Selamat datang di website E-PAPER PERPUSTAKAAN DPRRI.

Koleksi Perpustakaan DPR RI

Judul Hasil Riset, Hampir Setengah Kota Besar China ”Tenggelam”
Tanggal 19 April 2024
Surat Kabar Kompas
Halaman -
Kata Kunci Lingkungan
AKD - Komisi VII
Isi Artikel

Dari 44 kota besar yang mengalami penurunan tanah, 30 di antaranya ada di Asia. Salah satu yang terparah adalah Jakarta.

Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM

GUANGZHOU, JUMAT — Hampir setengah dari kota-kota besar di China ”tenggelam” atau mengalami penurunan permukaan tanah. Penurunan ini terjadi dalam tingkat sedang hingga parah. Akibatnya, jutaan orang terancam kebanjiran saat permukaan air laut naik atau longsor akibat tanah runtuh.

Data tersebut diperoleh dari penelitian data satelit nasional yang dirilis pada Jumat (19/4/2024). Dalam penelitian yang diterbitkan jurnal Science itu, sekitar 45 persen lahan perkotaan di China tenggelam lebih dari 3 milimeter (mm) per tahun.

 

Sekitar 16 persen di antaranya tenggelam lebih dari 10 mm per tahun. Faktor penyebabnya adalah penurunan muka air tanah dan besarnya beban bangunan di perkotaan.

”Dengan populasi perkotaan di China yang sudah melebihi 900 juta orang, sekecil apa pun penurunan tanah di China dapat menjadi ancaman besar bagi kehidupan perkotaan,” kata tim peneliti yang dipimpin oleh Ao Zurui dari South China Normal University di Guangzhou.

Warga menggunakan perahu untuk melintasi kawasan banjir di Yingde, kota Qingyuan, Provinsi Guangdong, China, 23 Juni 2023. Banjir terjadi setelah China diterjang curah hujan tertinggi selama beberapa hari. AFP

Warga menggunakan perahu untuk melintasi kawasan banjir di Yingde, kota Qingyuan, Provinsi Guangdong, China, 23 Juni 2023. Banjir terjadi setelah China diterjang curah hujan tertinggi selama beberapa hari.

Penurunan permukaan tanah itu telah mengakibatkan kerugian tahunan sebesar lebih dari 7,5 miliar yuan di China. Dalam satu abad mendatang, diperkirakan hampir seperempat daratan pesisir China bisa turun lebih rendah daripada permukaan laut. Akibatnya, ratusan juta orang di kawasan itu terancam kebanjiran.

”Temuan ini benar-benar menyadarkan bahwa bagi China, masalah turunnya permukaan tanah ini masalah nasional, bukan masalah di satu atau dua tempat saja. Dan, ini mikrokosmos dari apa yang terjadi di seluruh dunia,” kata Robert Nicholls dari Pusat Penelitian Perubahan Iklim Tyndall, Universitas East Anglia, Inggris.

Baca juga: Banjir Masih Menggenangi Kota Zhengzhou di China, Jalanan Berantakan

Salah satu kota yang terkena dampak paling parah dari penurunan muka tanah itu adalah Tianjin di bagian utara China. Dikutip dari kantor berita resmi China, Xinhua, pada 2023, sebanyak 66.000 orang diungsikan dari kota pelabuhan berpenduduk 15 juta orang itu karena banjir.

Tampak jalan rusak setelah banjir besar dan tanah longsor melanda kota Gongyi di dekat Zhengzhou, Provinsi Henan, China tengah, 22 Juli 2021. AFP/JADE GAO

Tampak jalan rusak setelah banjir besar dan tanah longsor melanda kota Gongyi di dekat Zhengzhou, Provinsi Henan, China tengah, 22 Juli 2021.

Pada tahun yang sama, 3.899 warga dievakuasi dari 25 gedung apartemen dan gedung bertingkat lain dari kota itu setelah terjadi tanah runtuh. Kejadian itu mengakibatkan jalan-jalan raya retak dan terbelah.

Dengan populasi perkotaan di China yang sudah melebihi 900 juta orang, sekecil apa pun penurunan tanah di China dapat menjadi ancaman besar bagi kehidupan perkotaan.

Para ahli geologi menduga runtuhnya tanah itu disebabkan oleh rongga bawah tanah di kedalaman 1.300 meter. Hasil penyelidikan menemukan kejadian itu disebabkan berkurangnya air tanah serta pembangunan sumur panas bumi.

Selain itu, sejumlah distrik di China juga mengalami penambangan batubara berlebihan sehingga menimbulkan rongga di bawah tanah. Pihak berwenang sering kali terpaksa menyuntikkan beton ke dalam lubang-lubang yang runtuh di distrik-distrik itu untuk memperkuat struktur tanah.

Kota Tianjin, China, 9 Januari 2022, saat warga diminta untuk periksa terkait pandemi Covid-19.CHINATOPIX VIA AP

Kota Tianjin, China, 9 Januari 2022, saat warga diminta untuk periksa terkait pandemi Covid-19.

Masalah ini tidak hanya terjadi di China. Penelitian lain yang diterbitkan pada Februari 2024 menyebutkan, sekitar 6,3 juta kilometer persegi lahan di seluruh dunia berisiko mengalami penurunan tanah. Menurut penelitian di Singapura tahun 2022, dari 44 kota besar pesisir yang mengalami penurunan muka tanah, 30 kota di antaranya berada di Asia.

Salah satu negara yang mempunyai risiko tinggi adalah Indonesia. Saat ini, sebagian besar kawasan ibu kota Jakarta berada di bawah permukaan laut.

Baca juga: Penurunan Tanah di Sepanjang Utara Jawa Semakin Mengkhawatirkan

Nicholls mengatakan, kota-kota yang rentan itu dapat mengambil pelajaran dari Tokyo. Ibu kota Jepang tersebut tenggelam sedalam 5 meter pada tahun 1970-an. Guna mencegahnya bertambah parah, Pemerintah Jepang saat itu melarang pengambilan air tanah.

”Mitigasi penurunan permukaan tanah harus ditanggapi dengan sangat serius. Namun, tidak bisa semua dihentikan sehingga perlu adaptasi dan pembangunan tanggul,” katanya.

Warga dengan mengendarai motor listrik berusaha melalui genangan banjir di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (22/3/2024). KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Warga dengan mengendarai motor listrik berusaha melalui genangan banjir di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (22/3/2024).

Matt Wei, pakar geofisika Universitas Rhode Island, AS, mengatakan, masalah ini bersumber pada urbanisasi dan pertumbuhan penduduk. ”Ini masalah urbanisasi dan pertumbuhan penduduk. Kepadatan penduduk yang lebih besar, lebih banyak pengambilan air, dan penurunan permukaan tanah,” katanya. (REUTERS)

 

 

 
  Kembali ke sebelumnya