Isi Artikel |
Jajaran TNI AL memiliki alutsista baru, yakni KRI Teluk Palu-523. Spesifikasi kapal angkut tank ini lebih unggul ketimbang sejumlah kapal perang sejenis yang telah dihapuskan.
KRI Teluk Palu-523 buatan PT Daya Radar Utama diresmikan sebagai salah satu bagian dari alutsista TNI Angkatan Laut, Rabu (9/3/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut meresmikan kapal perang baru jenis angkut tank, yakni KRI Teluk Palu-523. Selain modernisasi alat utama sistem persenjataan, kehadirannya juga merupakan wujud kemandirian industri pertahanan dalam negeri. Namun, ke depan, TNI AL diharapkan tidak hanya memperbarui, tetapi juga bisa mengoptimalkan alutsista yang sudah tidak digunakan.
Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono meresmikan KRI Teluk Palu-523 di galangan kapal PT Daya Radar Utama (DRU), Lampung, Rabu (9/3/2022). Ia mengatakan, kapal perang jenis landing ship tank (LST) atau angkut tank (AT) ini akan memperkuat jajaran Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil). Kehadiran KRI baru ini juga merupakan upaya modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) mengingat sejumlah kapal angkut tank telah dihapuskan dari daftar alutsista karena usia yang sudah tua.
”Seperti yang saya sebutkan sebelumnya di dalam rapat dengan Komisi I DPR, ini merupakan salah satu dari sembilan kapal pengganti LST-LST kita yang sudah dihapus karena sudah tua. Ini adalah modernisasi LST yang baru,” kata Yudo seusai meresmikan KRI Teluk Palu-523 yang disiarkan secara daring di akun media sosial TNI AL.
Diberitakan sebelumnya, TNI AL bersama dengan Kementerian Pertahanan dan Kementerian Keuangan mengajukan penghapusan kapal angkut tank yang sudah berusia di atas 40 tahun ke Komisi I DPR, 27 Januari lalu. Dalam rapat tersebut, Komisi I menyetujui penghapusan dan penjualan dua KRI, yakni KRI Teluk Penyu-513 dan KRI Teluk Mandar-514. Selain berusia tua, kedua KRI juga dalam keadaan rusak dan tidak efisien jika diperbaiki. Sebab, badan kapal dan perpipaan keropos, permesinan, kelistrikan, peralatan navigasi komunikasi, serta instrumen yang ada di anjungan sudah tidak dapat digunakan (Kompas, 28/1/2022).
Dibandingkan dengan sejumlah kapal angkut tank yang sudah dihapus, kata Yudo, spesifikasi KRI Teluk Palu-523 lebih unggul, baik dari segi dimensi, kapasitas, maupun kecepatan. Kapal angkut tank itu berdimensi panjang 120 meter, lebar 18 meter, draft 3 meter, dan bobot 4.508 ton. Kecepatan maksimumnya mencapai 16 knot, kecepatan jelajah 14,8 knot, dan kecepatan ekonomis 13,6 knot. Adapun kemampuan jelajah kapal mencapai 7.200 mil laut (13.334 km). Kapal ini juga dilengkapi dengan dua meriam 40 milimeter dan dua meriam 12,7 milimeter.
Terkait dengan kapasitas, KRI Teluk Palu-523 dapat mengangkut 10 tank Leopard, satu panser 2 AVBL, satu transporter, dan dua helikopter. Selain itu, kapal juga mampu menampung 360 prajurit, 115 anak buah kapal, dan 6 anggota kru helikopter.
Yudo melanjutkan, selain mewujudkan komitmen terhadap program prioritas TNI AL, pembangunan kekuatan melalui modernisasi alutsista juga merupakan upaya mewujudkan kemandirian industri pertahanan. Hal Ini penting untuk menghindari ketergantungan terhadap negara lain.
”Saya yakin kehadiran KRI Teluk Palu-523 dalam jajaran alutsista TNI AL akan meningkatkan daya gempur, kepercayaan diri, dan performa dalam pelaksanaan tugas-tugas TNI AL ke depan,” ucapnya.
KSAL Laksamana Yudo Margono saat meresmikan KRI Teluk Palu-523 di galangan kapal PT Daya Radar Utama, Lampung, Rabu (9/3/2022).
DOKUMENTASI DISPENAL
KSAL Laksamana Yudo Margono saat meresmikan KRI Teluk Palu-523 di galangan kapal PT Daya Radar Utama, Lampung, Rabu (9/3/2022).
KRI Teluk Palu-523 merupakan produk dalam negeri yang dibangun oleh PT DRU. Selain kapal tersebut, perusahaan itu juga sedang membangun satu kapal angkut tank lainnya. Diperkirakan, pembangunan kapal akan selesai dalam dua hingga tiga bulan ke depan. Sebelumnya, PT DRU juga telah membangun kapal dengan jenis yang sama, yakni KRI Teluk Youtefa-522 yang telah diresmikan pada Juli 2021 dan saat ini juga bertugas di Kolinlamil.
Di samping peresmian, Yudo juga mengukuhkan Komandan KRI Teluk Palu-523 yang pertama. Ia adalah Letnan Kolonel Laut (P) Siswandony, lulusan Akademi Angkatan Laut (AAL) 2002.
Pada hari yang sama, KRI Teluk Palu-523 diserahterimakan dari PT DRU kepada TNI AL secara berjenjang. Mulai dari diberikan kepada Kepala Dinas Pengadaan TNI AL Laksamana Pertama Maman Rohman, lalu kepada Asisten Logistik KSAL Laksamana Muda Puguh Santoso, kemudian kepada Panglima Komando Lintas Laut Militer (Pangkolinlamil) Laksamana Muda Erwin S Aldedharma.
Jajaran Jalasenastri menghadiri peresmian KRI Teluk Palu-523 di Lampung, Rabu (9/3/2022).
DOKUMENTASI DISPENAL
Jajaran Jalasenastri menghadiri peresmian KRI Teluk Palu-523 di Lampung, Rabu (9/3/2022).
Sesuai kebutuhan
Secara terpisah, anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar Dave Laksono menilai, penambahan KRI dengan bobot dan daya angkut besar sudah sesuai dengan kebutuhan TNI. Selain dapat memudahkan pemindahan peralatan dan pasukan, kapal tersebut juga bisa digunakan untuk memindahkan logistik dalam kondisi bencana alam yang memang sering terjadi di Indonesia.
"Spesifikasi itu yang memang dibutuhkan dan diharapkan bisa meningkatkan kualitas tempur, kemampuan, dan kinerja TNI,” katanya.
Meski demikian, Dave berharap ke depan, TNI AL bisa lebih mengoptimalkan KRI-KRI yang sudah tua dan tak bisa lagi digunakan. Alih-alih dijual setelah dihapuskan, ia mendorong agar kapal perang yang ada dijadikan museum atau ditenggelamkan untuk spot pariwisata. Alternatif pemanfaatan itu lebih bermanfaat untuk menambah pengetahuan masyarakat dan pendapatan negara.
Direktur Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menambahkan, kehadiran kapal angkut tank baru di TNI AL perlu disambut gembira. Meskipun belum bisa sepenuhnya menggantikan kapal-kapal yang sudah berusia lanjut, namun kehadiran kapal baru itu setidaknya menumbuhkan optimisme bahwa program modernisasi alutsista terus berjalan walaupun sempat mengalami perlambatan. Perlambatan yang dimaksud terkait dengan pemenuhan Minimum Essential Force (MEF) tahap II (2015—2019) yang harusnya mencapai target 75,54 persen, tetapi baru mencapai 63,19 persen.
“Tragedi yang menimpa KRI Nanggala-402 hampir setahun lalu, saya kira telah memberikan pelajaran besar seharga nyawa bahwa pembangunan sektor pertahanan serta upaya penegakan keamanan dan kedaulatan kita adalah upaya yang tak dapat dikesampingkan, harus dilakukan dengan sangat serius,” ujar Khairul.
Hal itu membutuhkan perencanaan yang komprehensif, berkelanjutan, dan didasarkan pada skala prioritas yang jelas, terukur dan mengacu pada proyeksi bentuk dan tingkat ancaman di masa mendatang.
Selain itu, Khairul mengingatkan, rencana TNI AL menerima hibah kapal perang bekas dari Italia dan Korea harus diperhatikan. Sebab, usia kapal tersebut diperkirakan lebih dari 30 tahun. Hal tersebut patut dikhawatirkan karena kelak pengoperasiannya justru bisa membebani TNI AL baik dari sisi anggaran maupun risiko insiden pelayaran. |