Judul | Paling Intensif, Prabowo Dua Kali Temui SBY Pascapemilu |
Tanggal | 25 Februari 2024 |
Surat Kabar | Kompas |
Halaman | - |
Kata Kunci | Pemilihan Umum |
AKD |
- Komisi II |
Isi Artikel | Prabowo dan Yudhoyono memiliki jalur komunikasi cepat yang memungkinkan keduanya bertemu kapan pun saat dibutuhkan. JAKARTA, KOMPAS — Dalam sepekan setelah munculnya hasil hitung cepat Pemilihan Presiden 2024, calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto, sudah dua kali menemui Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat yang juga Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono. Pertemuan dengan Yudhoyono menjadi yang paling intensif dibandingkan dengan sejumlah tokoh lain dari sembilan partai politik pengusung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Pertemuan terakhir antara Prabowo Subianto dan Susilo Bambang Yudhoyono terjadi pada Jumat (23/2/2023) malam. Prabowo yang masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan menemui Yudhoyono di kediamannya, Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pertemuan berlangsung tertutup dan tak dihadiri banyak elite Demokrat, termasuk Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono. Baca Berita Seputar Pemilu 2024Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Sepekan sebelumnya, Prabowo juga menemui Yudhoyono di Museum dan Galeri SBY-Ani Yudhoyono di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Prabowo mengaku terbang dari Jakarta ke Pacitan untuk berterima kasih atas dukungan yang telah diberikan kepada dirinya pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Saat itu, hasil hitung cepat sejumlah lembaga menunjukkan pasangan Prabowo-Gibran yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) unggul atas dua pasangan kandidat lainnya. Baca juga: Hasil ”Quick Count” Litbang Kompas: Prabowo-Gibran Unggul Satu Putaran KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (dua kanan) didampingi Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY, dua dari kiri) dan Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Mallarangeng (kanan) hadir saat penyampaian pidato politik Ketua Umum Partai Demokrat di Jakarta, Selasa (6/2/2024). Sekretaris Majelis Tinggi Demokrat Andi Mallarangeng, saat dihubungi dari Jakarta, Minggu (25/2/2024), mengatakan, dirinya juga tidak ikut serta dalam pertemuan Yudhoyono dengan Prabowo pada Jumat malam. Menurut dia, pertemuan terjadi secara mendadak. Prabowo dan Yudhoyono memiliki jalur komunikasi cepat yang memungkinkan keduanya bertemu kapan pun saat dibutuhkan. ”Memang ada hotline antara Pak Prabowo dan Pak SBY. Jadi, anytime Pak Prabowo meminta waktu kepada Pak SBY, apalagi Pak SBY sedang di Cikeas, ya, langsung ke sana beliau. Pak SBY sedang di Pacitan saja Pak Prabowo datang,” ungkap Andi. Ia mengatakan belum mengetahui substansi yang dibicarakan Prabowo dan Yudhoyono pada Jumat malam. Namun, pertemuan keduanya terjadi di tengah langkah Prabowo menemui sejumlah elite politik lainnya setelah keluar hasil hitung cepat Pilpres 2024. Selain merupakan bagian dari KIM, Yudhoyono yang juga Presiden ke-6 RI adalah teman lama Prabowo sejak di Akademi Militer. Baca juga: Bertemu SBY di Pacitan, Prabowo Tunjukkan Rasa Hormat Andi melanjutkan, sejak Demokrat memutuskan untuk mendukung Prabowo, Yudhoyono telah menegaskan bahwa dirinya terbuka untuk ditemui dan diajak berdiskusi kapan pun oleh Prabowo. Tidak banyak pula mantan Presiden RI yang dapat diajak berdiskusi dan berbagi pengalaman kepemimpinan dengan Prabowo. ”Di Indonesia, kan, mantan presiden tidak banyak, sekarang hanya ada dua (Yudhoyono dan Megawati Soekarnoputri, Presiden RI ke-5) dan Presiden Joko Widodo masih menjabat, yang satu tidak mungkin. Jadi, kalau beliau (Prabowo) mau diskusi tentang bagaimana menjadi presiden, saya rasa wajar sekali,” ujarnya. KOMPAS/ALIF ICHWAN Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto mendaftarkan diri sebagai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden di kantor Komisi Pemilihan Umum Jakarta, Sabtu (16/5/2009). Mereka ikut berkompetisi dalam pemilihan presiden pada 8 Juli 2009. Sebagai calon presiden yang perolehan suaranya unggul atas kandidat-kandidat lain, menurut Andi, wajar bagi Prabowo untuk mencari rujukan pengalaman kepemimpinan dari SBY. Tidak terkecuali di tengah bergulirnya wacana pengajuan hak angket di DPR untuk menyelidiki dugaan kecurangan pemilu. ”Pasti ada pengalaman-pengalaman Pak SBY yang dijadikan masukan,” ucapnya. Adapun wacana pengajuan tersebut disuarakan kubu pasangan calon Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar yang terdiri dari Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Begitu juga kubu pasangan calon Ganjar Pranowo-Mahfud MD, terutama oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang dipimpin Megawati Soekarnoputri. Berpengalaman hadapi hak angketPertemuan Prabowo dengan Yudhoyono pun terjadi beberapa jam berselang dari pertemuan antarketua umum partai politik pengusung Anies-Muhaimin untuk membahas dukungan terhadap wacana hak angket di DPR. Pertemuan yang terjadi di Wisma Nusantara, Jakarta, Jumat (23/2/2024) siang, itu dihadiri Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, Presiden PKS Ahmad Syaikhu, serta Anies dan Muhaimin yang juga Ketua Umum PKB.
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG Sejumlah warga berunjuk rasa di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Selasa (9/2/2010). Mereka meminta, antara lain, agar panitia khusus hak angket skandal Bank Century DPR yang akan berakhir masa kerjanya dapat mengusut tuntas aliran dana Bank Century. Andi tidak memungkiri ada kemungkinan Prabowo berdiskusi tentang pengalaman Yudhoyono menghadapi hak angket di DPR. Selama menjabat pada 2004-2014, Yudhoyono tercatat sebagai Presiden yang paling banyak menghadapi hak angket, antara lain, hak angket atas penjualan kapal tanker Pertamina, impor beras, penyelesaian kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), dan permasalahan daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2009. Selain itu, terdapat pula hak angket terhadap penyelesaian kasus korupsi Bank Century. Dihubungi terpisah, anggota Majelis Tinggi Demokrat Syarief Hasan membenarkan, Yudhoyono berpengalaman menghadapi hak angket di DPR. Akan tetapi, hak angket yang terjadi semasa Yudhoyono menjabat berbeda dengan wacana hak angket yang saat ini bergulir. Kala itu, hak angket diajukan terhadap sejumlah kebijakan, sedangkan saat ini terkait dugaan kecurangan pemilu. Baca juga: Soal Hak Angket Pemilu, JK: Tak Perlu Khawatir kalau Bersih Baik Syarief maupun Andi menekankan bahwa Demokrat menolak wacana hak angket tersebut. Sebab, sengketa hasil pemilu semestinya diselesaikan melalui jalur hukum di Mahkamah Konstitusi (MK), bukan di DPR. KOMPAS/PRADIPTA PANDU Syarief Hasan ”Hak angket itu, kan, hak anggota DPR, silakan saja kalau mau dipakai jalur itu. Kalau memang pihak 3 (kubu Ganjar-Mahfud) akan mendorong hal itu, silakan saja. Tetapi, lagi-lagi Partai Demokrat dalam hal ini pasti dengan tegas akan menolak karena sudah ada jalurnya untuk menyelesaikan masalah itu, yakni melalui proses hukum di MK,” tutur Syarief. Terlepas dari itu, kata Syarief, tingginya intensitas pertemuan Prabowo dengan Yudhoyono menunjukkan kesamaan visi dan misi tokoh tersebut dalam membangun bangsa Indonesia ke depan. Salah satu kesamaan dimaksud adalah visi menyejahterakan rakyat dengan memberantas kemiskinan. Baca juga: Prabowo Subianto, dari Paradoks Indonesia ke Indonesia Emas 2045 Syarief menuturkan, tidak dimungkiri, keinginan Prabowo untuk merangkul semua pihak ke pemerintahannya juga sejalan dengan pengalaman Yudhoyono membangun koalisi yang dominan di parlemen untuk mendukung pemerintah saat ia menjabat. ”Jadi, lima tahun ke depan ini apa yang dilakukan Pak Prabowo sama dengan yang kira-kira diinginkan Pak SBY. Dan, itu di-support betul oleh Pak SBY,” katanya. KOMPAS/ KURNIA YUNITA RAHAYU Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, dan Ketua Partai Aceh Muzakir Manaf (dari kiri ke kanan) duduk bersama saat berkampanye di Banda Aceh, Aceh, Selasa (26/12/2023). Tak hanya seusai pilpres, pertemuan intens antara Prabowo dan Yudhoyono juga terjadi sebelum pilpres. Sebelum mendaftarkan diri menjadi capres ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Oktober lalu, misalnya, Prabowo terlebih dulu meminta izin kepada Yudhoyono ke Cikeas.
Sepanjang tahapan kampanye, Prabowo juga beberapa kali berkampanye bersama Yudhoyono. Kampanye keduanya, antara lain, di Aceh dan Jawa Timur. |
Kembali ke sebelumnya |