Judul | Jemaah Haji Mulai Bergerak ke Muzdalifah |
Tanggal | 01 Juli 2024 |
Surat Kabar | Kompas |
Halaman | - |
Kata Kunci | |
AKD |
- Komisi VIII |
Isi Artikel | KOMPAS/EVY RACHMAWATI Jabal Rahmah di Arafah dipadati jemaah haji dari berbagai negara menjelang pelaksanaan wukuf, Sabtu (15/6/2024). ARAFAH, KOMPAS — Jemaah haji dari seluruh dunia, termasuk Indonesia, telah melaksanakan wukuf di Arafah, Arab Saudi. Wukuf ibadah haji 1445 Hijriah/2024 dilaksanakan pada 9 Zulhijah atau Sabtu (15/6/2024). Secara bertahap, seluruh jemaah haji mulai bergerak ke Muzdalifah, Minggu (16/6/2024). Anggota Media Center Kementerian Agama, Widi Dwinanda, mengatakan, tahun ini Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) memberlakukan skema murur bagi jemaah haji risiko tinggi, lanjut usia, disabilitas, pengguna kursi roda, dan para pendampingnya di Muzdalifah. ”Mabit (bermalam) di Muzdalifah dengan cara murur adalah mabit yang dilakukan dengan cara melintas di Muzdalifah setelah menjalani wukuf di Arafah,” kata Widi. Baca juga: Persiapan Fasilitas Jemaah di Armuzna Dikebut Artinya, saat melewati kawasan Muzdalifah, jemaah tetap berada di atas bus (tidak turun dari kendaraan), yang langsung membawa mereka menuju tenda di Mina. ”Selain jemaah risiko tinggi, lansia, dan disabilitas, pergerakan jemaah ke Muzdalifah dilakukan dengan sistem taraddudi (shuttle) yang mengantar jemaah dari Arafah menuju Muzdalifah,” jelas Widi. KOMPAS/EVY RACHMAWATI Jemaah haji Indonesia memasuki bus untuk berangkat ke Arafah, Arab Saudi, Jumat (14/6/2024), dalam rangka melaksanakan wukuf. Ia menambahkan, selama mabit (bermalam), jemaah dapat istirahat dan berzikir, menyelingi zikir dengan berdoa kepada Allah. Sebab, Muzdalifah termasuk tempat mustajab. ”Tidak ada ibadah khusus selama mabit di Muzdalifah,” katanya. Jemaah juga diimbau mempertahankan kondisi kebugaran fisiknya dengan beristirahat atau tidur, menghindari kelelahan, mengonsumsi bekal yang dibawa, minum obat, dan menghubungi dokter jika merasa tidak sehat. ”PPIH akan membagikan kantong kerikil saat jemaah haji di Arafah bersamaan dengan pembagian snack berat untuk dikonsumsi saat di Muzdalifah,” ujar Widi. Lontar jumrahSiaran pers resmi dari Kementerian Agama yang diterima Kompas, Jumat malam di Mekkah, mengabarkan bahwa jadwal lontar jumrah jemaah haji Indonesia telah dirilis. Jemaah diharapkan memperhatikan jadwal karena ada waktu larangan melempar jumrah. Jadwal tersebut dikeluarkan resmi oleh PPIH Arab Saudi, khususnya guna mengatur kegiatan lontar jumrah Aqabah dan Tasyriq bagi jemaah haji Indonesia. Baca juga: Seluruh Jemaah Haji Laksanakan Wukuf di Arafah Ketua PPIH Arab Saudi Nasrullah Jasam mengatakan, jadwal lontar jumrah disusun sebagai pedoman jemaah dalam menjalani salah satu rangkaian proses puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina. ”Jadwal ini didasarkan pada surat pengumuman dari Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi. Jadwal disusun sedemikian rupa untuk memberikan pelindungan kepada jemaah,” kata Nasrullah di Mekkah. KOMPAS/ILHAM KHOIRI Jemaah haji Indonesia melempar jumrah Aqabah di Mina, Arab Saudi, Sabtu (9/7/2022) sore waktu setempat. Melempar jumrah menjadi simbol jemaah mengutuk setan dan membuang keburukan. Nasrullah menggarisbawahi bahwa ada waktu larangan bagi jemaah haji Indonesia untuk melontar jumrah. Waktu larangan itu adalah pukul 04.30-10.00 waktu Arab Saudi. ”Jamarat pada 10 Zulhijah pukul 04.30-10.00 biasanya sangat padat. Jemaah haji Indonesia diminta tetap berada di tenda Mina masing-masing pada rentang waktu ini,” tuturnya. ”Kami berharap jadwal ini dipatuhi oleh seluruh jemaah haji Indonesia demi kelancaran pergerakan jemaah haji,” ujar Nasrullah menegaskan. Jadwal melontar jumrah Aqabah dan Tasyriq 1445 H adalah pada 10 Zulhijah hingga 13 Zulhijah atau pada 16-19 Juni 2024. Haji mabrurSementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, melalui keterangan tertulis, mengatakan, dalam proses wukuf di Arafah, segenap jiwa raga menundukkan diri secara total di hadapan Allah SWT yang maha segalanya. Bahkan, dengan tangisan lahir dari hati dan jiwa yang terdalam, dengan seluruh kepasrahan, semuanya menundukkan diri untuk menjadi hamba Allah yang mabrur sebagaimana tujuan dari idealisasi berhaji dan ibadah haji. Setelah wukuf akan dilakukan proses ibadah haji, yakni Muzdalifah di Mina dan hingga kembali ke Mekkah, sampai dituntaskan dalam tawaf wada.
”Maka saatnya dalam suasana penuh pengabdian dan kepasrahan ini setiap anggota jemaah dapat menjadikan prosesi ibadah haji ini menjadi haji yang mabrur. Dan setiap anggota jemaah haji ingin menjadi haji yang mabrur,” tutur Haedar pada Sabtu (15/6/2024). Haji mabrur merupakan tingkat tertinggi capaian ideal dalam beribadah haji. Bahkan, Nabi bersabda tidak ada balasan yang lebih pantas dari haji yang mabrur selain surga. Haedar menekankan kemabruran itu tidak akan datang sendiri, manakala tanpa penghayatan yang berarti. ”Seluruh proses ibadah haji maupun segala rukun wajib dan sunahnya, jangan berhenti di ranah syariat atau formalitas semata,” ujarnya. ”Jadikan ibadah haji sebagai energi rohani dan pelaksanaan ibadah yang masuk ke jantung hakikat untuk membangun kesalehan diri yang optimal. Kemabruran akan diukur dengan kemampuan kualitas diri sebagai insan mukmin, yang hablum minallah-nya selalu kokoh dan kuat, serta hablum minannaas-nya semakin baik dan berkualitas,” tutur Haedar. ”Haji mabrur harus membentuk pribadi yang mabrur, dan kemabruran identik dengan ketakwaan, dengan ihsan menjadi orang yang muhsin dan seluruh nilai puncak keutamaan sebagai insan Muslim,” ujar Haedar. KOMPAS/EVY RACHMAWATI Suasana wukuf di Arafah pada puncak ibadah haji 2024, Sabtu (15/6/2024). Haedar juga berpesan untuk menjadikan ibadah haji sebagi tonggak terpenting dalam hidup sebagai Muslim untuk naik tingkat menjadi ihsan yang muhsin, muttaqin, dan insan yang saleh dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT, berbuat segala macam kebajikan hidup, berbuat ihsan terhadap sesama dan lingkungan. ”Dan kemabruran itu harus dijaga terus-menerus sepanjang hayat, tidak perlu haji berkali-kali manakala kemabruran itu datang dan pergi lepas kembali,” jelas Haedar. Haedar berpesan agar jemaah haji dapat merawat nilai-nilai kemabruran untuk menjadi insan yang mabrur dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, di hadapan Allah SWT nanti kita dapat menjadi insan-insan yang diberi jalan terbaik dan kemudahan mendapatkan rida dan karunia-Nya serta dimasukkan ke surga jannatun naim. |
Kembali ke sebelumnya |