Selamat datang di website E-PAPER PERPUSTAKAAN DPRRI.

Koleksi Perpustakaan DPR RI

Judul Beberapa Skandal Pilot Tidur Sebelum Insiden Batik Air
Tanggal 09 Maret 2024
Surat Kabar Kompas
Halaman -
Kata Kunci
AKD - Komisi V
Isi Artikel

Insiden pilot tidur saat menerbangkan pesawat sudah terjadi beberapa kali di dunia penerbangan.

Oleh BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA, FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA

Insiden pilot dan kopilot Batik Air sama-sama tertidur saat mengudara menjadi salah satu topik yang ramai diperbincangkan di media sosial pada Sabtu (9/3/2024). Merujuk Rekomendasi Keamanan yang dikeluarkan Komite Nasional Keamanan Transportasi alias KNKT, keduanya terlelap selama 28 menit saat menerbangkan pesawat dari Kendari ke Jakarta, 25 Januari 2024.

Namun insiden Batik Air yang sangat membahayakan ini bukan yang pertama di dunia penerbangan. Insiden serupa sudah beberapa kali terjadi.

 

Baca juga: Pilot-Kopilot Batik Air Tertidur 28 Menit Saat Mengudara

Dari penelurusan singkat Kompas, setidaknya ada dua insiden serupa yang pernah terjadi pada 2022 saja. Insiden pertama terjadi pada pesawat milik ITA Airways dalam perjalanan dari New York di Amerika Serikat ke Roma di Italia pada 30 April 2022.

Insiden kedua terjadi pada pesawat milik The Ethiopian Airlines dari Khartoum di Sudan menuju Addis Ababa di Etiopia per 15 Agustus 2022. Tak sampai terjadi kecelakaan pada kedua insiden itu.

Pesawat Batik Air menunggu jadwal keberangkatan di Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng, Banten, Rabu (25/5/2022).

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Pesawat Batik Air menunggu jadwal keberangkatan di Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng, Banten, Rabu (25/5/2022).

New York-Roma

Pesawat milik ITA Airways bernomor penerbangan AZ609 lepas landas dari Bandara Internasional JFK di New York, Amerika Serikat, 30 April, pukul 16.37. Pesawat milik maskapai penerbangan Italia ini terbang menuju Roma.

Mengutip portal berita ABC7Chicago, dua pilot dilaporkan tertidur ketika pesawat masih mengudara dengan 250 penumpang di dalamnya. Laporan investigasi menyebutkan, kedua pilot tertidur di kokpit saat Airbus 330 terbang pada ketinggian 38.000 kaki di atas Prancis.

Saat salah seorang pilot tertidur selama waktu istirahat yang ditentukan, kapten pesawat juga tertidur. Pengendali lalu lintas udara mengatakan kepada penyelidik bahwa mereka kehilangan kontak dengan pesawat selama sekitar 10 menit.

Di tengah kekhawatiran akan terjadinya insiden teror, otoritas terkait menyiapkan jet tempur untuk mencegat pesawat tersebut. Namun rencana ini dibatalkan karena pilot akhirnya merespons.

ITA Airways dalam sebuah pernyataan menyebutkan, perilaku pilot tersebut “tidak sesuai dengan aturan yang ditentukan oleh perusahaan“. Perusahaan lantas memecat kedua pilot.

Khartoum-Addis Ababa

Insiden kedua terjadi pada penerbangan Ethiopian Airlines dalam perjalanan dari Sudan ke Etiopia. Merujuk situs berita penerbangan komersial, Aviation Herald, kedua pilot menerbangkan Boeing 737-800, pesawat berkapasitas 154 tempat duduk.

Kedua pilot dalam pesawat bernomor penerbangan ET343 itu dilaporkan tertidur hingga kelewatan untuk mendarat di bandara tujuan, Bandara Internasional Addis Ababa Bole. Pengendali lalu lintas udara di Bandara Internasional Addis Ababa Bole mencoba menghubungi kru pesawat beberapa kali. Namun tak ada respons dari pilot.

Merujuk data dari sistem pengawasan penerbangan ADS-B, Internasionalfinance.com menyebutkan, pesawat mempertahankan ketinggian penerbangan 37.000 kaki dan terbang tepat di atas landas pacu Bandara Internasional Addis Ababa Bole.

Akhirnya, alarm yang berbunyi di pesawat membangunkan kedua pilot yang sedang lelap itu. Singkat cerita, pilot akhirnya mendaratkan pesawat di Addis Ababa dengan selamat sekitar 25 menit kemudian. Sebelum berangkat pada penerbangan berikutnya, pesawat tetap berada di landasan selama lebih kurang dua setengah jam untuk menjalani investigasi.

Ancaman terbesar

BBC pada laporannya menyebutkan bahwa lebih dari separuh pilot tertidur saat menerbangkan pesawat. Laporan ini mengambil hasil survei yang dilakukan oleh Balpa. Serikat pilot di Inggris itu melakukan survei tak lama setelah insiden yang terjadi pada pesawat Virgin Airlines pada 13 Agustus 2013.

Saat menerbangkan pesawat Airbus berkapasitas 300 kursi dalam perjalanan ke Inggris di ketinggian 30.000 kaki, kedua pilot pesawat tertidur.

Juru bicara Otoritas Penerbangan Sipil Inggris mengatakan kepada CNN bahwa insiden terjadi saat pesawat beroperasi dengan otopilot dalam penerbangan jarak jauh. Otoritas Penerbangan Sipil di Inggris tidak mengungkapkan detail penerbangan, rute, atau bandara tujuannya.

Kembali ke survei Balpa, 56 persen pilot mengaku tertidur saat perjalanan udara. Ini dengan catatan, sebagian dilakukan saat mitra pilot lainnya berjaga menerbangkan pesawat. Dari 56 persen pilot yang mengaku tidur saat mengudara tersebut, 29 persen di antaranya terbangun dan mendapati pilot lainnya juga tertidur.

Dari 500 pilot komersial yang disurvei oleh Balpa, 43 persen mengatakan, kemampuan mereka terganggu setidaknya sebulan sekali dalam enam bulan terakhir karena kelelahan. Sementara 84 persen mengatakan kemampuan mereka telah terganggu pada tahap tertentu selama enam bulan terakhir.

Sebanyak 49 persen mengatakan kelelahan pilot adalah ancaman terbesar terhadap keselamatan penerbangan. Ini tiga kali lebih besar dibandingkan ancaman lainnya.

  Kembali ke sebelumnya