Judul | "Election Visit" dan Bedanya dari Aktivitas Pemantau Internasional |
Tanggal | 13 Februari 2024 |
Surat Kabar | Kompas |
Halaman | - |
Kata Kunci | Pemilihan Umum,KPU |
AKD |
- Komisi II |
Isi Artikel | Election Visit Program 2024 diselenggarakan KPU RI mengundang KPU negara lain, perwakilan negara sahabat, dan LSM. Pemilu di Indonesia dianggap sebagai pemilu paling kompleks dan terumit di dunia yang diselenggarakan dalam satu hari. Kerumitan itu justru menjadi daya tarik untuk mempromosikan demokrasi. Pada 12-14 Februari, Komisi Pemilihan Umum mengundang 193 peserta, sebagian dari luar negeri untuk melihat langsung proses pemilu. Dari jumlah total peserta 35 orang dari KPU luar negeri, 81 perwakilan negara sahabat, 18 lembaga swadaya masyarakat internasional, dan kampus dari luar negeri. Baca Berita Seputar Pemilu 2024Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Ketua Komisi Pemilihan Umum Hasyim Asy’ari saat konferensi pers persiapan “Indonesia Election Visit Program (IEVP) Pemilu 2024”, di Jakarta, Senin (12/2/2024), mengatakan, KPU menyelenggarakan election visit program (EVP) untuk memberikan kesempatan berbagai pihak untuk mengikuti perkembangan pemilu. Program itu adalah kunjungan dari negara luar untuk melihat langsung proses pemungutan dan penghitungan suara di TPS. Hal itu berbeda dengan pemantau atau observer yang sengaja menyiapkan instrumen, personel, untuk mengamati dan memantau lebih detil pelaksanaan pemilu. Para pemantau ini biasanya harus mendaftar ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) untuk diakreditasi atau disertifikasi terlebih dahulu. “Kalau pemantau atau observer itu dia harus mendaftar dulu ke Bawaslu dan kemudian akan diakreditasi oleh Bawaslu. Kalau EVP ini hanya berkunjung untuk melihat proses pemungutan dan penghitungan suara di TPS,” jelas Hasyim. KOMPAS/WAWAN H PRABOWO (WAK) Tiga orang komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) I Dewa Kade Wiarsa, Viryan Aziz dan Evi Novida Ginting (dari kiri ke kanan) bersiap menjadi pembicara dalam seminar Election Visit Program (EVP) Pemilihan Serentak 2020 yang bertemakan Melindungi Kehidupan Manusia, Meningkatkan Integritas dan Memajukan Demokrasi di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Tangerang, Banten, Selasa (8/12/2020). Dalam program EVP itu, KPU mengundang negara-negara sahabat dan penyelenggara pemilu luar negeri untuk menyaksikan langsung proses pemungutan suara. Mereka akan mengikuti rangkaian acara mulai dari pembukaan, seminar internasional, berkunjung ke kantor KPU, dan menyaksikan pemungutan dan penghitungan suara. “Pemilu di Indonesia kalau dilihat dari segi jumlah populasi termasuk pemilu terbesar di dunia setelah India dan Amerika Serikat. Penting juga dikabarkan kepada warga global bahwa Indonesia mempraktikkan demokrasi elektoral melalui pemilu,” imbuhnya.
Hasyim menjelaskan pemilu di Indonesia disebut oleh analis dan ahli kepemiluan, pemilu Indonesia paling rumit di dunia. Hal itu sebagai konsekuensi pemilu dengan daftar proporsional daftar calon terbuka. KPU mengorganisir 2.749 daerah pemilihan termasuk dapil pemilihan presiden di seluruh Indonesia, pemilihan DPR RI, DPRD Provinsi, DPR Kabupaten dan Kota. Iklan
“Sebagai konsekuensi dari sistem proporsional daftar terbuka itu, KPU harus mendesain surat suara berbeda dari 2.749 dapil di seluruh Indonesia. Ini juga yang membuat pemilu menjadi paling rumit di dunia,” katanya.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO (WAK) Para peserta Election Visit Program (EVP) Pemilihan Serentak 2020 mengikuti seminar EVP yang bertemakan Melindungi Kehidupan Manusia, Meningkatkan Integritas dan Memajukan Demokrasi di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Tangerang, Banten, Selasa (8/12/2020). Selain itu, pemilu di Indonesia juga adalah pemilu tersingkat di dunia. Pemilu digelar sejak pukul 07.00 pagi sampai pukul 13.00 siang waktu setempat sesuai zona waktu di Indonesia. Durasi waktu enam jam itu jika dibandingkan dengan pelaksanaan pemilu di berbagai belahan dunia dinilai paling singkat. “Kesempatan Pemilu 2024 ini menjadi kesempatan bagi kita semua seluruh bangsa Indonesia untuk menunjukkan kepada warga global bahwa Indonesia menerapkan demokrasi elektoral tentu saja dengan berbagai dinamikanya,” papar Hasyim. Anggota KPU Betty Epsilon Idroos menjelaskan peserta EVP akan diajak menyaksikan pemilu sejak Tempat Pemungutan Suara (TPS) dibuka sampai penghitungan suara. Namun, sebelumnya, para peserta juga akan dijelaskan bahwa pemilu menggunakan sistem proporsional daftar terbuka. Dalam pilpres jika tidak ada yang mendapatkan perolehan suara 50 persen + 1, dengan sebaran suara sedikitnya 20 persen di setiap provinsi, dan tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, akan ada pemilu putaran kedua. “Kami akan memperkenalkan bagaimana pemilu lima kotak di hari yang sama. Ini berbeda dengan di Amerika Serikat di mana ada real vote dan popular vote dan mereka juga menggunakan e-voting. Kalau di kita, masih pencoblosan dan sudah menggunakan teknologi informasi,” papar Betty. KOMPAS/ADITYA DIVERANTA Ketua KPU DKI Jakarta Betty Epsilon Idroos. Betty yang didapuk sebagai duta besar KPU dalam program EVP ini juga akan menjelaskan teknologi informasi apa saja yang digunakan oleh KPU untuk menjamin integritas pelaksanaan pemilu. Para peserta ini juga akan dibawa ke tempat-tempat khusus seperti perkampungan kumuh, lembaga pemasyarakatan, rumah tahanan, dan panti sosial. Mereka akan melihat dari luar tanpa boleh mengganggu pelaksanaan pemilu. Namun, mereka boleh bertanya-tanya dengan pendamping dari KPU. Dengan demikian, Indonesia bisa mempromosikan pemilu yang aman, yang dijalankan dengan prinsip gotong royong, masyarakat bersuka cita menyambut pesta demokrasi, dan dilaksanakan dengan damai. “Intinya kami promosikan demokrasi melalui pemilu elektoral,” bebernya. Anggota KPU Mochamad Afifuddin mengungkapkan EVP adalah aktivitas rutin selama masa pemilu. Tercatat, KPU sudah enam kali menyelenggarakan program tersebut. Menurutnya, yang diselenggarakan oleh KPU Indonesia selalu menarik perhatian dunia internasional. Ketertarikan itu bukan hanya dari pemungutan suaranya tetapi juga manajemen sistemnya. “Karena unsur the most complicated election in the world itu,” tegasnya. KOMPAS/PRADIPTA PANDU Peserta yang berpartisipasi dalam kegiatan election visit program (EVP) yang diadakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) memantau penghitungan suara Pemilu 2019 di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 41 Taman Suropati, Menteng, Jakarta, Rabu (17/4/2019). |
Kembali ke sebelumnya |