Judul | Satu Dekade “Sabuk dan Jalan” dalam Kerja Sama China-Indonesia |
Tanggal | 05 Oktober 2023 |
Surat Kabar | Kompas |
Halaman | 7 |
Kata Kunci | Asia - Hubungan luar negeri |
AKD |
- Komisi V |
Isi Artikel | Indonesia memiliki posisi sangat penting dalam diplomasi kawasan China. Pembentukan kemitraan strategis yang komprehensif di antara kedua negara sejalan dengan kepentingan bangsa, kawasan, dan komunitas global. Oleh XUE SONG Pada 3 Oktober 2013, Presiden China Xi Jinping memperkenalkan konsep ”Jalur Sutra Maritim Abad Ke-21” dalam pidatonya di DPR RI. Selama satu dekade terakhir, kolaborasi antara China dan Indonesia dalam Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI) telah menghasilkan sejumlah pencapaian signifikan. Hal itu bahkan dapat dijadikan model bagi kerja sama negara-negara berkembang lainnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Universitas Peking pada tahun 2018, Indonesia terhitung sebagai salah satu dari 11 negara mitra yang telah mencapai tingkat kerja sama tertinggi dalam BRI. Dapat dikatakan, kerja sama BRI China-Indonesia bersifat luas dan mendalam. Dalam bidang koordinasi kebijakan, kedua negara sudah menandatangani nota kesepahaman untuk meningkatkan sinergi antara BRI dan Poros Maritim Dunia. Pada Juni 2021, China dan Indonesia memperkenalkan mekanisme kerja sama dialog tingkat tinggi. Ini muncul sebagai katalisator kerja sama yang mencakup dimensi politik, ekonomi, budaya, dan maritim. Kedua negara juga sering mengadakan konsultasi untuk mengatasi tantangan dalam kolaborasi praktis. Hal ini menawarkan dukungan kebijakan untuk implementasi proyek-proyek berskala besar. Dalam sektor infrastruktur, China secara aktif mendukung inisiatif pembangunan ”tol laut” yang digagas Presiden Joko Widodo dan terlibat dalam pengembangan proyek infrastruktur strategis di Indonesia. Ini mencakup jalan raya, kereta api, pelabuhan, jaringan telekomunikasi, dan lain-lain. Kereta Cepat Jakarta-Bandung merupakan salah satu proyek unggulan di bawah payung kerja sama BRI. Perusahaan-perusahaan China juga berkontribusi dalam penyediaan seperempat dari total kapasitas pembangkit listrik di Indonesia melalui pembangunan pembangkit listrik. Bendungan kedua terbesar di Indonesia, Bendungan Jatigede, yang selesai dibangun 2015, juga bentuk kerja sama China dan Indonesia. Dalam hal perdagangan dan investasi, pada tahun 2013, total perdagangan barang antara China dan Indonesia mencapai 52,45 miliar dollar AS. Kemudian melonjak menjadi 149,1 miliar dollar AS pada 2022. Struktur perdagangan bilateral kedua negara juga menjadi lebih seimbang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Investasi menjadi sorotan kerja sama praktis kedua negara. Sepanjang tahun 2022, Pemerintah Indonesia mencatat, realisasi investasi China di Indonesia mencapai 8,2 miliar dollar AS. Indonesia merupakan negara tujuan investasi terbesar kedua bagi China di ASEAN. China dan Indonesia juga berkolaborasi di ranah digital yang kini marak. Produk digital dari perusahaan-perusahaan asal China, seperti Xiaomi, Vivo, Oppo, Lenovo, dan Huawei, bertumbuh pesat di pasar Indonesia. Dari 100 aplikasi yang paling banyak diunduh di Indonesia pada 2018, lebih dari 30 persen merupakan produk kolaborasi antara perusahaan China dan Indonesia. Dalam aspek konektivitas keuangan, kedua negara telah memperluas perjanjian swap mata uang lokal mereka. Indonesia juga menjadi anggota pendiri Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB). Selain itu, Silk Road Fund berkomitmen menginvestasikan 20 miliar yuan China di Indonesia Investment Authority (INA). Dalam hubungan antarmasyarakat, sebelum terjadi pandemi Covid-19, China secara konsisten menduduki peringkat teratas sebagai sumber wisatawan utama Indonesia, dengan 2,07 juta wisatawan China mengunjungi Indonesia pada 2019. Pertukaran antarpemerintah daerah juga berjalan lancar. Sebanyak 28 pasangan provinsi dan kota dari kedua negara telah membentuk hubungan kota kembar (sister city). Perdana Menteri China Li Qiang (tengah, kiri) dan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan melewati pintu masuk saat akan menjajal naik kereta cepat Jakarta-Bandung, Rabu (6/9/2023). Pada 2019, lebih dari 15.000 pelajar Indonesia menempuh pendidikan di China. Ini menjadikan China sebagai negara tujuan kedua yang paling diminati pelajar Indonesia yang ingin menempuh pendidikan di luar negeri. Di tengah pandemi Covid-19, China memberikan lebih dari 300 juta dosis vaksin kepada Indonesia. Upaya multiaspek ini menyoroti kedalaman kerja sama dan pentingnya hubungan antarmasyarakat yang telah memperkuat relasi bilateral. RefleksiSelama satu dekade terakhir, beberapa faktor telah berkontribusi terhadap keberhasilan proyek-proyek BRI di Indonesia. Pertama, keselarasan antara BRI dan agenda pembangunan domestik Indonesia, seperti Indonesia 2045, Ibu Kota Nusantara, dan hilirisasi industri. Keselarasan itu juga menciptakan landasan kokoh untuk kerja sama dalam berbagai bidang, seperti infrastruktur berkelanjutan, energi terbarukan, dan pembangunan inklusif. Intinya, peran China bukanlah merencanakan proyek-proyek infrastruktur dan mengarahkan modernisasi ekonomi di Indonesia, melainkan lebih sebagai kolaborator yang merespons permintaan Indonesia, dan sesuai dengan kapasitas China. China berperan sebagai pendukung, bukan pemimpin, dalam usaha-usaha ini. Kedua, prinsip Konsultasi Bersama, Kontribusi Bersama, dan Manfaat Bersama telah membentuk dasar yang kuat untuk kerja sama BRI. Pendekatan ini mencerminkan semangat terbuka dan inklusif. Hal itu sesuai dengan filosofi China tentang keseimbangan antara kebenaran (righteousness) dan manfaat (benefit). Prinsip ini juga menekankan konsep harmoni dalam keberagaman yang mengakar dalam warisan budaya China dan Indonesia. Prinsip ini tidak hanya melegitimasi BRI, tetapi juga menjamin keberlanjutan jangka panjangnya. Ketiga, proyek-proyek unggulan BRI, seperti Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Koridor Ekonomi Komprehensif Regional, dan Dua Negara, Taman Kembar, telah menjadi tonggak dalam evolusi kerja sama ini. Proyek-proyek ini mencerminkan tuntutan pembangunan yang terus berkembang serta saling ketergantungan yang makin mendalam di antara kedua negara. Selain itu, juga menunjukkan inklusivitas yang semakin meningkat, menjadikan upaya BRI terbuka bagi berbagai investor dari berbagai sektor. Keempat, pelayanan masyarakat dan kontribusi terhadap komunitas lokal adalah elemen penting dalam keberhasilan proyek-proyek BRI. Perusahaan China yang berinvestasi di Indonesia telah meningkatkan pemahamannya tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan, serta aktif terlibat dalam berbagai pelayanan amal, termasuk dukungan pendidikan, program kesehatan masyarakat, upaya pelestarian lingkungan hidup, dan lainnya. Upaya-upaya ini terdokumentasi dalam Laporan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Modal Tiongkok (PMT) di Indonesia yang disusun oleh China Chamber of Commerce in Indonesia pada tahun 2022. Kerja sama China-Indonesia dalam konteks BRI menghasilkan banyak pencapaian positif. Namun, perlu diingat bahwa tantangan dan masalah juga tetap ada. Dalam menghadapi kompleksitas proyek-proyek infrastruktur dan dampak lingkungan, Indonesia dan China perlu berkolaborasi lebih lanjut untuk memastikan keberlanjutan kerja sama. Selain itu, transparansi dan keterlibatan masyarakat sipil dalam proyek-proyek BRI harus ditingkatkan untuk meminimalkan risiko investasi dan meningkatkan keberlanjutan kerja sama yang sudah ada. Potensi masa depanKerja sama BRI China-Indonesia bisa memiliki implikasi yang lebih luas. Ke depan, kemitraan ini memiliki potensi untuk melampaui manfaat bilateral dan berkontribusi pada integrasi regional serta penyelesaian masalah global dalam beberapa aspek. Pertama, mendorong penyelesaian tantangan global. China harus meningkatkan kerja sama dengan negara-negara mitra, seperti Indonesia, untuk memberikan wawasan inovatif mengenai isu-isu global, termasuk perubahan iklim, pelestarian lingkungan, dan ketahanan pangan. Upaya kolaboratif ini akan mendorong kerja sama yang nyata dan membantu mengatasi masalah yang muncul di dalam tata kelola global. Kedua, berpartisipasi dalam membentuk norma-norma tata kelola global. China harus terus berkolaborasi dengan negara-negara berkembang dan mitra-mitra dari Global South untuk mencapai keseimbangan norma-norma tata kelola global. Selama ini norma tata kelola global cenderung mengutamakan standar yang ditetapkan oleh negara-negara maju. Kolaborasi antara China dan negara berkembang lainnya sebagai mitra dapat membuka peluang untuk membentuk norma tata kelola global yang bisa lebih mendukung hak-hak dan kebutuhan negara-negara berkembang. Ketiga, mengurangi hambatan perdagangan dan meningkatkan kerja sama industri dan rantai pasok. Saat ini, China dan ASEAN sedang aktif dalam negosiasi Kawasan Perdagangan Bebas China-ASEAN 3.0, dengan tujuan memperluas kerja sama di sektor-sektor baru, seperti ekonomi digital dan ekonomi hijau. Semua pihak yang terlibat dalam proyek-proyek BRI juga harus mengembangkan struktur pembiayaan lebih seimbang untuk investasi. Pemantauan dan penilaian yang cermat terhadap kualitas utang amat penting untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang. Keempat, bersama-sama mencapai modernisasi untuk kepentingan rakyat. China dan Indonesia, dengan populasi besar dan tahap perkembangan yang serupa dalam proses modernisasi, menghadapi tantangan pembangunan yang mirip. Kedua negara telah mencapai konsensus signifikan dalam membangun Komunitas Senasib Sepenanggungan China-Indonesia dan telah merumuskan kerangka kerja untuk Inisiatif Pembangunan Global. Evolusi BRI di masa depan dapat memberi kontribusi substansial dalam mengurangi kemiskinan, membangkitkan pedesaan, dan membiayai pembangunan di berbagai sektor bagi kedua negara. Indonesia memiliki posisi sangat penting dalam diplomasi kawasan China. Selama satu dekade terakhir, China dan Indonesia telah menjalin kerja sama yang luas dan mendalam. Pembentukan kemitraan strategis yang komprehensif di antara kedua negara sejalan dengan kepentingan bangsa, kawasan, dan komunitas global. Dalam lanskap global yang terus berubah, kemitraan BRI China-Indonesia diharapkan terus memberikan manfaat bagi kedua negara dan warganya, serta berperan penting dalam mempromosikan kemakmuran di tingkat regional dan global. Xue SongAssociate Professor of Institute of International Studies at Fudan University, Shanghai
|
Kembali ke sebelumnya |