Judul | Sumsel Anggarkan Rp 45 Miliar untuk Tanggulangi Karhutla Tahun Ini |
Tanggal | 30 Juni 2020 |
Surat Kabar | Kompas |
Halaman | - |
Kata Kunci | |
AKD |
- Komisi IV |
Isi Artikel | KOMPAS/RHAMA PURNA JATI Personel Manggala Agni melakukan simulasi pemadaman di Kebun Raya Sriwijaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Selasa (30/6/2020). Persiapan ini dilakukan karena pada bulan Juli Sumsel memasuki musim kemarau. INDRALAYA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan siap menggelontorkan dana Rp 45 miliar untuk penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di 10 kabupaten rawan terbakar. Dana itu akan digunakan untuk membeli alat yang tidak habis pakai. Persiapan terus dilakukan mengingat puncak kemarau di Sumsel diperkirakan terjadi pada Agustus-September mendatang. Gubernur Sumsel Herman Deru saat memimpin Apel Kesiapsiagaan Personel dan Peralatan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Kebun Raya Sriwijaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel, Selasa (30/6/2020), mengatakan, dana Rp 45 miliar itu akan diberikan bagi 10 daerah di Sumsel yang rawan terbakar. Kesepuluh daerah itu adalah Kabupaten Ogan Komering Ilir (Rp 8 miliar), Ogan Ilir (Rp 7 miliar), Banyuasin (Rp 7 miliar), Penukal Abab Lematang Ilir (Rp 5 miliar). Selanjutnya, Kabupaten Musi Banyuasin (Rp 5 miliar), Muara Enim (Rp 5 miliar), Ogan Komering Ulu Timur (Rp 4 miliar), Ogan Komering Ulu (Rp 2 miliar), Musi Rawas (Rp 1 miliar), dan Musi Rawas Utara (Rp 1 miliar). Dana ini hanya boleh digunakan untuk pembelian peralatan yang tidak habis pakai, misalnya menambah peralatan pemadam kebakaran dan alat pengukur indeks standar pencemar udara (ISPU). Adapun untuk gaji personel di lapangan menjadi tanggung jawab setiap pemerintah daerah. Dalam pelaksanaannya, Herman juga berharap agar setiap kabupaten/kota melakukan optimalisasi peralatan pertanian untuk membantu penanganan karhutla di daerahnya. ”Dana desa pun bisa digunakan tentu dengan mengikuti aturan yang sudah ditetapkan,” ucap Herman. KOMPAS/RHAMA PURNA JATI Sejumlah alat pemadam yang dipamerkan di Kebun Raya Sriwijaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Selasa (30/6/2020). Persiapan ini dilakukan karena pada bulan Juli Sumsel memasuki musim kemarau. Agar proses antisipasi karhutla lebih terintegrasi, ujar Herman, pada tahun ini setiap kepala daerah menjabat sebagai komandan satuan tugas (dansatgas) penanggulangan karhutla di daerahnya masing-masing. Dalam pelaksanaannya, mereka harus mengoordinasikan semua pemangku kepentingan, mulai dari desa, perusahaan, hingga masyarakat agar pelaksanaan pemadaman di lapangan berjalan lebih optimal dan bisa melakukan antisipasi sejak dini. Selain itu, ucap Herman, perusahaan harus menyiapkan alat yang memadai untuk mencegah kebakaran pada lahan konsesinya, termasuk membantu masyarakat di sekitar konsesi dalam menanggulangi kebakaran. ”Kami akan memberikan hukuman berat bagi setiap orang yang sengaja membuka lahan dengan cara membakar,” ujarnya. Herman menegaskan, menjelang musim kemarau, semua pihak harus bersiap menghadapi risiko karhutla. Berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), musim kemarau masuk bulan Juli dan akan mencapai puncaknya pada Agustus dan September. KOMPAS/RHAMA PURNA JATI Gubernur Sumsel Herman Deru. Koordinator BMKG Sumsel Nuga Putrantijo mengungkapkan, pada tahun ini Sumsel akan mengalami kemarau basah, yaitu potensi awan hujan masih tetap ada walau berada di puncak musim kemarau. Tidak seperti pada tahun lalu, saat musim kemarau sangat kering dan lebih panjang. ”Di puncak musim kemarau, kemungkinan curah hujan masih berada pada kisaran 200 milimeter per bulan,” kata Nuga. Bahkan, bila dilihat dari aspek hari tanpa hujan (HTH), kemungkinan paling panjang mencapai lima hari. Berbeda seperti pada tahun lalu, HTH bisa menyentuh 60 hari. ”Semakin lama HTH, maka lahan gambut akan sangat kering sehingga mudah terbakar,” ucap Nuga. Untuk mengantisipasi agar lahan gambut tidak kering, telah dilakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC) sejak 15 hari yang lalu. ”Hingga saat ini, sudah ada 14.000 ton garam (NaCl) yang ditaburkan di sejumlah awan hujan,” ucap Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatera Ferdian Krisnanto. Ferdian menuturkan, kini pelaksanaan TMC ditunda sementara karena sedang digunakan di Kalimantan. Namun, pada pertengahan Juli akan kembali dilanjutkan hingga 30 hari ke depan sampai Agustus 2020. ”Nanti akan dilakukan TMC lagi mumpung awan hujan masih ada,” ujar Ferdian. Keberadaan TMC ini diharapkan membuat lahan gambut dalam lebih basah sehingga potensi kebakaran lahan dapat diminimalkan. Itulah sebabnya, pada TMC tahap pertama, difokuskan pada dua daerah, yakni Musi Banyuasin dan Ogan Komering Ilir. Di dua daerah itu masih banyak gambut dalam yang jika sudah terbakar akan sangat sulit dipadamkan. KOMPAS/RHAMA PURNA JATI Personel Manggala Agni melakukan simulasi pemadaman di Kebun Raya Sriwijaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Selasa (30/6/2020). Persiapan ini dilakukan karena pada bulan Juli Sumsel memasuki musim kemarau. Standar Covid-19 Dalam penanggulangan kebakaran, nantinya petugas akan menggunakan skema standar Covid-19. ”Tahun ini memang berat karena risiko petugas di lapangan lebih besar,” kata Ferdian. Nantinya, setiap petugas Manggala Agni akan dibekali alat pelindung diri (APD), seperti masker dan cairan antiseptik, serta tidak boleh berboncengan saat bertugas. ”Satu motor hanya digunakan untuk satu orang,” katanya. Ada 240 personel Manggala Agni yang akan begabung dengan satgas di seluruh wilayah Sumsel. Hal yang paling berisiko, ungkap Ferdian, adalah ketika nantinya para petugas akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar. |
Kembali ke sebelumnya |