Judul | Mengajak Anak Muda Peduli Lingkungan Hidup Lewat Tiktok |
Tanggal | 23 Nopember 2020 |
Surat Kabar | Kompas |
Halaman | - |
Kata Kunci | |
AKD |
- Komisi IV |
Isi Artikel | KOMPAS/RADITYA HELABUMI Anak-anak muda bergabung bersama para aktivis lingkungan dan komunitas peduli lingkungan mengikuti kampanye perubahan lingkungan yang mengusung tema ”Climate Strike”, di Jakarta, Jumat (20/9/2019). Kampanye diawali ”long march” dari Masjid Cut Meutia menuju Balai Kota Jakarta dan berakhir di Taman Inspirasi kawasan Monas. Aksi tersebut menyerukan kepada pemerintah dan masyarakat untuk lebih meningkatkan kesadaran mengenai dampak perubahan ikilm terhadap lingkungan. JAKARTA, KOMPAS — Kesadaran publik, terutama anak-anak muda, khususnya generasi Y, Z, dan Alfa, dinilai masih perlu ditingkatkan. Media sosial pun dianggap menjadi medium yang paling mudah menumbuhkan isu kepedulian lingkungan di kalangan anak muda. Ajakan peduli lingkungan pun dikampanyekan melalui media sosial, seperti Tiktok. Mengajak anak muda menghadapi isu lingkungan dinilai lebih efektif melalui media sosial. Partisipasi mereka dimulai dengan menumbuhkan kesadaran tentang lingkungan hingga ajakan melakukan perubahan kecil dari diri sendiri. Chief Executive Officer Talkinc, institusi pendidikan di bidang komunikasi, Erwin Parengkuan mengatakan, melibatkan anak muda dalam kampanye lingkungan hidup membutuhkan gaya komunikasi yang tepat. Misalnya, informasi dan ajakan peduli lingkungan tidak boleh menggurui. ”Konten yang sesuai untuk anak muda biasanya bersifat visual dan singkat. Ini karena rentang perhatian generasi muda hanya 8 detik,” ujar Erwin dalam diskusi virtual Talkinc 16 Years of Collaboration bertema ”Am I Fully Awake?”, Senin (23/11/2020). KOMPAS/RADITYA HELABUMI Anak-anak muda bergabung bersama para aktivis lingkungan dan komunitas peduli lingkungan mengikuti kampanye perubahan lingkungan yang mengusung tema ”Climate Strike”, di Jakarta, Jumat (20/9/2019). Talkinc bekerja sama dengan Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) dan Tiktok Indonesia menggelar kampanye bersama untuk mengajak anak-anak muda Indonesia lebih peduli soal lingkungan hidup. Generasi muda diajak bertukar informasi, melakukan aksi peduli lingkungan, dan berdonasi selama November-Desember 2020. ”Mengembalikan kondisi bumi yang layak disinggahi bukan tanggung jawab pemerintah atau pemerhati lingkungan saja. Kita sebaiknya mulai berkontribusi memulai pola hidup sehat dan ramah lingkungan. Menyebarkan edukasi kebaikan lewat media sosial pun perlu,” kata Erwin. Pelibatan generasi muda penting karena mereka akan menempati bumi di masa depan. Selain itu, kepedulian mereka tentang lingkungan pun tinggi. Ada 89 persen warga muda yang khawatir atau sangat khawatir dengan dampak krisis iklim. Ini sesuai dengan survei oleh Change.org terhadap 8.374 warga usia 20-30 tahun pada 2020. Baca juga: Anak Muda Peduli Lingkungan Edukasi lingkungan dilakukan lewat tantangan atau challenge di Tiktok. Audiens Tiktok yang kebanyakan berusia 14-34 tahun ditantang menunjukkan aksi mereka menyelamatkan lingkungan, baik aksi kecil maupun besar. ”Kita perlu bicara dengan gaya mereka (generasi muda). Anak muda bukan hanya jadi target kampanye. Kami ingin mereka aktif berpartisipasi, misalnya dengan membuat video tentang tips menjaga lingkungan. Mereka punya sifat kreatif yang alami dan bebas mengembangkannya,” kata Head of Public Policy Tiktok Donny Eryastha.
Donny menyambut baik kerja sama ini. Ia ingin platform digital tersebut menjadi wadah kampanye positif. Selain tantangan, akan ada gelar wicara seputar lingkungan yang ditayangkan langsung di Tiktok. Kampanye lanjutan Kampanye lanjutan tentang lingkungan akan dilakukan pada 2021. Kampanye berupa 90 days challenge atau tantangan 90 hari. Generasi muda ditantang melakukan kebiasaan baru yang dilakukan selama 90 hari. Misalnya, mengganti sedotan plastik dengan metal. ”Suatu hal baru akan jadi kebiasaan baru setelah dilakukan konsisten selama 90 hari. Kami bekerja sama dengan beberapa institusi dan saat ini masih dalam tahap penjajakan,” kata Erwin.
Kampanye menerus diperlukan agar kesadaran publik tidak pudar. Ini penting mengingat kerusakan alam yang terjadi. Misalnya, kerusakan alam akibat penggunaan plastik sekali pakai yang berlebihan. Akibatnya, sampah menumpuk dan tidak terurai, kemudian mencemari tanah dan laut. Adapun mikroplastik kini ditemukan pada ikan, air minum kemasan, dan air hujan. KOMPAS/AGUS SUSANTO Tumpukan sampah dari aliran Kali Jambe mengendap di kolong jembatan Kali Graha Prima, Desa Mangunjaya, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (5/11/2020). Meski sudah dibersihkan pada akhir September lalu, sampah dalam satu bulan terakhir kembali menumpuk dan menimbulkan bau tak sedap. Tumpukan sampah sepanjang 30 meter tersebut didominasi plastik, styrofoam, dan kayu. ”Kita tanpa sadar berperilaku konsumtif. Pengelolaan limbah yang tidak tepat menyebabkan kerusakan keseimbangan alam. Kami prihatin dengan sampah plastik hingga elektronik yang mengotori sungai dan laut. Ini tidak hanya menciptakan bencana alam, tetapi juga polusi yang berimbas ke krisis kesehatan,” tutur Direktur Eksekutif Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik Tiza Mafira. Baca juga: Baru 13 Persen Plastik di Indonesia Didaur Ulang Bukan pusat ekosistem Menurut Tiza, kerusakan lingkungan terjadi karena manusia menganggap diri sebagai pusat ekosistem lingkungan hidup. Akibatnya, manusia menggunakan sumber daya alam berlebihan, kemudian menghasilkan sampah atau polusi terlalu banyak. ”Padahal, manusia punya kewajiban menjaga alam dan semua makhluk hidup di sekitarnya. Kita seharusnya merawat alam, kemudian memanfaatkan seperlunya. Kalau bisa, kita gunakan lagi barang yang bisa diolah sehingga tidak ada sampah,” tutur Tiza. KOMPAS/RADITYA HELABUMI Alat berat digunakan untuk mengangkat sampah yang tersangkut di pelampung penahan di aliran Sungai Ciliwung di Kanal Barat yang berada di wilayah Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat, Kamis (12/3/2020). Menjaga kebersihan sungai tidak hanya menjadi tugas pemerintah, tetapi juga diperlukan partisipasi dan kesadaran warga untuk tidak membuang sampah ke sungai. Hingga kini, Indonesia termasuk salah satu negara penghasil sampah plastik terbesar di lautan. Negara lain yang masuk dalam daftar ialah China, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Data Kementerian Perindustrian mencatat, pada 2019, ada 7,2 juta ton konsumsi plastik di Indonesia per tahun. Baru 13 persen di antaranya yang didaur ulang dan masuk dalam ekonomi sirkular dalam negeri. Salah satu penyebab rendahnya angka daur ulang plastik karena pemilahan plastik bekas belum optimal. Baca juga: Penanggulangan Sampah Plastik di Perairan Mendesak Dilakukan Menurut riset Predicted Growth in Plastic Waste Exceeds Efforts to Mitigate Plastic Pollution, diperkirakan ada 53 juta metrik ton sampah plastik masuk ke ekosistem perairan dunia jika tidak ada upaya penanggulangan nyata. Setelah dihitung ulang, prediksi sampah plastik mencapai 61 juta metrik ton. |
Kembali ke sebelumnya |