Selamat datang di website E-PAPER PERPUSTAKAAN DPRRI.

Koleksi Perpustakaan DPR RI

Judul Antusiasme Umrah Perlu Penguatan Protokol Covid-19
Tanggal 06 Juli 2022
Surat Kabar Kompas
Halaman -
Kata Kunci
AKD - Komisi VIII
Isi Artikel

Minat untuk pergi menjalankan ibadah umrah ataupun haji terekam menguat. Puluhan ribu orang tercatat sebagai jemaah, khususnya untuk menjalankan ibadah umrah. Sayangnya, sukacita beribadah ini masih diselimuti kekhawatiran di tengah kasus positif Covid-19 jemaah yang tinggi.

Jajak pendapat Litbang Kompas merekam antusiasme publik yang menguat untuk menjalankan ibadah ke Tanah Suci. Pada Januari 2022, terekam 34,6 persen responden memilih pergi beribadah umrah dan haji jika kondisi pandemi Covid-19 membaik.

Kegiatan beribadah ke Tanah Suci ini paling banyak dipilih dibandingkan dengan jenis kegiatan berpergian lain seperti mengunjungi keluarga, berwisata, atau menonton konser. Tak pelak, hasil ini turut menggambarkan sisi religiositas masyarakat Indonesia yang tetap kuat di masa pandemi.

Setelah pandemi melandai, kegiatan beribadah ke Tanah Suci ini paling banyak dipilih dibandingkan dengan jenis kegiatan berpergian lain.

Animo yang terekam pada awal tahun ini berlipat ganda jika dibandingkan dengan awal masa pandemi. Jajak pendapat pada Mei 2020 baru merekam 8,2 persen responden yang memilih ibadah umrah dan haji sebagai kegiatan yang akan dilakukan ketika pandemi berakhir.

Keinginan untuk beribadah umrah dan haji terbukti tidak hanya ada pada tataran minat. Seiring dengan pelonggaran protokol kesehatan yang dilakukan pemerintah Arab Saudi dan terkendalinya penularan Covid-19 di Tanah Air, pendaftar khususnya untuk ibadah umrah melonjak.

Kementerian Agama (Kemenag) melaporkan 8.000 orang terdaftar sebagai jemaah umrah per 2 Februari 2022. Angka ini meningkat menjadi 41.000 jemaah pada akhir Maret. Dari jumlah tersebut, hampir 66 persen telah selesai menjalankan ibadah umrah di Mekkah per pertengahan Maret lalu.

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/M_jzHDbYDnTVWy30nxILErmtCOM=/1024x583/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F07%2F05%2F93acee67-5a76-4ff1-b83f-d8f989540fa7_jpg.jpg

Kemudahan perjalanan umrah juga didukung dengan dibukanya penerbangan langsung dari daerah, seperti melalui Bandara Juanda di Surabaya. Kompas melaporkan sebanyak 366 anggota jemaah umrah asal Jawa Timur berangkat dari Bandara ini pada 14 Maret. Jumlah jemaah umrah dari Jawa Timur tergolong tinggi, yakni mencapai lebih dari 8.000 anggota jemaah.

Di tengah minat sekaligus praktik beribadah umrah yang tak perah surut, penerapan protokol kesehatan perlu tetap dijalankan beriringan. Temuan kasus positif Covid-19 pada jemaah yang pulang ke Tanah Air patut menjadi alarm untuk meningkatkan kewaspadaan.

Baca Juga : Jemaah Haji dan Umrah Didorong untuk Ramah Lingkungan

Positif Covid-19

Pada periode 17 Januari hingga 4 Maret 2022, sebanyak 10.290 anggota jemaah umrah dari Arab Saudi dilaporkan positif Covid-19. Proporsi orang yang positif dari keselurahan yang dites atau positivity rate bahkan sempat mencapai angka 95,5 persen (Kompas, 10 Maret 2022).

Jika dibandingan dengan 41.000 anggota jemaah haji yang terdaftar hingga akhir Maret, dapat diperkirakan anggota jemaah yang terinfeksi mencapai seperempatnya. Hal ini tentu saja perlu mendapatkan perhatian serius di tengah pelonggaran yang saat ini diterapkan Pemerintah Arab Saudi ataupun Indonesia.

Pemerintah Arab Saudi telah mencabut sebagian besar kebijakan protokol kesehatan. Pelaku perjalanan yang datang ke Arab Saudi tidak perlu lagi melakukan tes PCR dan menjalankan karantina. Protokol jaga jarak di dalam masjid, termasuk di Mekkah dan Madinah, sudah tidak lagi diterapkan. Hanya aturan penggunaan masker saja masih berlaku.

Penumpang pesawat terbang yang akan berangkat umrah menunggu kepastian berangkat di area pelaporan Terminal Keberangkatan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (27/2/2020). Ratusan calon jemaah umrah dari berbagai daerah yang telah berada di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, batal terbang ke Arab Saudi setelah pihak maskapai penerbangan mengikuti keputusan Pemerintah Arab Saudi untuk menangguhkan sementara kedatangan jemaah umrah dari luar negeri. Pemerintah Arab Saudi menyatakan menghentikan sementara layanan ibadah umrah dan kunjungan ke Masjid Nabawi di Madinah terkait penyebaran virus korona tipe baru atau Covid-19. KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Penumpang pesawat terbang yang akan berangkat umrah menunggu kepastian berangkat di area pelaporan Terminal Keberangkatan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (27/2/2020). Ratusan calon jemaah umrah dari berbagai daerah yang telah berada di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, batal terbang ke Arab Saudi setelah pihak maskapai penerbangan mengikuti keputusan Pemerintah Arab Saudi untuk menangguhkan sementara kedatangan jemaah umrah dari luar negeri. Pemerintah Arab Saudi menyatakan menghentikan sementara layanan ibadah umrah dan kunjungan ke Masjid Nabawi di Madinah terkait penyebaran virus korona tipe baru atau Covid-19.

Di Indonesia, pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) juga mendapatkan kelonggaran dari sisi durasi karantina. Meski begitu, protokol tes PCR, jaga jarak, dan penggunaan masker masih kuat diterapkan. Selain pada penerapan protokol kepulangan jemaah umrah, atensi lapis kedua juga perlu ditujukan pada aspek kultural.

Tak jarang, masyarakat Indonesia yang pulang dari ibadah di Tanah Suci akan menggelar acara syukuran yang mengundang tetangga ataupun sanak saudara. Langkah preventif perlu juga dialamatkan pada kebiasaan ini demi menekan risiko penularan.

Tidak hanya itu, pelaku perjalanan umrah juga didominasi oleh masyarakat dengan kategori usia tua. Pada 2021, GAST menunjukkan separuh peziarah umrah dari luar Arab Saudi berusia antara 40 dan 49 tahun. Sementara pada 2020, terekam seperempat jemaah umrah berusia lebih dari 60 tahun.

Jemaah dengan kategori usia di atas memiliki tingkat risiko lebih tinggi terserang penyakit ataupun tertular Covid-19. Apalagi, belakangan ini kasus positif harian Covid-19 menunjukkan kenaikan.

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/-WVRL4SDn-CvRCB-H4v9Jbu7hyE=/1024x1544/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F07%2F05%2F36e4c434-aebd-4c9d-bf88-3e083ced4955_jpg.jpg

Angka kasus positif menunjukkan kenaikan signifikan sejak pertengahan Juni ini. Kasus harian tertinggi sempat menyentuh 2.069 pada 24 Juni. Padahal, grafik telah menunjukkan garis melandai dengan tak lebih 1.000 kasus baru sejak pertengahan April lalu.

Jumlah PPLN, khususnya yang melakukan ziarah ke Tanah Suci, masih berpeluang besar mengalami kenaikan. Tingginya minat dan animo untuk beribadah yang tecermin dari data di atas diharapkan menyumbang narasi penting dalam pembentukan protokol kesehatan untuk menyambut jemaah. Tidak hanya jemaah umrah, tetapi juga jemaah haji yang saat ini tengah menjalankan ibadah di Tanah Suci.

Baca Juga: Waspadai Penularan pada Jemaah

Tak Pernah Surut

Tren beribadah umrah tak pernah surut. Pada masa sebelum pandemi, jumlah orang yang melakukan ibadah umrah hampir mencapai 20 juta jiwa per tahun. Otoritas Statistik Arab Saudi (GASTAT) mencatat 19,1 juta orang dari seluruh dunia melakukan ibadah umrah di Mekkah pada 2017.

Pada tahun 2019, jumlahnya meningkat menjadi 19,2 juta jiwa. Proporsi terbesar jemaah umrah berasal dari Arab Saudi. Peziarah domestik ini mengambil porsi lebih dari 60 persen dari total jemaah per tahun.

Jemaah umrah mengikuti tanda jaga jarak di lantai saat tawaf di Masjidil Haram, Kota Suci Mekkah, Arab Saudi dalam ibadah Umrah Minggu (30/5/2021). AP PHOTO/AMR NABIL

Jemaah umrah mengikuti tanda jaga jarak di lantai saat tawaf di Masjidil Haram, Kota Suci Mekkah, Arab Saudi dalam ibadah Umrah Minggu (30/5/2021).

Masa pandemi pun tak mengurungkan niat untuk beribadah di Tanah Suci. Pada 2020, tercatat 5,8 juta jemaah umrah. Pada tahun ini, proporsi jemaah justru terbalik dan didominasi oleh peziarah dari luar Arab Saudi.

Pada 2021 tercatat 6,5 juta anggota jemaah umrah. Hampir seluruhnya berasal dari Arab Saudi dan hanya 0,2 persen yang berasal dari luar Arab Saudi. Dalam dua tahun pandemi tersebut pun jumlah peziarah masih mencapai seperempat dari jumlah saat situasi normal.

Umrah menjadi alternatif beribadah di Tanah Suci ketika ibadah haji terbatasi oleh kuota. Selain itu, umrah dapat dilakukan setiap waktu. Fleksibilitas waktu inilah yang memungkinkan umrah dapat dilakukan di sela-sela waktu saat situasi pandemi terkendali. (LITBANG KOMPAS)

  Kembali ke sebelumnya