Judul | Kolaborasi Perkuat Kampanye Isu Kelautan Aceh |
Tanggal | 30 Nopember 2021 |
Surat Kabar | Kompas |
Halaman | - |
Kata Kunci | |
AKD |
- Komisi IV |
Isi Artikel | KOMPAS/ZULKARNAINI Anggota Sahabat Laut membersihkan pantai di Ulee Lheu, Banda Aceh, Aceh, Minggu (18/8/2019). Sampah plastik masih menjadi ancaman serius terhadap ekosistem laut BANDA ACEH, KOMPAS — Kampanye dan advokasi persoalan ekosistem kelautan wilayah Provinsi Aceh di media massa masih minim. Padahal, pencemaran dan pelanggaran hukum di sektor kelautan masih terjadi. Perlu kerja kolaborasi untuk mengawal dan kampanye isu kelautan. Hal itu mengemuka dalam diskusi antara lembaga swadaya masyarakat yang bekerja di sektor kelautan dan organisasi jurnalis di Banda Aceh, Provinsi Aceh, Selasa (30/11/2021). Pertemuan tersebut digelar oleh Forum Jurnalis Lingkungan dan Greenpeace Indonesia. Koordinator Kampanye Laut Greenpeace Asia Tenggara, Arifsyah Nasution, mengatakan, isu kelautan di Aceh jarang menjadi isu utama dalam pemberitaan media. Sementara persoalan di kelautan sangat kompleks, mulai dari nelayan, pencemaran laut, perlindungan biota, hingga pemanasan global. Di Aceh, penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan masih marak, pencurian ikan oleh kapal asing, dan pencemaran laut oleh batubara masih terjadi. ”Terkait pesisir isunya jarang muncul di headline media, mungkin ketersediaan data dan narasumber terbatas,” kata Arifsyah. Baca juga : Pencemaran Laut Geras Potensi Ekonomi Oleh karena itu, lanjut Arifsyah, perlu penyamaan visi antara lembaga swadaya masyarakat dan organisasi jurnalis terkait kampanye dan advokasi persoalan kelautan. Pendalaman isu secara bersama dilakukan agar isu kelautan mendapatkan tempat di media massa. Aktivis Sahabat Laut, Crisna Akbar, mengatakan, banyak hal terkait dengan isu kelautan yang perlu dikampanyekan ke media massa. Pencemaran laut akibat industri masih terjadi dan alih fungsi lahan bakau juga belum terbendung.
Setiap tahun, sukarelawan Sahabat Laut melakukan pembersihan pantai di Aceh. Mereka menemukan banyak sampah plastik dari industri-industri besar, seperti botol minuman kemasan, plastik makanan, dan popok bayi. Baca juga : Janji Atasi Perubahan Iklim KOMPAS/ZULKARNAINI MASRY Diskusi membahasa ekosistem kelautan di Banda Aceh, Provinsi Aceh, Selasa (30/11/2021). Crisna berharap perusahaan yang produknya menjadi sampah di laut harus ikut berkontribusi menjaga kelestarian laut. Pencemaran laut merugikan nelayan kecil dan mengancam sumber ekonomi jangka panjang. ”Advokasi kolaborasi untuk kepentingan menjaga ekosistem kelautan perlu kita lakukan,” kata Crisna. Pengurus Forum Jurnalis Perempuan (FJP) Aceh, Yayan Zamzami, mengatakan, media melalui kebijakan redaksi perlu memberikan ruang bagi isu kelautan melalui liputan ringan hingga mendalam. Di sisi lain, perlu penguatan pemahaman jurnalis terkait dengan persoalan kelautan. |
Kembali ke sebelumnya |