Judul | Jangan Andalkan Tol untuk Arus Mudik Lebaran 2023 |
Tanggal | 14 Maret 2023 |
Surat Kabar | Kompas |
Halaman | - |
Kata Kunci | Jalan Bebas Hambatan |
AKD |
- Komisi V |
Isi Artikel | Pergerakan nasional arus Lebaran tahun 2023 diprediksi meningkat pesat. Penggunaan Tol Trans-Jawa masih menjadi pilihan utama. Oleh BM LUKITA GRAHADYARINI JAKARTA, KOMPAS — Tol Trans-Jawa masih akan menjadi jalur favorit untuk arus mudik Lebaran 2023. Jalur tol tersebut diproyeksikan akan dilintasi sekitar 9,2 juta orang. Namun, pemudik diimbau tidak hanya mengandalkan jalan tol, tetapi memilih jalur-jalur alternatif untuk menekan risiko kemacetan panjang di ruas tol. Demikian hasil Survei Potensi Pergerakan Masyarakat selama masa libur Lebaran 2023 (Idul Fitri 1444 H) yang dilakukan Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kementerian Perhubungan. Survei dilaksanakan secara daring mulai 28 Januari 2023 hingga 18 Februari 2023. Per Februari 2023, Jalan Tol Trans-Jawa telah beroperasi dari Merak (Banten) hingga Probolinggo (Jawa Timur) sepanjang 1.056,38 kilometer. Adapun ruas pamungkas Jalan Tol Trans-Jawa, yakni Jalan Tol Probolinggo-Banyuwangi dengan panjang 175,4 km, baru mulai dibangun, yakni tahap I Probolinggo-Besuki sepanjang 49,68 km. Potensi pergerakan nasional pada Lebaran tahun 2023 diperkirakan 123,8 juta orang atau naik 44 persen dibandingkan tahun lalu. Dari potensi pergerakan nasional itu, sejumlah 106 juta orang (85,9 persen) beralasan mudik untuk pulang kampung dan 17,8 juta orang bertujuan liburan dan lainnya. Pergerakan pemudik terbanyak berasal dari Pulau Jawa, yakni 77,3 juta orang (62,5 persen). Daerah tujuan terbanyak selama arus Lebaran 2023 adalah Provinsi Jawa Tengah, yakni 32,75 juta orang atau 26,45 persen. Selanjutnya, tujuan lainnya adalah Provinsi Jawa Timur 24,60 juta orang (19,87 persen), Provinsi Jawa Barat 20,72 juta orang (16,73 persen), Jabodetabek 8,07 juta orang (6,52 persen), dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 5,9 juta orang (4,78 persen). Sementara itu, pilihan moda masih didominasi mobil pribadi 27,32 juta orang (22,07 persen) dan sepeda motor 25,13 juta orang (20,30 persen). Adapun penggunaan angkutan umum bus sebanyak 22,77 juta orang (18,39 persen), kereta api antarkota 14,47 juta orang (11,69 persen), dan mobil sewa 9,53 juta orang (7,70 persen). Jalur utama yang dipilih pengguna mobil dan sepeda motor didominasi Tol Trans-Jawa yakni 9,2 juta orang. Sementara itu, Tol Cipularang sekitar 2,2 juta orang dan Tol Jakarta Merak 1,1 juta orang. Adapun pilihan mudik lewat pantai utara Jawa tercatat 1,5 juta orang, sedangkan jalur pantai selatan Jawa 1,4 juta orang, Ada pula pilihan jalur alternatif lain sebanyak 3 juta orang dan jalur jalan arteri lain 2 juta orang. Jalur alternatif Akademisi Teknik Sipil Unika Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, menilai, perjalanan melewati jalan tol atau bebas hambatan tidak selalu lebih lancar. Masyarakat dapat mempertimbangkan penggunaan jalan arteri, seperti pantura Jawa. Pada arus mudik tahun 2022, penggunaan jalan arteri pantura Jawa tergolong relatif lebih lancar ketimbang jalan tol. ”Orang sering memandang (akses) tol itu cepat. Akhirnya, sebagian besar memilih tol sehingga pergerakan di tol menjadi lambat. Di sisi lain, area istirahat di tol kerap penuh dan menjadi sumber kemacetan,” ujar Djoko saat dihubungi, Selasa (14/3/2023). Pemerintah dinilai perlu mengantisipasi peningkatan arus mudik Lebaran tahun ini dengan menambah fasilitas di tempat istirahat (rest area), seperti toilet. Di samping itu, penambahan tempat-tempat istirahat di luar tol yang masih berdekatan dengan pintu tol. Dengan demikian, tidak terjadi pemanfaatan bahu jalan tol untuk beristirahat yang memicu kemacetan. ”Jika rest area masih penuh, pengguna jalan bisa keluar tol untuk cari alternatif tempat istirahat dan selanjutnya masuk lagi ke tol. Biaya keluar-masuk tol tidak akan lebih mahal,” ujar Djoko. Ia menambahkan, pemerintah juga perlu memperhatikan manajemen Pelabuhan Penyeberangan Merak-Bakauheni dan jaringan jalan yang akan digunakan untuk mudik. Selain itu, program mudik gratis, serta keselamatan pemudik yang menggunakan sepeda motor dinilai sangat rentan kecelakaan lalu lintas. Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menilai beberapa faktor yang menyebabkan tingginya potensi pergerakan masyarakat di masa mudik tahun ini, yakni tidak ada pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), tidak ada pembatasan atau larangan perjalanan kondisi mendekati normal pascapandemi Covid-19, perekonomian yang semakin membaik, serta persepsi positif masyarakat atas penyelenggaraan angkutan Lebaran tahun lalu. Pihaknya tengah mengantisipasi potensi kenaikan pergerakan masyarakat pada masa mudik Lebaran tahun ini, antara lain penyiapan sarana-prasarana transportasi, aspek keselamatan, dan manajemen rekayasa lalu lintas. ”Penanganan arus mudik dan balik pada Lebaran tahun ini sangat menantang. Maka dari itu, kami telah menyiapkan langkah antisipasi sejak awal tahun,” ujar Budi dalam keterangan pers, seperti dikutip dari situs Kementerian Perhubungan. |
Kembali ke sebelumnya |