Selamat datang di website E-PAPER PERPUSTAKAAN DPRRI.

Koleksi Perpustakaan DPR RI

Judul Kawasan Gambut Terbengkalai Mulai Ditanami Padi
Tanggal 26 Oktober 2020
Surat Kabar Kompas
Halaman -
Kata Kunci
AKD - Komisi IV
Isi Artikel

PALANGKARAYA, KOMPAS — Kawasan lahan gambut produksi ditanami padi sebagai lahan percobaan dengan luas mencapai 250 hektar di Desa Talio Hulu, Kabupaten Pulang Pisau, Kalteng. Lahan tersebut merupakan kawasan yang selama ini ditinggalkan karena tak bisa diolah dan merupakan kawasan rawa gambut.

Pada Senin (26/10/2020) pagi, Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) RI Nazir Foead mengunjungi Desa Talio Hulu, Kabupaten Pulang Pisau, bersama beberapa pejabat daerah. Ia memulai kegiatan itu dengan melakukan penanaman perdana di lahan seluas 250 hektar.

Nazir Foead menjelaskan, pihaknya merevitalisasi lahan gambut produksi dengan meningkatkan tata lahan gambut, tata hidrologi, dan tata kelembagaan. Lahan tersebut kemudian dijadikan lahan percontohan pemanfaatan lahan gambut untuk produksi pangan.

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/SG48-LS1CUq3f3oCVRdRbXukVhQ=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F10%2F20201026IDO_Tanam_Padi2_1603710829.jpgDOKUMEN BRG RI

Kepala BRG RI Nazir Foead menanampadi di lahan terbengkalai di Desa Talio Hulu, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, Senin (26/10/2020). Setidaknya 250 hektar lahan terbengkalai itu bakal ditanami padi.

Pihaknya menggunakan dua pola tanam, yakni kegiatan musim tanam pada Oktober-Maret di lahan seluas 120 hektar, sedangkan di lahan seluas 130 hektar ditanam pada masa April-September 2021 nanti.

”Ini, kan, lahan masyarakat yang sudah terbengkalai. Ini memang fungsinya budi daya jadi kami membantu dalam rangka ketahanan pangan,” ujar Nazir Foead.

Baca juga: Janji Usang Lumbung Pangan

Nazir menyampaikan, kawasan di Desa Talio Hulu berada di luar kawasan 168.000 hektar yang diusulkan untuk Food Estate. Tujuan penanaman itu dilakukan untuk menemukan pola pertanian di lahan gambut yang ramah lingkungan.

”Food Estate tahun ini kan mengintensifkan lahan yang sudah ada, bukan ekstensifikasi. Kalau di sini, kan, memang sudah terbengkalai sudah ditinggalkan, jadi nanti ini akan jadi pelajaran baik jika ke depan menemukan lahan serupa,” ungkap Nazir.

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/T00AjLyghc2CW0WtbnWPsTFXtjc=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F10%2Fcd668c7e-01e7-4d58-a8a1-fa851d915c48_jpg.jpgKOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO

Salah satu anggota TNI Panju Panjung menggunakan traktor besar untuk membajak sawah di Desa Gadabung, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, Sabtu (10/10/2020). Kabupaten Pulang Pisau dan Kapuas di Kalteng dipilih untuk menjadi lumbung pangan nasional dalam megaproyek Food Estate di atas lahan bekas pengembangan lahan gambut (PLG).

Nazir menjelaskan, dalam mengelola lahan bekas rawa gambut itu, pihaknya dibantu oleh beberapa akademisi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Palangka Raya (UPR), Balai Teknik Rawa, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI.

Food Estate tahun ini, kan, mengintensifkan lahan yang sudah ada, bukan ekstensifikasi. Kalau di sini, kan, memang sudah terbengkalai, sudah ditinggalkan, jadi nanti ini akan jadi pelajaran baik jika ke depan menemukan lahan serupa.

Staf Ahli Gubernur (SAG) Bidang Kemasyarakatan dan SDM Herson Barthel Aden mengungkapkan dalam sambutannya, pandemi Covid-19 menyebabkan berbagai hambatan dan terganggunya aktivitas perekonomian. Hal itu memengaruhi rantai pasokan makanan dan daya beli masyarakat.

Baca juga : Food Estate Ancam Kawasan Kubah Gambut di Kalteng

Dengan adanya program ketahanan pangan, lanjut Barthel, pihaknya berharap dapat menyediakan akses ketersediaan pangan untuk masyarakat di Kalteng bahkan Indonesia. Selain itu, bisa memberikan penghasilan kepada masyarakat dan proteksi terhadap dampak pandemi Covid-19.

”Kami bersyukur bahwa kegiatan Food Estate ini juga didukung oleh BRG dengan melakukan pembinaan kepada masyarakat petani di Desa Talio Hulu. Diharapkan masyarakat dapat benar-benar melaksanakan dan memanfaatkan program untuk kesuksesan Desa Talio Hulu,” ujar Barthel.

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/QLa3fs2zM0UiOSl91mfUZB_ZUxk=/1024x797/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F10%2F6c5cf983-8ec1-47b1-a0b6-b47b4054ffdd_jpg.jpgKOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO

Petani di Desa Belanti Siam, Kabupaten Pulang Pisau, Kalteng, menyiapkan benih padi sebelum ditanam di sawah mereka pada Sabtu (10/10/2020). Setidaknya 30.000 hektar bakal ditanami padi sebagai tahap awal megaproyek Food Estate.

Pada kesempatan yang sama, pemerintah juga penyerahan Paket Surat Perjanjian Kerja Sama Swakelola (SPKS) kepada 21 anggota dari sejumlah kelompok tani. Paket ini merupakan bantuan revitalisasi mata pencarian masyarakat desa peduli gambut yang mendukung ketahanan pangan.

Tahun ini, dengan alasan krisis pangan karena pandemi Covid-19, program serupa dibuat dengan luas tahap awal sebesar 30.160 hektar. Rinciannya, 10.160 hektar di Kabupaten Pulang Pisau dan 20.000 hektar di Kapuas, yang meliputi 13 kecamatan.

Baca juga: Lokasi Lumbung Pangan Mulai Ditanami Padi meski Minim Air

Pengamat Lingkungan di Kalimantan Tengah Fatkhurohman mengatakan, proyek lumbung pangan di Kalteng dikerjakan dengan informasi yang masih tertutup rapat khususnya soal kawasan. Namun, dari Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang dibuat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terdapat 770.800,48 hektar yang semuanya berada di lahan eks PLG termasuk di Desa Talio Hulu.

Dari KLHS itu, kawasan irigasi yang digunakan untuk persawahan luas lahannya mencapai 148.267,88 hektar, sedangkan kawasan tanpa irigasi luasnya mencapai 622.332,60 hektar. Total luas lahan sesuai komoditas pertanian di lahan eks-PLG 770.800,48 hektar atau lebih dari 10 kali luas Provinsi DKI Jakarta. Kedua kawasan itu akan menjadi lokasi lumbung pangan baik padi maupun komoditas pertanian lain.

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/gXpjPNLLr_juD5hGb38OkK9pJv8=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F09%2F20200904IDO_Food_Estate2_1599229079.jpgKOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO

Warga Desa Sanggang menjemur padi yang baru mereka panen dari sawah mereka, Jumat (4/9/2020). Padi jenis hibrida itu menghasilkan sekitar 7-8 ton per hektarnya.

Fatkhurohman menjelaskan, dari data yang sama, pemerintah juga akan masuk ke Blok E yang tutupan hutannya masih sangat bagus dibanding kawasan eks PLG lainnya.

”Jika Blok E dirusak, bukan tidak mungkin bencana yang jauh lebih besar akan datang lagi. Tak hanya itu, di Blok E tidak ada permukiman sehingga memunculkan banyak pertanyaan terkait orang-orang yang akan mengerjakan proyek tersebut di sana,” kata Fatkhurohman.

  Kembali ke sebelumnya