Selamat datang di website E-PAPER PERPUSTAKAAN DPRRI.

Koleksi Perpustakaan DPR RI

Judul Wacana Soeharto Jadi Pahlawan Nasional Mencuat Lagi Setelah TAP MPR Dicabut
Tanggal 30 September 2024
Surat Kabar Detik.com
Halaman -
Kata Kunci
AKD - Komisi III
Isi Artikel

Jakarta - Wacana pemberian gelar pahlawan nasional untuk Soeharto kembali mengemuka. Isu ini muncul seiring dengan dicabutnya Tap MPR yang menyebut Presiden ke-2 Indonesia tersebut terlibat dalam praktik korupsi.

Dilansir dari detikNews, Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) menyatakan Soeharto telah memberikan banyak jasa dan pengabdian bagi Indonesia. Menurut Bamsoet, tidak ada yang salah jika Soeharto diberikan gelar Pahlawan Nasional.

 

Pernyataan ini disampaikan oleh Bamsoet dalam acara Silaturahmi Kebangsaan MPR dengan keluarga Soeharto yang berlangsung di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, pada Sabtu (28/9/2024). Bamsoet awalnya menyampaikan jasa-jasa Soeharto pantas dihormati.

 

"Beliau telah berusaha mengabdikan diri sebaik-baiknya dalam menjalankan tugas sebagai presiden dan berjasa besar dalam mengantarkan bangsa Indonesia dari negara miskin menjadi negara berkembang," ujar Bamsoet.

 

"Sekali lagi, beliau membawa Indonesia dari negara miskin menjadi negara berkembang," tambahnya.

 

Berdasarkan jasa dan pengabdian tersebut, menurut Bamsoet, Soeharto pantas dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Apalagi, Soeharto telah memimpin Indonesia selama lebih dari tiga dekade.

Bamsoet juga menambahkan Pasal 4 Ketetapan MPR Nomor 11 Tahun 1998 telah sepenuhnya dijalankan. Dengan demikian, ia menyatakan tidak ada yang salah dengan pemberian gelar tersebut.

 

"Rasanya tidak berlebihan jika mantan Presiden Soeharto dipertimbangkan oleh pemerintah yang akan datang untuk menerima anugerah gelar Pahlawan Nasional, sesuai dengan martabat kemanusiaan dan peraturan perundang-undangan," ucapnya.

 

Bamsoet juga menekankan pentingnya menjaga semangat rekonsiliasi dan mewariskannya kepada generasi mendatang. Ia berharap agar dendam masa lalu tidak diteruskan kembali.

"Mari kita bersama sebagai bangsa mengambil hikmah dari berbagai peristiwa masa lalu dan menjadikannya pelajaran berharga untuk pembangunan karakter nasional bangsa Indonesia saat ini dan di masa mendatang," jelas Bamsoet.

"Jangan sampai dendam sejarah diwariskan kepada anak-anak bangsa yang tidak pernah tahu, apalagi terlibat, dalam berbagai peristiwa kelam di masa lalu," tutupnya.


 

  Kembali ke sebelumnya