasi. Investasi ini harus inkusif, berkeadilan, berkelanjutan, dan menyasar hulu hingga hilir. Pada 2020-2024, investasi ditargetkan bisa mencapai Rp 1.200 triliun. Sementara pada perhelatan G-20 di bawah kepemimpinan Indonesia, target investasi yang dibidik berkisar Rp 200 triliun hingga Rp 250 triliun. ”Sektor dan proyeknya tengah dipetakan dan dimatangkan. Selain energi baru terbarukan, ada juga hilirisasi industri batubara, nikel, dan tembaga,” ujarnya. Investasi itu, lanjut Bahlil, tidak hanya sekadar menargetkan besaran nilai dan membantu transformasi ekonomi Indonesia, tetapi juga mengarah pada serapan tenaga kerja dan pengusaha daerah serta ramah lingkungan. Lutfi menambahkan, investasi yang telah digalang Indonesia selama ini membuahkan hasil. Produk-produk ekspor Indonesia tidak hanya berupa komoditas mentah dan setengah jadi, tetapi juga produk bernilai tambah dan berteknologi tinggi. Sepanjang 2021, ekspor besi baja baja, elektrik dan elektronika, serta kendaraan bermotor dan suku cadangnya telah masuk lima besar ekspor nonmigas Indonesia. Tren evolusi perdagangan dan industri yang ditopang investasi ini akan terus dilanjutkan. Kementerian Perdagangan mencatat, total nilai ekspor nonmigas pada 2021 sebesar 219,27 miliar dollar AS. Lima besar komoditas ekspor tersebut secara berurutan adalah batubara, minyak kelapa sawit mentah (CPO), besi dan baja, elektrik dan elektronika, serta kendaraan bermotor dan suku cadangnya. Ekspor besi dan baja tumbuh 92,98 persen secara tahunan dan krontibusinya terhadap ekspor nonmigas 2021 sebesar 9,55 persen. Adapun ekspor elektrik dan elektronika serta kendaraan bermotor dan suku cadangnya masing-masing tumbuh 27,79 persen dan 30,84 persen secara tahunan. Kedua komoditas itu berkontribusi terhadap ekspor nonmigas 2021 masing-masing sebesar 5,38 persen dan 3,94 persen. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo meminta agar Indonesia tidak hanya sekadar mengekspor komoditas mentah. Ia telah melarang ekspor nikel dan tengah mengkaji larangan ekspor bauksit, timah, dan tembaga untuk hilirisasi industri (Kompas, 27/12/2021). Tiga isu, enam tema Presidensi G-20 Indonesia akan mengangkat dan mendorong tiga isu utama. Ketiga isu itu adalah arsitektur kesehatan global, transformasi digital, dan transisi energi. Ketiga isu utama itu akan dijabarkan dalam pertemuan-pertemuan Side Events G-20 2022 yang mengangkat enam tema prioritas. Tema-tema itu adalah reformasi Organisasi Perdagangan Dunia (WTO); perdagangan multilateral untuk memperkuat akselerasi tujuan pembangunan berkelanjutan; serta respons perdagangan, industri, dan investasi terhadap pandemi dan arsitektur kesehatan global. Selain itu, ada juga tema tentang perdagangan digital dan rantai nilai global berkelanjutan; mendorong investasi berkelanjutan untuk pemulihan ekonomi global, serta industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan melalui industri 4.0. Menurut Agus Gumiwang, Indonesia sebenarnya tengah berproses menata arsitektur kesehatan, bertransformasi secara digital, dan menuju transisi energi. Di sektor industri, pemerintah terus mengupayakan akses yang adil terhadap industri farmasi dan alat kesehatan, mulai dari mendapatkan bahan baku, produksi, hingga distribusi. Indonesia juga tengah berposes mengadopsi industri 4.0 melalui implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0. Penerapan teknologi tersebut akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas serta mempercepat realisasi industri hijau. ”Konsep ekonomi sirkular yang berbasis teknologi, salah satunya akan melahirkan bahan-bahan baku industri yang berasal dari sampah,” ujarnya. Sementara Lutfi menegaskan, Indonesia tetap akan mendorong negara-negara G-20 mengatasi pandemi Covid-19 bersama-sama. Salah satunya adalah mengatasi kesenjangan vaksinasi global yang dapat berpengaruh pada ketimpangan perdagangan dan perekonomian global. ”Distribusi vaksin Covid-19 secara global belum merata. Negara-negara maju, seperti Eropa, mempunyai lebih dari tiga kali jumlah vaksin yang mereka butuhkan. Namun, distribusi vaksin dari Eropa ke negara-negara lain, terutama Afrika, masih belum maksimal,” katanya.
Berdasarkan laporan Our World in Data, per 7 Februari 2022, sebanyak 10,24 miliar dosis vaksin Covid-19 telah diberikan secara global. Sebanyak 61,5 persen dari 7,8 miliar penduduk dunia telah menerima setidaknya satu dosis vaksin. Penerima vaksin itu didominasi negara-negara berpenghasilan tinggi, sedangkan negara-negara berpenghasilan rendah baru 10,4 persen populasi yang telah menerima satu dosis vaksin. Negara-negara berpenghasilan tinggi bahkan telah memberikan vaksin penguat (booster) kepada penduduknya. |
Kembali ke sebelumnya |