Judul | Ekonomi Dunia Terancam Resesi, Ekonomi Indonesia Tahan Banting |
Tanggal | 23 September 2022 |
Surat Kabar | Kontan |
Halaman | - |
Kata Kunci | |
AKD |
- Komisi XI |
Isi Artikel | KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi dunia terancam masuk ke fase resesi. Bank Dunia memprediksi ekonomi dunia berisiko masuk ke jurang resesi global pada tahun 2023 mendatang. Perkiraan ini salah satunya ditandai karena banyaknya bank sentral di berbagai negara memutuskan menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi. Optimisme tersebut lantaran perekonomian Indoensia sudah perlahan pulih. Ekonomi Indonesia masih bisa ditopang surplus dari komoditas dan juga konsumsi rumah tangganya masih dalam batas aman. Data terakhir, surplus perdagangan barang pada Agustus 2022 melonjak menjadi US$ 5,8 miliar. Kemudian, indeks kepercayaan konsumen di Indonesia juga mulai meningkat, sehingga turut mendorong perekonomian di Tanah Air. Selain itu, Indoensia juga justru diuntungkan dengan adanya berkah komoditas disaat berbagai negara berkembang mengalami masalah supply chain. Faktor lainnya, pelonggaran mobilitas juga turut mendorong konsumsi masyarakat yang akhirnya berdampak pada perekonomian. Misalnya saja dengan membuka kembali sektor pariwisata, dan sektor perbelanjaan sehingga sektor perdagangan bisa diuntungkan. Sehingga, kata Radhika, tahun depan pemerintah bisa mengurangi anggaran pandemi dan fokus pada investasi jangka panjang, seperti membangun proyek infrastruktur yang bisa bermanfaat untuk masa yang akan datang. “Pemerintah menghabiskan lebih banyak untuk peluncuran vaksin untuk kesehatan, untuk mendukung pandemi pandemi. Tapi tidak bisa terus melakukan itu untuk jangka yang lama. Saya pikir pemerintah ke depan akan menghabiskan lebih banyak dana untuk infrastruktur dan menjaga bantalan sosial,” kata Radhika. Ia juga menambahkan, keputusan pemerintah untuk mengurangi subsidi dengan menaikkan harga BBM, namun beriringan dengan memberikan bantuan sosial tambahan, adalah keputusan yang tepat. Sehingga bisa menjaga ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah. Meski begitu, Radhika menyarankan agar pemerintah tidak hanya fokus pada pembangunan infrastruktur saja dan hanya fokus pada pengendalian konsumsi masyarakat. Melainkan harus fokus juga mengembangkan sektor-sektor yang bisa berdampak positif dalam jangka panjang. Lebih lanjut, Ia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indoensia tahun depan juga akan lebih moderat lagi. Selain itu, inflasi juga diperkirakanakan akan makin melandai, mulai dari inflasi pada kuartal III tahun ini hingga tahun depan. “Makanya kebanyakan bank sentral ingin cepat-cepat menaikkan suku bunga. Mereka ingin mendapatkan beban awal itu sehingga jika mereka mempertahankan tingkat kenaikan suku bunganya hingga 2023, mereka khawatir dampak pertumbuhannya akan lebih besar,” tambahnya. Memasuki tahun 2023, penurunan harga komoditas dan peningkatan impor seiring dengan pulihnya permintaan domestik diperkirakan akan mendorong defisit tipis neraca transaksi berjalan. “Pasar obligasi mulai menunjukkan arus yang keluar, sementara kinerja ekuitas yang melampaui pasar menarik minat investor. Investasi asing meningkat secara stabil, dan ini diharapkan menjaga kelancaran neraca pembayaran secara keseluruhan tetap terkendali,” terangnya. Sebelumnya, Radhika memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini berada di kisaran 4,8% year on year (yoy) hingga 5% yoy. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi pada tahun depan diperkirakan akan di kisaran 5,2% yoy hingga 5,5% yoy. |
Kembali ke sebelumnya |