Judul | Masih Ada Peluang Mengejar Pertumbuhan Tahun 2023 |
Tanggal | 19 Desember 2022 |
Surat Kabar | Kompas |
Halaman | - |
Kata Kunci | Perumahan |
AKD |
- Komisi V |
Isi Artikel | Pengembang properti tetap optimistis industri properti perumahan akan bertumbuh pada 2023. Potret makroekonomi Indonesia dan kepemimpinan nasional masih dipercaya investor. Oleh MEDIANA JAKARTA, KOMPAS — Sektor industri properti nasional diyakini masih punya peluang bertumbuh tahun 2023 meskipun dibayang-bayangi isu ketidakpastian kondisi makroekonomi. Penopang utama industri ini adalah penjualan rumah masyarakat berpenghasilan rendah. Chief Economist Economic and Industry Research BCA David Sumual mengilustrasikan ketidakpastian makroekonomi tersebut seperti Bank Sentral AS yang menaikkan suku bunga acuan. Lalu, China masih menerapkan kebijakan nol Covid-19 sehingga pasokan properti naik, tetapi penjualan menurun. Padahal, 25 persen perekonomian China disumbang oleh industri properti. Kemudian, harga komoditas cenderung menurun, kecuali harga batubara. ”Kondisi global saat ini diibaratkan seperti badai, tetapi badainya jauh dari Indonesia. Harga pangan relatif masih terkendali, pergerakan rupiah relatif stabil, dan inflasi diperkirakan bisa di bawah 6 persen,” ujar David dalam diskusi ”2022 Property Market Overview & 2023 Outlook”, Senin (19/12/2022), di Jakarta. David menambahkan, resesi ekonomi terjadi di tingkat global, sedangkan hal yang mungkin terjadi di Indonesia adalah pelambatan pertumbuhan ekonomi. Ini bisa diartikan sektor properti nasional masih berpeluang tumbuh. ”Pekerjaan rumahnya sekarang adalah bagaimana membuat sektor industri properti tumbuh sehat dengan pertumbuhan wajar dan menyerap tenaga kerja,” katanya. Direktur Strategic Consulting Cushman and Wakefiled Indonesia Arief Rahardjo menambahkan, kinerja sektor properti di Indonesia , yaitu perkantoran, mal dan retail, kondominium, apartemen sewa, properti kawasan industri, gudang, hotel, dan perumahan, relatif masih positif.
”Permintaan kantor relatif masih kecil. Namun, kami percaya tahun 2023 akan terjadi perbaikan minat sewa. Untuk pasokan baru, kami melihat beberapa pengembang menunggu kepastian makroekonomi,” ujar Arief. Terkait apartemen, menurut Arief, pengembang masih berhati-hati meluncurkan proyek baru. Penyerapan properti kondominium masih dalam tahap pemulihan. Harga jual ataupun sewa untuk keduanya relatif stabil. Untuk properti mal dan retail, pada 2022 terdapat enam pusat perbelanjaan masuk di Jakarta. Pada tahun 2023 terdapat tambahan pasokan baru seluas 123.000 meter persegi. Peningkatan lalu lintas pengunjung pasca-pelonggaran pembatasan sosial memicu penyerapan ruang-ruang retail di mal. Harga sewa ruangan di pusat perbelanjaan relatif tetap. Sektor properti kawasan industri di Jabodetabek akan mendapat pasokan baru 200.000 hektar pada 2023. Penyerapan sepanjang 2022 menurun tipis dibandingkan tahun 2020 dan 2021. Arief menyebut permintaan lahan industri tahun 2023 akan tinggi dari pelaku perusahaan sektor teknologi dan barang konsumsi. Pasar properti perhotelan sedang masa pemulihan. Sebelum pandemi, jumlah kamar baru khusus di Jakarta mencapai 2.400 unit per tahun. Kini, jumlah kamar baru hanya berkisar 600 unit per tahun. ”Tonggak pemulihan penyerapan terjadi awal Januari 2022 ketika pemerintah mencabut larangan perjalanan luar negeri sehingga marak perjalanan bisnis. Tahun 2023 merupakan masa menjelang pemilu sehingga kami prediksi hotel-hotel akan banyak dipakai untuk aneka pertemuan. Harga kamar yang sempat turun karena okupansi rendah selama pandemi kini sedang merangkak normal,” katanya. Arief menekankan, kinerja sektor properti perumahan, khususnya di Jabodetabek, tergolong paling stabil sepanjang pandemi Covid-19. Rumah-rumah berukuran relatif kecil dan banyak kluster diperkirakan akan semakin bermunculan tahun 2023. Walaupun, Arief memandang pembeli, terutama pemakai kredit pemilikan rumah (KPR), akan mempertimbangkan beli rumah karena suku bunga acuan Bank Indonesia sudah naik. Wakil Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Realestat Indonesia (REI) Rusmin Lawin, saat dikonfirmasi, mengatakan, pihaknya tetap optimistis industri properti perumahan tetap tumbuh pada 2023. Potret makroekonomi Indonesia dan kepemimpinan nasional masih dipercaya investor. ”Sebanyak 50-60 persen penjualan rumah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) menopang total keseluruhan rumah. Segmen MBR merupakan pemicu utama pasar properti perumahan saat ini dan telah terbukti sepanjang pandemi Covid-19,” ujarnya. Meski demikian, tantangan di sektor properti perumahan yaitu harga tanah tetap melejit. Pengusaha memilih menyiasati dengan bangunan rumah yang semakin compact atau berukuran kecil. ”Di luar properti perumahan, kami juga optimistis properti untuk pusat data akan tetap tumbuh tahun depan. Ini dipengaruhi oleh perkembangan generasi milenial yang aktif berinternet dan produk teknologi juga semakin inovatif,” kata Rusmin. |
Kembali ke sebelumnya |