Judul | NATURAL DECLINE ADANG PRODUKSI PERTAMINA |
Tanggal | 10 Nopember 2022 |
Surat Kabar | Bisnis Indonesia |
Halaman | 4 |
Kata Kunci | |
AKD |
- Komisi VII |
Isi Artikel | Bisnis, JAKARTA — Tingginya angka penurunan produksi secara alamiah atau natural decline di sejumlah wilayah kerja yang dikelola oleh PT Pertamina Hulu Energi menjadi salah satu penyebab produksi minyak dan gas bumi perseroan tidak sesuai harapan. Nyoman Ary Wahyudinyoman.aey@bisnis.com PT Pertamina Hulu Energi, sub-holding upstream PT Pertamina (Persero) memproyek-sikan produksi minyak dan gas bumi (migas) pada akhir tahun ini mencapai 808.000 barel setara minyak per hari (BOEPD). Jumlah tersebut lebih rendah 5,38% dibandingkan dengan target sebesar 854.000 BOEPD. (Lihat Infografi k)Hingga September 2022, realisasi produksi migas Pertamina Hulu Energi tercatat di angka 800.000 BOEPD, yang berasal dari 418.000 bph minyak dan 2.216 MMSCFD gas bumi.Direktur Utama Pertamina Hulu Energi Wiko Migantoro mengata-kan, turunnya proyeksi produksi migas pada akhir tahun dipenga-ruhi oleh tren natural decline di sejumlah lapangan yang dikelola oleh perseroan.Wiko menjelaskan, pihaknya sebenarnya berhasil menahan laju penurunan produksi minyak di angka 1,2% setiap tahunnya. Pa-dahal, laju penurunan produksi minyak dari lapangan yang dikelola Pertamina mencapai 20%.Sementara itu, laju penurunan produksi gas dapat ditekan sebesar 0,5% dari proyeksi penurunan produksi awal di level 21%.“Sehingga produksi minyak Year-to-Date realisasi versus target 2022 masih tertinggal 6% atau 418.000 BOEPD, sedangkan produksi gas tertinggal sekitar 5% dari target atau 2.216 MMSCFD,” katanya saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR, Rabu (9/11).Wiko menjelaskan, sejumlah lapangan tua yang saat ini dikelola Pertamina mengalami declined rate lebih dari 50%. Padahal, lapang-an tersebut merupakan andalan perseroan untuk bisa mencapai target yang telah ditetapkan.“Secara keseluruhan natural decline rate dari subsurface kita adalah lebih besar dari 50% pada mature block dari beberapa key performance,” ujarnya.Sejumlah WK yang tercatat mengalami penurunan produk-si signifi kan, antara lain Rokan, Pertamina EP, PT Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES), dan PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS).Kendati demikian, Pertamina Hulu Energi melaporkan sejum-lah lapangan yang berhasil meno-rehkan produksi melebihi target, seperti WK Offshore North West Java (1,7 MBOPD), PEP Jatiba-rang (0,9 MBOPD), PT Pertamina Hulu Mahakam (1,3 MBOPD & 30 MMSCFD), JOB Tomori (22 MMCFD), dan Corridor (6 MMCFD).Selain itu, kata dia, terdapat ke-tidakpastian pada properti reservoir yang belakangan ikut menurunkan sisa cadangan dari intra field. Pertamina juga turut dihadapkan pada risiko investasi yang besar pada pengembangan tambahan cadangan di lokasi yang sulit.Adapun, sebagian besar fasilitas produksi Pertamina di regional 1 hingga 3 tercatat sudah berumur lebih dari 30 tahun yang ikut mengoreksi torehan lifting saat ini.“Keandalan fasilitas jadi isu yang menantang, di mana mayoritas fasilitas produksi regional 1 sampai 3 lebih dari 30 tahun,” kata dia.PEMBORANDirektur Utama PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) Chalid Said mengatakan, pihaknya berkomit-men meningkatkan pengeboran hingga 98 sumur pada tahun ini. Target itu relatif tinggi jika dibandingkan dengan torehan pem-boran tahun lalu yang mencapai 75 sumur.Selain itu, dia menjelaskan, pihaknya akan meningkatkan kegiatan well service atau well work (WO/WS) ke angka 4.712 pada tahun ini. Komitmen itu lebih tinggi dari realisasi WO/WS 2021 di posisi 4.465 kegiatan.“Dengan kegiatan itu pada 2022 target pencapaian produksi gas mencapai 522 MMSCFD untuk produksi gas, untuk minyak 24,8 MBOPD,” kata dia.Pertamina Hulu Indonesia (PHI) memang tengah meningkatkan ak-tivitas pengeboran serta eksplorasi untuk menahan laju penurunan produksi migas di Blok Mahakam.Secara nasional, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usa-ha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memproyeksikan produksi migas pada akhir ta-hun ini mencapai 626.000 bph, lebih rendah 10,95% dibandingkan dengan target yang ditetapkan sebesar 703.000 bph.Hal serupa terjadi pada proyeksi salur gas bumi yang diproyeksi mencapai 5.527 MMSCFD pada akhir tahun ini. Angka tersebut juga lebih rendah 4,70% dari target yang dipatok 5.800 MMSCFD.Plt. Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Moham-mad Kemal mengatakan, terdapat beberapa hal yang menyebabkan produksi hulu migas tahun ini diperkirakan tidak mencapai target.Salah satunya adalah capaian produksi tahun lalu yang lebih rendah dari perkiraan. Tahun lalu, produksi minyak bumi tercatat 660.300 bph, sedangkan target yang harus dicapai adalah 705.000 bph. Adapun realisasi salur gas tahun lalu 5.501 MMSCFD dari target 5.638 MMSCFD.“Selain itu juga disebabkan oleh unplanned shutdown beberapa fasilitas di lapangan,” katanya belum lama ini.Berdasarkan catatan SKK Migas, unplanned shutdown yang terjadi karena persoalan kabel di Banyu Urip pada Januari tahun ini me-nyebabkan penurunan produksi minyak yang cukup dalam. Selain itu, kebocoran selang offl oading milik ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) pada September juga me-ngoreksi produksi cukup banyak.SKK Migas melaporkan PT Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) mengalami kebocoran pipa dan plugging sepanjang Juli hingga Agustus 2022. Konsekuensinya, potensi kehilangan produksi pada lapangan itu mencapai sekitar 30.000 bph.Di industri gas bumi, unplanned shutdown pada Train 2 milik bp pada April juga diketahui membuat realisasi salur gas menurun tajam.Selanjutnya, kata Kemal, ada juga persoalan keterlambatan pemboran dan mundurnya realisasi onstre-am sejumlah fasilitas produksi, seperti yang terjadi di Jambaran Tiung Biru.Adapun, Direktur Eksekutif Aso-siasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal me-ngatakan bahwa perusahaan hulu migas belakangan justru meng-optimalkan kegiatan eksploitasi sumur migas di tengah momentum harga yang masih tertahan tinggi pada kuartal keempat tahun ini.Manuver itu diharapkan dapat meningkatkan cadangan kas per-usahaan pada tahun depan.“Para produsen migas akan me-maksimalkan kegiatan eksploitasi untuk memanfaatkan harga minyak yang tinggi saat ini, meningkatkan pendapatan jangka pendeknya,” kata Moshe. |
Kembali ke sebelumnya |