Judul | Lansia yang Tersesat dan Tersesat Lagi di Masjidil Haram |
Tanggal | 07 Juni 2023 |
Surat Kabar | Kompas |
Halaman | - |
Kata Kunci | |
AKD |
- Komisi VIII |
Isi Artikel | KOMPAS/ADI PRINANTYO Gusram Numan (87), kedua dari kanan, dibawa ke pos Seksi Khusus PPIH Arab Saudi di seberang Terminal Syib Amir, Mekkah, Arab Saudi, Selasa (6/6/2023) pagi sebelum shalat Subuh waktu Mekkah. Dalam sehari di masa musim haji, kasus lansia tersesat di Masjidil Haram jamak terjadi. Gusram Numan (87) pasrah saat dibawa dengan kursi roda dari dalam Masjidil Haram ke Terminal Syib Amir oleh seorang warga lokal Arab Saudi sebelum waktu shalat Subuh di Mekkah, Arab Saudi, pukul 03.45. Anggota jemaah haji asal Binjai, Sumatera Utara, itu terpisah dari rombongannya dan merelakan dirinya ”ditolong” warga yang membawa kursi roda. Hanya bermodal tongkat bantu jalan, Gusram tak kuasa berjalan mandiri dari dalam masjid ke Syib Amir, salah satu terminal di dekat Masjidil Haram. Ketersesatan Gusram menjadi salah satu kompleksitas pengelolaan ibadah haji 2023, yang kembali normal pascapandemi Covid-19. Dengan jumlah anggota jemaah lansia Indonesia yang mencapai 67.199 orang, lansia kesasar di Masjidil Haram di mana Kabah berada dan menjadi salah satu pusat ibadah wajib haji, bisa dipastikan bakal terjadi tiap hari. Sejauh ini mayoritas penyebabnya karena demensia atau kepikunan. Sejumlah petugas haji Indonesia lantas menanyai Gusram. Dia kesulitan menjelaskan dari mana saja dia sebelumnya, hingga akhirnya dibantu warga lokal dengan kursi roda. Gusram hanya bisa menjelaskan dia ingin segera kembali ke hotel dan tidak membawa uang. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi bentukan Kementerian Agama memang menyediakan bus gratis dari Terminal Syib Amir menuju hotel. Hanya perlu dipastikan di mana hotelnya dan bus jurusan mana yang tepat. ”Saya ingin kembali ke hotel, tetapi sepertinya orang ini (warga lokal) perlu dibayar. Saya tidak bawa uang,” tutur Gusram berkali-kali sembari menggelengkan kepala. Wajahnya terlihat sangat cemas karena kehilangan rombongan. Saat ditanya berangkat naik haji dengan siapa, Gusram menjawab, ”Sendiri”. Kondisi Gusram memunculkan pemahaman bersama di tim panitia, dia harus segera dibantu untuk menuju hotel. Baca juga: Tenaga Medis di Mekkah dan Madinah Perlu Ditambah KOMPAS/ADI PRINANTYO Suasana di Terminal Bus Syib Amir di Mekkah, Arab Saudi, Selasa (6/6/2023) siang waktu Arab Saudi. Tak jarang anggota jemaah lansia kesulitan mencapai terminal yang menyediakan bus Shalawat, sebutan untuk bus gratis fasilitas Pemerintah RI untuk jemaah Indonesia yang akan kembali ke hotel. Salah satunya karena keterbatasan fisik. Baca juga: Jangan Paksakan Diri, Kiat Sehat Jemaah Lansia Berhaji Setelah koordinasi sana-sini, datanglah Rusni, petugas Seksi Khusus PPIH Arab Saudi. ”Banyak sekali kasus jemaah lansia tersesat seperti Pak Gusram ini. Dalam sehari bisa puluhan yang kesasar,” ujar Rusni, petugas asal Madura, Jawa Timur, yang sudah 15 tahun tinggal di Mekkah. Dia termasuk mukimin, petugas PPIH yang direkrut karena kemampuan berbahasa Arab yang baik seiring lamanya tinggal di Mekkah. Iklan
Yang sering jadi masalah, lanjut Rusni, tak sedikit warga lokal yang memanfaatkan lansia dengan keterbatasan semacam Gusram. ”Setelah diantar naik kursi roda ke terminal, orang lokal ini minta uang. Kalau cuma 30 riyal (sekitar Rp 120.000) ya gak papa, bisa saja kita yang bayarin, anggap aja itu sedekah. Tapi mereka mintanya 250 riyal (Rp 990.000),” tutur Rusni lagi. Terhadap anggota jemaah lansia seperti Gusram, yang tiga tahun lagi memasuki 90 tahun, seharusnya ada ketua rombongan yang bertanggung jawab, termasuk memastikan semua anggotanya sampai ke hotel dengan selamat. ”Sayangnya, yang semacam itu banyak kendalanya. Dengan jumlah jemaah yang ratusan ribu di setiap kali shalat berjemaah, saya bisa prediksi yang seperti Pak Gusram ini banyak terjadi lagi,” ujarnya. Kasus Gusram yang tersesat menemukan solusi sementara dengan dibawanya yang bersangkutan ke pos Seksi Khusus PPIH yang berbentuk kontainer semipermanen. Ongkos 250 riyal yang diminta si warga lokal ditalangi dulu melalui saweran beberapa petugas PPIH yang membantu. Setelah bisa diantar ke hotelnya, panitia mendapat ganti dari penanggung jawab rombongan, dana petugas pun dikembalikan. ”Saya sudah terima dari ketua rombongannya, jadi uang panitia sudah kembali,” ujar Rusni. KOMPAS/PANDU WIYOGA Salah satu anggota calon jemaah haji lansia Kloter I dari Kepulauan Riau bersiap berangkat dari Embarkasi Batam, Sabtu (6/7/2019). Bantuan kursi roda Tak lama berselang, seorang anggota jemaah lansia juga terlihat kesulitan berjalan kaki menuju Terminal Syib Amir. Ratna Dewi, petugas pelayanan lansia yang mendampinginya, terlihat kesulitan mencarikan kursi roda. Sementara itu, dia juga ditelepon bahwa ada salah seorang anggota jemaah juga sesak napas sebelum masuk bus yang akan menuju hotel. Saat ditanya apakah sudah menyarankan kepada jemaah lansia agar tidak memaksakan diri untuk beribadah sunah di Masjidil Haram, dengan pertimbangan menghemat tenaga menuju puncak haji, Ratna menjawab cepat, ”Susah itu, Pak.” Menurut dia, meski mengakui menghadapi keterbatasan, para lansia itu tetap beranjak dari hotel dan menuju Masjidil Haram. ”Pertama, mereka selalu beralasan, ingin berhaji sudah lama, sudah bayar, dan ngantre juga sudah lama. Masak ketika sudah di Mekkah, baru sekali seumur hidup, tidak dimaksimalkan untuk beribadah. Alasan kedua, biasanya para lansia tetap berangkat karena teman serombongan mereka juga ke Masjidil Haram. Padahal, stamina orang per orang berbeda-beda,” kata Ratna, petugas pelayanan lansia asal Riau. Syariful Anam, petugas transportasi di Terminal Bab Ali, yang juga berada di dekat Masjidil Haram, menambahkan, jemaah Indonesia biasanya bergabung dengan sesama asal Indonesia. ”Kalau sedang berjalan dan kebingungan mencari arah, jemaah Indonesia biasanya secara spontan bergabung dengan sesama rombongan Indonesia. Padahal, walau sama-sama asal Indonesia, bisa saja mereka beda kloter (kelompok terbang) dan beda hotel. Kalau diikuti, ya kesasar juga,” katanya. Kepala Seksi Bimbingan Ibadah PPIH Arab Saudi Zulkarnaen Nasution mengungkapkan, berbagai upaya dilakukan untuk terus menyosialisasikan efektivitas penggunaan waktu ibadah haji di kalangan jemaah, terutama lansia. ”Misalnya, ibadah sunah di Masjidil Haram sebaiknya dijalankan dengan mempertimbangkan kebugaran fisik. Jangan memaksakan diri untuk yang sunah, tetapi nantinya justru saat puncak haji di mana jemaah perlu bugar, malah tidak tercapai,” ujar Zulkarnaen. Semangat dan antusiasme para lansia dalam berhaji harus diakui memang tak berjalan seiring dengan kekuatan fisik mereka. Tercapainya seluruh ritual wajib ibadah haji perlu kesabaran para pembina ibadah haji, segenap panitia, serta kesadaran para jemaah lansia sendiri akan realitas keterbatasan fisiknya. |
Kembali ke sebelumnya |