Judul | Perguruan Tinggi: Kemanfaatan Riset PT Kelas Dunia |
Tanggal | 07 Juli 2022 |
Surat Kabar | Kompas |
Halaman | 6 |
Kata Kunci | |
AKD |
- Komisi X |
Isi Artikel | PERGURUAN TINGGI Kemanfaatan Riset PT Kelas DuniaRanking perguruan tinggi (PT) Indonesia secara global meningkat signifikan enam tahun terakhir. Tantangan terbesarn adalah bagaimana meningkatkan kemanfaatannya bagi masyarakat, sebagai investor terbesar dari riset kita. Oleh
BADRI MUNIR SUKOCO
7 Juli 2022 06:50 WIB·5 menit baca
Didie SW Ranking perguruan tinggi (PT) Indonesia secara global meningkat signifikan enam tahun terakhir, khususnya pada Quacquarelli SymondsWorld University Ranking (QS-WUR). Kenaikan ini didorong keberhasilan PT Indonesia mengelola reputasi akademis maupun pengguna lulusan yang ditentukan lewat survei. Apalagi bobotnya 50 persen. Selain itu, didorong peningkatan rasio dosen terhadap mahasiswa, baik secara riil maupun administratif. Namun, tantangan terbesar adalah sitasi per dosen dari publikasi ilmiah yang dihasilkan. Dalam enam tahun terakhir secara kumulatif publikasi ilmiah Indonesia 1,35 kali lebih besar dari Singapura, namun skor sitasi masih seperlimanya. Skor sitasi PT tertinggi Malaysia 17 kali lipat dibanding skor tertinggi PT Indonesia. Terlepas dari metrikasi tersebut, kemanfaatannya bagi daya saing bangsa menjadi tantangan terbesar bagi PT berkelas dunia Indonesia.
Manfaat akademis Riset adalah bagian dari Tridharma PT, dan publikasi ilmiah adalah luarannya. Dua lembaga ranking global, QS-WUR maupun Times Higher Education WUR, menggunakan database Scopus. Inilah alasan utama luaran riset kita perlu dipublikasikan pada jurnal yang terindeks di dalamnya. Publikasi ilmiah akademisi Indonesia pada jurnal yang terindeks Scopus naik pesat enam tahun terakhir. Pertumbuhannya tertinggi dibanding negara ASEAN lain, mencapai 37,12 persen per tahun. Meski secara kumulatif besar (mengalahkan Singapura dan Thailand), bila dihitung per kapita masih perlu ditingkatkan. Terdapat 0,83 publikasi per seribu penduduk, Butuh 35 kali untuk menyamai Singapura dan sembilan kali agar sama dengan Malaysia. Tantangan selanjutnya adalah kualitas. Database Scival menunjukkan, lebih dari separuh publikasi Indonesia berada pada level Q4 (kuartil 4), sedangkan publikasi pada jurnal yang masuk Top 10 persen hanya 4,7 persen. Menariknya, akademisi China menghasilkan separuh publikasi ilmiahnya pada jurnal Q1 dan yang dipublikasikan di Top 10 persen mencapai 27,5 persen. Jumlahnya tiga kali dari keseluruhan publikasi Indonesia. Untuk Singapura, hampir separuh terpublikasi di jurnal Top 10 persen. Semakin tinggi ranking sebu- ah jurnal, makin banyak pembacanya. Inilah alasan utama tingginya sitasi yang dihasilkan, karena periset lain menggunakannya sebagai acuan. Publikasi ilmiah Indonesia menghasilkan rerata sitasi tiga kali per dokumen. Singapura 16 kali. Secara kumulatif, jumlah publikasi China enam tahun terakhir 17 kali lipat Indonesia, dengan sitasi tiga kali lipatnya. Manfaat bagi masyarakat Publikasi ilmiah tak hanya memenuhi luaran hibah riset yang diterima, namun kemanfaatan bagi masyarakat adalah yang utama. Sebagai investor riset terbesar, pemerintah patut memintanya. Apalagi masyarakat, karena pajak yang dibayar- kan diinvestasikan pada riset de -ngan luaran publikasi ilmiah. Salah satunya terkait paten teknologi baru. China mampu menggunakan publikasi ilmiahnya 11 kali lebih baik dibanding Indonesia dalam pengembangan paten. Malaysia memiliki publikasi yang digunakan untuk paten hampir enam kali lipat kita. Israel tertinggi dalam mengonversi publikasi ilmiah menjadi paten, hampir 140 kali lipat kita. Ini menunjukkan komersialisasi dan ekosistem inovasi di Israel sangat bagus. Tak heran banyak start-up teknologi lahir di sana. Apalagi riset yang berkolaborasi dengan industri memiliki sitasi tinggi, 5-15 kali dibanding kolaborasi bersama akademisi luar negeri. Tak hanya paten, mencerdaskan kehidupan bangsa adalah tujuan utama riset. Sayangnya pemanfaatan publikasi ilmiah oleh stakeholders di Indonesia rendah. Yang cukup aktif menggunakan umumnya bidang kedokteran dan teknik, karena jasa layanannya senantiasa up to date. Bidang publik atau bisnis masih jauh. Baca juga Arah Baru Publikasi Ilmiah
Jarang kita melihat pimpinan nasional atau daerah mengambil keputusan berdasar temuan terbaru di American Economic Review atau Public Administration Review. Atau CEO maupun manajer mengambil keputusan berdasarkan studi pada Academy of Management Journal atau Strategic Management Journal. Terbatasnya waktu, ditambah bahasa akademis yang kompleks dan panjangnya naskah jadi kendala. Apalagi bagi masyarakat umum, yang memiliki keterbatasan akses dan literasi akan bahasa ilmiah yang digunakan. Hal tersebut menjadi alasan kurang optimalnya kemanfaatan riset dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Rekomendasi Gerakan payback to the society untuk hasil riset mengemuka awal 1990-an di Amerika Utara dan Eropa. Misalnya, Kanada mengukur payback dari riset terkait pengembangan pengetahuan, peningkatan kapasitas bangsa, informasi untuk pengambilan keputusan, dampak ke kesehatan, ekonomi, dan/atau sosial. Gerakan ini logis karena riset yang dilakukan PT dan akademisinya sebagian besar dibiayai pemerintah (dari pajak yang dibayarkan masyarakat). Tentu metrikasi kemanfaatan riset secara akademis dapat meningkatkan reputasi PT Indonesia di kelas dunia. Kajian Uslu (2020) menunjukkan, kualitas publikasi berkontribusi 73,71 persen pada reputasi global sebuah PT. QS juga berpendapat, kualitas publikasi ilmiah (top-tier atau Q1 journals) akan berdampak 60 persen pada reputasi PT. Betapa pentingnya kualitas publikasi ilmiah. Tak hanya reputasi akademis PT berkelas dunia yang didapat, kapabilitas inovasi dan daya saing bangsa meningkat.
Tantangan terbesarnya adalah bagaimana meningkatkan kemanfaatannya bagi masyarakat, sebagai investor terbesar dari riset kita. Mengkomunikasikan hasil riset dengan bahasa sederhana dan multi-platform (opini media massa atau media sosial) membantu masyarakat memanfaatkan temuan baru yang dihasilkan peneliti. Lee (2019) menggambarkan, Korea Selatan dan negara berpenghasilan menengah lain mampu menjadi negara maju karena didukung pendidikan tinggi dan kapabilitas inovasi. Pendidikan tinggi yang berkualitas bilamana reputasinya diakui secara global, dan QS-WUR melaporkan progres bagus yang dimiliki oleh Top 5 PT Indonesia. PT inilah yang akan mencerdaskan SDM bangsa agar memiliki kualitas yang relatif sama dengan yang dihasilkan PT berkelas dunia lain. Tugas terberat PT Indonesia adalah meningkatkan kapabilitas inovasi bangsa. Kemanfaatan riset yang menghasilkan teknologi atau kebijakan yang menjadikan semua lini kehidupan bangsa lebih efektif, efisien, dan berdaya saing. Daya saing yang menghasilkan produk bernilai tambah tinggi. PT berkelas dunia dengan risetnya yang mampu meningkatkan kapabilitas inovasi bangsa menuju Indonesia Maju 2045. Badri Munir Sukoco Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga
KOMPAS Badri Munir Sukoco
Editor:
SRI HARTATI SAMHADI, YOHANES KRISNAWAN
|
Kembali ke sebelumnya |