Isi Artikel |
Lansia Perlu Literasi Digital
Warga lanjut usia mengalami kendala di ruang digital sehingga rentan terpapar hoaks. Mereka
membutuhkan literasi digital agar cakap memverifikasi informasi.
B A H A S A
YANWARDI
Editor pada Sebuah Penerbit
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Salah seorang guru menyiapkan kembali materi pengajaran secara daring bagi siswanya di SD Negeri 1 Pedalangan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (7/2/2022).
Selama hampir dua tahun ini proses belajar mengajar siswa harus beradaptasi secara cepat di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung.
JAKARTA, KOMPAS — Warga lan-
jut usia menjadi salah satu ke-
lompok masyarakat yang paling
rentan terpapar hoaks. Literasi
digital warga lansia perlu di-
tingkatkan agar cakap memve-
rifikasi informasi sehingga tidak
terhasut kabar bohong dan ter-
hindar dari kejahatan di ruang
digital.
Banyak warga lansia meng-
alami keterbatasan di ruang di-
gital, seperti mengolah infor-
masi dan technostress atau te-
kanan psikologis menghadapi
hal yang berkaitan dengan tek-
nologi sehingga menyebabkan
stres. Imbasnya, mereka berisi-
ko menjadi korban penipuan
digital, mengabaikan perlin-
dungan data, dan terpengaruh
hoaks.
”Kelompok rentan digital ini
butuh banyak perhatian. Belum
banyak gerakan (literasi digital)
yang menyentuh mereka. Ka-
laupun ada, masih sporadis se-
hingga perlu ditingkatkan,” ujar
Manajer Program Tular Nalar
Santi Indra Astuti dalam pelun-
curan program Tular Nalar de-
ngan tema ”Warga Lansia Ca-
kap Digital” secara daring, Se-
nin (7/2/2022).
Tular Nalar merupakan pro-
gram yang fokus pada penye-
diaan materi pembelajaran ten-
tang berpikir kritis dan literasi
media. Inisiatif ini dibuat oleh
Maarif Institute, Mafindo (Ma-
syarakat Anti Fitnah Indone-
sia), Love Frankie, dan didu-
kung oleh Google.org.
Program Tular Nalar terha-
dap warga lansia akan berlang-
sung pada Maret-Agustus 2022.
Edukasi dilakukan secara da-
ring dan tatap muka di 25 kota,
di antaranya Jayapura, Makas-
sar, Banjarmasin, Denpasar,
Wonosobo, Yogyakarta, Beng-
kulu, dan Padang.
”Target awalnya menyasar
6.000 lansia di 25 kota itu.
Sasarannya memungkinkan le-
bih banyak karena kami meng-
gandeng JRKI (Jaringan Radio
Komunitas Indonesia),” kata-
nya.
Setelah mengikuti Tular Na-
lar, warga lansia diharapkan
mampu menyeleksi informasi
sehingga tidak gampang me-
nyebarkannya sebelum diverifi-
kasi. Selain itu, juga bijak ber-
media sosial dan menjadi tela-
dan bagi orang di sekitarnya.
Materi program terdiri dari
video bertema pentingnya ber-
pikir kritis, modul warga lansia
cakap digital, serta panduan
praktis tentang melawan hoaks
Covid-19 dan vaksinasi, mere-
dam ujaran kebencian, meng-
hindari penipuan digital, dan
melindungi data privasi.
Di atas 45 tahun
Santi menuturkan, warga
berusia di atas 45 tahun paling
banyak menyebarkan hoaks.
Kelompok ini adalah warga pra-
lansia dan lansia. Di saat pande-
mi, topik hoaks didominasi isu
kesehatan dan vaksinasi.
”Mereka (lansia) punya se-
mangat memproteksi diri dan
lingkungan terdekatnya. Jika
ada sesuatu (isu) yang dianggap
ancaman, akan mudah mem-
buat emosi, tetapi kurang me-
nyadari memilah informasiten-
tang itu,” tuturnya.
Sebelum menjangkau warga
lansia, sejak pertengahan 2020,
program Tular Nalar telah
menggelar 219 pelatihan literasi
digital di 328 kota. Program ini
diikuti 28.168 peserta yang ter-
diri dari siswa, mahasiswa, guru,
dan dosen.
Materi program meliputi li-
terasi digital dan media, serta
penyusunan kurikulum belajar
guna membangun ketangguhan
menghadapi isu intoleransi, be-
rita palsu, dan ujaran kebenci-
an. Selain itu, juga membangun
portal belajar daring dan kam-
panye media sosial yang aspira-
tif dalam pembelajaran man-
diri.
Ketua Umum SiberkreasiYo-
si Mokalu mengatakan, hoaks
beredar melalui berbagai plat-
form, di antaranya media sosial
dan aplikasi pesan Whatsapp.
Oleh karenanya, literasi digital
tidak hanya dibutuhkan oleh
warga lansia, tetapi juga kelu-
arga terdekatnya.
”Lansia yang sudah menda-
patkan literasi selanjutnya di-
harapkan menjadi agen per-
ubahan dalam menjaga suasana
digital di keluarga masing-ma-
sing,” ucapnya.
Yosi menambahkan, kerja sa-
ma lansia dan anggota keluarga
yang lebih muda sangat dibu-
tuhkan untuk menangkal hoaks
di lingkungan keluarga. Lansia
berperan membagikan ketela-
danan, sementara yang lebih
muda membimbing keamanan
saat mengakses ruang digital.
Kepala Hubungan Publik
Google Asia Tenggara Ryan Ra-
hardjo mengatakan, dibutuh-
kan kolaborasi akademisi, pem-
buat kebijakan, dan perusahaan
teknologi dalam melawan disin-
formasi dan misinformasi.
”Program ini diharapkan bisa
mengatasi keterbatasan lansia
dalam memverifikasi informasi.
Dibutuhkan cara inovatif untuk
membentuk pola berpikir kritis
yang mumpuni,” katanya.
Direktur Jenderal Aplikasi
dan Informatika Kementerian
Komunikasi dan Informatika
Semuel Abrijani Pangerapan
mengatakan, kencangnya arus
informasi membuat lansia ke-
sulitan membedakan informasi
valid dan tidak. Edukasi dan
pendampingan di ruang digital
akan memproteksi lansia se-
hingga terhindar dari sasaran
kejahatan. (TAM)
|