kompas_14_02_22_h.10_asa-memulihkan-harmoni
Asa Memulihkan Harmoni
Warga Wadas yang Terbelah
Harmoni damai tidak kentara dalam kerja bakti di Masjid Al Hidayah, di Desa Wadas, Kabupaten
Purworejo, Jawa Tengah, Sabtu (12/2/2022). Butuh upaya lebih keras untuk pemulihan kohesi sosial.
Regina Rukmorini
Kerja bakti pengecatan
Masjid Al Hidayah di-
inisiasi Kodim
0708/Purworejo untuk mem-
bangun kembali kohesi sosial
warga. Namun, minimnya war-
ga yang bekerja, serta sunyinya
obrolan dan canda tawa dari
mereka yang terlibat dalam
kerja bakti, menjadi bukti ke-
hidupan warga yang sedang ti-
dak baik-baik saja.
Kurang dari 10 warga yang
turut dalam kerja bakti. Ada-
pun undangan bagi warga un-
tuk mengikuti kerja bakti baru
disampaikan pada Jumat
(11/2/2022).
”Karena dilaksanakan pagi,
mungkin masih banyak orang
yang berhalangan karena ha-
rus bertani di ladang,” kata
Komandan Koramil 13/Bener,
Kapten Infanteri Dhaliman.
Seperti diberitakan sebe-
lumnya, masyarakat di Desa
Wadas saat ini terbelah, men-
jadi kelompok pro dan kontra
atas rencana penambangan ba-
tu andesit di desa. Penam-
bangan ini rencananya untuk
menyuplai material pemba-
ngunan Bendungan Bener.
Ketegangan di desa menca-
pai puncaknya ketika polisi ke-
mudian mengamankan 67
warga kontra penambangan
saat mereka sedang melakukan
mujahadah di Masjid Nurul
Huda, Selasa (8/2/2022).
Komandan Kodim
0708/Purworejo Letnan Kolo-
nel Inf Lukman Hakim menga-
takan, situasi yang terjadi saat
ini memang tak mudah diha-
dapi. Pihaknya berupaya mem-
bantu pemulihan trauma dan
merajut kembali relasi antar-
warga, salah satunya lewat ke-
giatan kerja bakti dengan me-
libatkan banyak warga.
Dalam kerja bakti di Desa
Wadas, pembersihan dan pe-
ngecatan direncanakan dilaku-
kan di masjid, mushala, dan
Tempat Pendidikan Al Quran.
Semula, kegiatan ini akan me-
libatkan 50 prajurit TNI, 30
gabungan warga dan pegawai
dari Kantor Kecamatan Bener,
serta 20 polisi.
Saat kegiatan kerja bakti
berlangsung, sejumlah warga
tampak asyik dengan aktivitas
masing-masing di rumah. Se-
bagian terlihat duduk-duduk,
merokok, dan mengobrol de-
ngan rekan-rekannya. Sejum-
lah ibu rumah tangga juga ter-
lihat duduk di depan warung
penyedia kebutuhan pokok,
berbincang dengan ibu lainnya,
sembari sesekali mengawasi
anak-anaknya bermain. Tidak
banyak yang mau terlibat de-
ngan gotong royong di masjid.
Ngadik (40), salah satu war-
ga, enggan menjelaskan alasan
tidak bergabung dalam kerja
bakti. Dia justru mempersoal-
kan keberadaan puluhan per-
sonel TNI dan polisi di masjid.
”Ada apa lagi? Mau ngapain
lagi mereka?” ujarnya, menyi-
ratkan rasa takut.
Pertanyaan serupa juga di-
ungkapkan warga lain, Khami-
yati (39). Setelah lega karena
seluruh polisi ditarik dari desa
pada Jumat (11/2), trauma me-
lingkupinya saat melihat pu-
luhan polisi dan TNI kembali
masuk desa.
Sementara Mujiyanto (47),
salah satu warga pro penam-
bangan dan ikut dalam kerja
bakti, menilai, minimnya ke-
terlibatan warga dalam kerja
bakti terjadi karena Masjid Al
Hidayah berdiri di tengah per-
mukiman warga kontra.
Secara pribadi, Mujiyanto
mengaku keputusannya men-
dukung rencana pemerintah
dengan setuju menjual lahan
adalah keputusan yang tepat.
Hal itu dilatarbelakangi bagi-
nya tidak ada celah alasan un-
tuk menentang program pe-
merintah.
”Kalau saya menentang,
khawatir hal itu nantinya ber-
dampak pada berbagai macam
hal lain, misalnya dipersulit sa-
at mengurus administrasi atau
semacamnya,” ujarnya.
Trauma
Di sudut lain Desa Wadas,
Ngabdul Mukti (29), salah satu
warga, mengatakan, saat ini
masih banyak warga dibelit
trauma dengan keberadaan
aparat di desanya. Puluhan
warga pun mengungsi dan be-
lum berani pulang ke rumah
karena khawatir kejadian pe-
nangkapan dan tindakan re-
presif aparat pada Selasa (8/2)
kembali berulang.
Sebagian warga yang ditang-
kap, diamankan polisi, juga be-
lum bisa merasa tenang karena
telepon selular mereka, tanpa
alasan jelas, masih disita polisi.
Julian Duwi Prasetia dari
Lembaga Bantuan Hukum
Yogyakarta mengatakan, pro
dan kontra warga terhadap pe-
nambangan selama ini tidak
pernah berkembang menjadi
masalah besar. Namun, insiden
Selasa lalu justru menghadir-
kan trauma dan mengacaukan
situasi di desa.
Komisioner Pendidikan dan
Penyuluhan Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia Beka
Ulung Hapsara mengatakan,
pemulihan trauma dan relasi
antarwarga adalah hal utama
yang harus ditangani pemerin-
tah. Pemulihan jadi kunci uta-
ma untuk memecahkan masa-
lah yang terjadi di Desa Wadas.
Penyelesaian konflik di Desa
Wadas juga diupayakan Kantor
Staf Presiden (KSP). Dikutip
dari siaran pers KSP, Minggu
(13/2), tim KSP berjalan kaki
mendatangi rumah-rumah
warga Desa Wadas.
Tim yang dipimpin Tenaga
Ahli Utama KSP Joanes Joko
itu berupaya mendapatkan in-
formasi menyeluruh terkait
kronologi insiden pada 8 Feb-
ruari 2022 di Desa Wadas. Tim
menyerap pendapat warga
yang pro dan kontra penam-
bangan untuk selanjutnya di-
sampaikan kepada Presiden
Joko Widodo.
Kini, situasi warga di Wadas
memang sedang tidak baik-ba-
ik saja. Solusi atas masalah ini
dinanti agar kehidupan warga
kembali normal. (CAS)
|