Judul | KTT ASEAN Menjadi Momentum Memperkuat Transformasi Labuan Bajo |
Tanggal | 08 Mei 2023 |
Surat Kabar | Kompas |
Halaman | - |
Kata Kunci | ASEAN |
AKD |
- Komisi I - Badan Kerja Sama Antar Parlemen |
Isi Artikel | KTT Ke-42 ASEAN di Labuan Bajo, NTT, menjadi momentum memperkuat kembali transformasi yang sedang dijalankan wilayah ini sebagai destinasi pariwisata superprioritas agar nantinya melahirkan kesejahteraan masyarakat. Oleh MB DEWI PANCAWATI Untuk kelima kalinya Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara sejak tahun 1976. Sejarah mencatat, Indonesia pernah menjadi tuan rumah pada KTT ke-1 ASEAN (1976), ke-9 (2003), ke-18 (2011), dan ke-19 (2011). Penyelenggaraannya dilangsungkan di Bali dan Jakarta. Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, khususnya Kota Labuan Bajo mendapat kehormatan sebagai lokasi tempat berlangsungnya KTT ASEAN yang ke-42 pada tahun ini. Kabupaten di ujung barat Pulau Flores yang baru berdiri 20 tahun lalu ini mendapat kesempatan yang luar biasa dan sangat berharga menjadi tuan rumah perhelatan besar internasional, khususnya kawasan Asia Tenggara. KTT ASEAN dalam periode keketuaan Indonesia ini akan diselenggarakan dua kali, yakni pada 9-11 Mei 2023 di Labuan Bajo dan September 2023 di Jakarta. Dalam keketuaan ini, Indonesia mengusung tema ”ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”, arahnya yakni membawa ASEAN sebagai episentrum pertumbuhan global. Perhelatan besar tersebut diperkirakan akan mendatangkan ribuan tamu, baik delegasi negara-negara anggota sekitar 700 orang, 400-an jurnalis dari media nasional dan internasional, maupun 2.627 personel pengamanan dari kepolisian, serta beberapa elemen yang belum terhitung.
Delapan pemimpin negara ASEAN dijadwalkan hadir (kecuali Thailand dan Myanmar), ditambah Sekretaris Jenderal ASEAN, dan Perdana Menteri Timor Leste. Kehadiran PM Timor Leste dinilai istimewa karena untuk pertama kalinya dalam sejarah mengikuti KTT ASEAN dan menegaskan komitmen Indonesia dalam mendorong Timor Leste menjadi anggota ASEAN. Labuan Bajo sebelumnya juga pernah sukses menjadi tuan rumah sejumlah event internasional, seperti penyelenggaraan Konferensi Polwan sedunia atau Association Woman Police (IAWP) yang digelar pada 6-12 November 2021, Asia International Water Week (AIWW) pada Maret 2022 lalu, serta penyelenggaran side event G20 ”The 1st Tourism Working Group (1st TWG)” yang dilaksanakan pada 10-11 Mei 2022. Transformasi Sejak ditetapkan menjadi satu dari lima destinasi pariwisata superprioritas (DPSP) melalui Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2018 dengan dibentuknya Badan Otoritas Pengelolaan Kawasan Pariwisata Labuan Bajo Flores (BPOLF), Labuan Bajo semakin berbenah. Berbagai transformasi dengan dukungan pemerintah pusat terus dilakukan untuk menunjang tujuan sebagai destinasi wisata superprioritas, dari penataan kawasan, peningkatan infrastruktur, penguatan sumber daya manusia, ketersediaan air, promosi, masalah keamanan, hingga penanganan sampah. Transformasi yang gencar dilakukan tersebut kini telah merubah wajah Labuan Bajo. Sebagai pintu masuk kawasan dengan sejuta pesona keindahan alamnya serta Pulau Komodo dan Pulau Rinca yang menjadi tempat habitat satwa langka komodo, Labuan Bajo semakin populer dan menarik investor, khususnya di industri pariwisata. Investasi di sektor pariwisata ini sebenarnya sudah tampak meningkat setelah kegiatan Sail Komodo tahun 2013. Berdasarkan data realisasi penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri di tahun 2017, tercatat dari 58 PMA yang masuk ke Manggarai Barat, 77,6 persen merupakan investasi di sektor pariwisata, sementara PMDN 61 investor dari 68 (89,7 persen). Pariwisata Labuan Bajo pun semakin menarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Menurut catatan BOPLBF, kunjungan wisatawan mencapai puncak pada tahun 2019 hingga mencapai 221.700 orang. Jumlah wisatawan itu terdiri dari 144.100 turis asing dan 77.600 wisatawan Nusantara. Sayangnya, pandemi Covid-19 yang terjadi sejak 2020 sangat memukul dunia pariwisata karena pergerakan manusia dibatasi hingga pariwisata terpuruk. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Manggarai Barat, laju pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2010 terkait sektor pariwisata pada tahun 2020 pun anjlok. Penyediaan akomodasi dan makan-minum tumbuh atau terkoreksi -34,47 persen, demikian pula sektor transportasi dan pergudangan laju pertumbuhannya -20,95 persen. Namun, daya tarik pesona Labuan Bajo dan sekitarnya kembali tumbuh seiring kondisi pandemi yang kian terkendali. Laju pertumbuhan kedua sektor tersebut tahun 2021 kembali positif, 9,47 persen dan 3,93 persen, hampir mendekati capaian tahun 2019 sebelum pandemi. Hotel-hotel kembali terisi dengan jumlah tamu wisatawan domestik dan mancanegara tahun 2021 mencapai 139.112 orang. Menggeliatnya kembali sektor pariwisata ini turut menyumbang peningkatan laju pertumbuhan ekonomi di kabupaten ini. Sebelum pandemi, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Manggarai Barat di kisaran 5 persen, setelah anjlok menjadi 0,89 persen tahun 2020 kini perlahan meningkat menjadi 1,29 persen tahun 2021. Momentum Oleh karena itu, Labuan Bajo terus berbenah untuk memulihkan kembali sektor pariwisata yang sempat terpuruk. Menjadi tuan rumah momen perhelatan besar seperti KTT ASEAN ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi promosi Labuan Bajo untuk ASEAN dan tentunya untuk dunia serta menjadi momentum bangkitnya kembali pariwisata. Peristiwa bersejarah yang saat ini membuat seluruh mata tertuju pada Labuan Bajo mendapat dukungan dari pemerintah daerah dan segenap elemen masyarakat yang diwujudkan melalui deklarasi dukungan masyarakat Kabupaten Manggarai Barat untuk mengamankan dan menyukseskan KTT Ke-42 ASEAN pada 5 Mei lalu. Kepercayaan yang diberikan kepada ibu kota Kecamatan Komodo sekaligus ibu kota Kabupaten Manggarai Barat seluas 813,53 kilometer persegi ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin oleh semua elemen masyarakat agar bisa berdampak pada perekonomian masyarakat lokal. Sebanyak 60 UMKM akan turut memamerkan 250 jenis produk selama KTT berlangsung. Menjadi kesempatan juga untuk mempromosikan wastra berupa tenun ikat NTT yang sangat indah. Kesempatan baik ini juga diharapkan memberi dampak lebih luas bagi perkembangan dan pembangunan ekonomi Kabupaten Manggarai Barat, terutama persoalan SDM-nya. Data BPS menunjukkan, Kabupaten Manggarai Barat masih memiliki persoalan terkait angka pengangguran. Dalam empat tahun terakhir (2018-2021), tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Kabupaten ini menunjukkan tren peningkatan. Tahun 2021, TPT tercatat 4,94 persen. Angka ini meningkat 1,22 persen dibandingkan tahun sebelumnya, 3,72 persen. Jika dibandingkan tahun 2018, TPT ini bahkan meningkat 3,75 persen (dari 1,19 persen). Angka TPT tahun 2021 Kabupaten Manggarai Barat bersama Kabupaten Lembata bahkan tertinggi kedua di Provinsi NTT setelah Kabupaten Belu (5,35 persen). Dari 21 kabupaten/kota di NTT, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Manggarai Barat (64,17) berada di urutan ke-11. Sebagai daerah yang menjadi destinasi pariwisata superprioritas, kondisi ketenagakerjaan seperti itu tentu menjadi sebuah ironi dan pekerjaan rumah besar bagi pemerintah. Oleh karena itu, diharapkan tetesan ”madu” dari momen KTT Ke-42 ASEAN ini tidak hanya menetes di industri pariwisata saja, tetapi juga berdampak lebih luas dengan menumbuhkan lapangan kerja, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. (LITBANG KOMPAS) |
Kembali ke sebelumnya |