Selamat datang di website E-PAPER PERPUSTAKAAN DPRRI.

Koleksi Perpustakaan DPR RI

Judul Usaha Rintisan Perikanan Melaju di Tengah Krisis
Tanggal 28 Agustus 2020
Surat Kabar Kompas
Halaman -
Kata Kunci
AKD - Komisi IV
Isi Artikel

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/GCRtYh_c0yhCCrneZpBa8WSCekc=/1024x1099/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F08%2F20190808-h30-lhr-startup-kelautan-perikanan-mumed-web_1565280033.png

Pandemi Covid-19 yang berlangsung hampir enam bulan menimbulkan tantangan yang tak mudah bagi sektor usaha. Namun, peluang selalu terbuka di tengah kondisi sulit. Sejumlah usaha rintisan perikanan untuk pemasaran digital bersiasat agar terus melaju di tengah penurunan daya beli masyarakat.

Pandemi Covid-19 mengubah berbagai hal dalam kebiasaan masyarakat, termasuk menggeser cara belanja dari luar jaringan ke dalam jaringan.

Di awal-awal pandemi, pemesanan produk perikanan secara daring melesat seiring kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi makanan sehat. Apalagi, aktivitas masyarakat terbatas seiring pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Namun, pandemi Covid-19 yang tak kunjung berakhir mulai berdampak pada kondisi perekonomian. Daya beli masyarakat juga menurun.

Kondisi pasar yang melemah berdampak pada usaha rintisan pemasaran berbasis digital. Di tengah tantangan pasar, sejumlah siasat dilakukan usaha rintisan untuk bertahan, bahkan melaju lebih kencang.

Pendiri usaha rintisan Ikan Segar Indonesia, Mohamad Ronald David, mengungkapkan, pandemi Covid-19 menurunkan permintaan pasar. Pembeli grosir dan ritel surut.

Pada awal pandemi, aplikasi pemasaran perikanan itu kebanjiran pesanan. Namun, sejak Juli 2020, pesanan mulai turun hingga 20-30 persen.

”Memang konsumsi agak menurun karena kondisi ekonomi yamg tidak bersahabat. Namun, keberlanjutan pasar harus dilakukan agar para pedagang bisa menjual produk hasil perikanan dan kelautan,” katanya.

Usaha rintisan pemasaran perikanan berbasis digital itu memiliki mitra 600 pedagang ikan di Pasar Ikan Muara Baru, Jakarta. Kendati permintaan pasar tengah merosot, jumlah mitra pedagang tetap stabil.

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/LAe8kQpQ6nT-gskUMZuez816svU=/1024x798/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F12%2F557cc402-7e56-4b79-a972-aa70f91bf2b1_jpg.jpgKOMPAS/ALIF ICHWAN

Pembeli memilih ikan yang ditawarkan di Pasar ikan Modern (PIM) Muara Baru, Jakarta, Selasa (24/12/2019). Sejumlah pedagang PIM mempersiapkan dagangan berupa berbagai jenis ikan untuk ditawarkan kepada konsumen pada malam Natal. PIM Muara Baru biasanya mulai buka pukul 17.00 hingga pukul 00.00. Namun, jika hari Sabtu atau Minggu, dan menjelang perayaan hari raya, area food court akan buka lebih cepat. Biasanya pukul 15.00 mereka sudah siap sedia.

Untuk mendorong permintaan pasar, Ikan Segar Indonesia terus mengedukasi dan menawarkan sejumlah promosi pemasaran perikanan secara berkala kepada konsumen di Jabodetabek.

”Kami memberikan edukasi pentingnya konsumsi ikan serta memberikan keuntungan bagi konsumen, salah satunya bebas ongkos kirim,” ujar Ronald.

Beragam strategi juga diterapkan usaha rintisan lain dengan membaca peluang pasar di tengah pandemi Covid-19.

Aruna, usaha rintisan di bidang pemasaran perikanan, menangkap peluang pasar domestik yang semakin membutuhkan konsumsi ikan.

Co-Founder dan General Director Aruna Utari Octavianty menuturkan, pandemi Covid-19 mengubah pasar konsumen ikan. Ia mencermati konsumsi ikan di dalam negeri melonjak di masa pandemi Covid-19. Hal ini seiring dengan peningkatan permintaan produk makanan sehat.

Oleh karena itu, pasar di dalam negeri diperluas.

Sebelum pandemi Covid-19, komposisi jumlah produk yang diekspor mencapai 95 persen, sedangkan yang dipasarkan di tingkat domestik sekitar 5 persen.

Sejalan dengan perluasan pasar dalam negeri, komposisi ikan yang diekspor berkurang menjadi 75 persen. Adapun yang dipasarkan di dalam negeri naik menjadi 25 persen.

Dengan pergeseran pasar tersebut, penjualan produk perikanan meningkat signifikan. Pada Agustus 2020, penjualan produk perikanan naik 86 kali lipat secara tahunan. Sementara angka penjualan selama Januari-Agustus 2020 juga naik 10 kali lipat jika dibandingkan dengan  total penjualan tahun 2019.

Untuk menjangkau lebih banyak konsumen dalam negeri, Aruna tidak hanya menggunakan aplikasi pemasaran milik perusahaan, tetapi juga berkolaborasi dengan usaha rintisan pemasaran lain. Bahkan, Aruna bekerja sama dengan perusahaan perdagangan secara elektronik.

”Kami juga membuka kerja sama dengan reseller untuk memasarkan produk ikan di wilayah terdekat,” ujar Utari.

Pemasaran perikanan berbasis digital itu berkembang ke beberapa kota yang ditopang ketersediaan gudang pendingin. Gudang pendingin yang dikelola Aruna saat ini berjumlah 31 unit, yang tersebar antara lain di Sumatera, Kalimantan, dan Papua Barat.

Pemasaran perikanan berbasis digital itu berkembang ke beberapa kota yang ditopang ketersediaan gudang pendingin.

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/DrDfnkgaEq-X1cntKj3IilDyqNI=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F08%2FForum-Usaha-Rintisan_82085187_1565282090.jpgKOMPAS/BM LUKITA GRAHADYARINI (LKT) 01-08-2019

Pertemuan antarpelaku usaha rintisan digital kelautan dan perikanan Digifish Network di Jakarta, awal Agustus 2019. Komunitas pelaku usaha rintisan digital menjadi wadah para pelaku untuk bertukar informasi hingga kolaborasi bisnis.

Angkutan ikan dan produk perikanan dioptimalkan melalui jasa pengangkutan milik perusahaan serta bekerja sama dengan perusahaan layanan logistik. Namun, pengiriman produk ke luar negeri masih belum selancar di dalam negeri.

Memotong rantai

Langkah pemasaran berbasis digital turut memotong rantai panjang pemasaran ikan dan produk perikanan dari nelayan kepada konsumen.

Sebelumnya, pemasaran produk perikanan harus melewati jalur pengepul lokal, regional, hingga internasional. Pemangkasan rantai pemasaran berdampak pada peningkatan pendapatan nelayan dan pembudidaya.

Baca juga : UMKM dan Koperasi di Sektor Perikanan Belum Optimal

Dari 5.031 nelayan yang bermitra dengan Aruna, sekitar 80 persen di antaranya tidak lagi bergantung pada rantai panjang pemasaran produk perikanan.

”Target kami memperbanyak kelompok nelayan yang aktif serta mengedukasi aspek sosial dan lingkungan nelayan. Percuma pendapatan nelayan meningkat, tetapi tidak dilengkapi dengan edukasi dan manajemen keuangan,” kata Utari.

Pemasaran berbasis digital juga memangkas rantai pemasaran dari nelayan atau pembudidaya kepada konsumen. Mekanisme penjualan hasil panen lebih fleksibel karena panen dapat dijual secara ritel dengan harga jual yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan harga grosir. Arus kas nelayan dan pembudidaya terbantu.

Inisiator Digifish Network, Rully Setya Purnama, menyampaikan, selama pandemi Covid-19, jumlah usaha rintisan perikanan bertambah. Pada Agustus 2019, 18 usaha rintisan bergabung dalam ekosistem Digifish Network. Jumlah usaha rintisan yang bergabung meningkat menjadi 30 unit per Agustus 2020.

Pemasaran berbasis digital juga memangkas rantai pemasaran dari nelayan atau pembudidaya kepada konsumen.

Penambahan usaha rintisan berbasis digital itu antara lain di bidang pemasaran perikanan. Usaha semacam ini kian berkembang di banyak daerah, antara lain Kalimantan Timur, Pontianak (Kalimantan Barat), Medan (Sumatera Utara), Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali.

Usaha-usaha rintisan itu berkolaborasi dengan usaha logistik untuk mengantar produk perikanan kepada konsumen secara langsung.

”Usaha rintisan pemasaran tumbuh selama pandemi Covid-19 di daerah sumber-sumber produksi perikanan, seperti sentra nelayan dan budidaya. Peluang usaha rintisan untuk pemasaran perikanan terbuka,” ujar Rully.

Investasi

Sektor pangan, seperti perikanan, merupakan salah satu sektor yang dilirik investor selama pandemi Covid-19. Usaha perikanan yang cenderung tumbuh positif menjadi alasan bagi investor untuk mengalirkan investasi ke usaha rintisan perikanan berbasis digital. Namun, tak sembarang usaha rintisan disasar investor. Umumnya, pemilik dana membidik usana rintisan dengan model bisnis dan valuasi menarik.

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/ap9ggxzbyHH-egUGS-fjG-DrMi0=/1024x1365/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F08%2F20180830ksp-lautnusantara1.jpgKOMPAS/R ADHI KUSUMAPUTRA

Aplikasi digital Laut Nusantara yang bisa membantu meningkatkan produktivitas dan keamanan kerja masyarakat nelayan Indonesia. Aplikasi ini memuat informasi kelautan yang dibutuhkan nelayan kecil mulai dari data tentang wilayah tangkapan, informasi sebaran ikan di pelabuhan, hingga kondisi cuaca di laut. Aplikasi hasil kolaborasi antara Balai Riset dan Observasi Laut (BROL), Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan perusahaan telekomunikasi PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) ini dibangun di atas sistem operasi Android dan merupakan 100 persen buatan Indonesia.

Di sisi lain, kolaborasi antarusaha rintisan juga mendorong ekosistem usaha rintisan perikanan semakin solid dan menopang pengembangan industri perikanan.

Baca juga : Jalan Terjal Sektor Perikanan RI

Rully menambahkan, beberapa usaha rintisan bidang pemasaran yang model bisnisnya mulai mapan sudah mendapat tambahan investor berikut investasinya.

Ia mencontohkan, Aruna mendapat tambahan investasi senilai 5,5 juta dollar AS, sedangkan Efishery memperoleh 15 juta dollar AS dari investor.

”Investor melihat ekosistem kolaborasi antarusaha rintisan yang solid, mulai dari sektor hulu hingga hilir perikanan,” katanya.

Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Sjarief Widjaja mengemukakan, persoalan logistik masih menjadi kendala utama usaha perikanan. Salah satu upaya untuk menuntaskan masalah logistik adalah pengembangan sistem pemasaran digital yang mendorong efisiensi rantai pasok.

  Kembali ke sebelumnya