MENTERI Keuangan Sri Mulyani menilai proses pemulihan ekonomi di tingkat global maupun domestik tidak akan selalu berjalan mulus.
Menurut Bendahara Negara, selalu ada tantangan yang dapat menimbulkan guncangan dalam pemulihan ekonomi. "Transisi pandemi menjadi endemi yang tidak merata. Gejolak geopolitik yang menyebabkan kenaikan harga komoditas secara ekstrem," ujar Ani, sapaan akrabnya, Jumat (11/3).
"Ditambah pula disrupsi rantai pasok global telah menyebabkan tekanan inflasi global yang tinggi. Ancaman perubahan iklim tantangan yang harus dijawab secara dini dan teliti, baik dari sisi teknologi, kebijakan, maupun keuangan," imbuhnya.
Di tengah kompleksitas pemulihan ekonomi, lanjut dia, Indonesia juga tengah diuji kepemimpinannya di level global, sebagai pemegang Presidensi G20 2022. Upaya pemulihan dari pandemi covid-19 dan penataan ekonomi pascapandemi, juga menjadi agenda yang menantang.
Pasalnya, setiap negara memiliki kepentingan berbeda, yang mengakibatkan perumusan langkah untuk pulih bersama tidak mudah dilakukan. Namun, Indonesia dikatakannya sudah teruji sebagai negara yang bisa mengambil kesempatan dalam kondisi krisis, seperti periode 1998 dan 2008.
"Kita harus keluar dari pandemi dengan prestasi. Kita harus optimis bahwa badai akan berlalu. Ke depan, masih ada badai dan tantangan yang akan kita hadapi. Indonesia harus selalu siap," pungkas Ani.(OL-11)
|