Isi Artikel |
JAKARTA, KOMPAS — Pasar surat utang dan kurs rupiah terimbas sentimen positif dari dalam negeri dan luar negeri. Data yang kurang baik dari Amerika Serikat dan penurunan risiko di dalam negeri membuat harga surat utang naik dan kurs rupiah menguat.
Sudah empat hari nilai tukar rupiah menguat sekitar 2 persen. Pada perdagangan Rabu (8/6), nilai tukar rupiah Rp 13.241 per dollar AS menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor). Posisi ini lebih kuat dibandingkan dengan posisi Jumat (3/6), yakni Rp 13.612 per dollar AS.
Adapun di pasar spot kemarin, nilai tukar rupiah sekitar Rp 13.233 per dollar AS.
Investor di pasar modal global memaknai pidato Gubernur Bank Sentral AS, The Fed, Janet Yellen pada awal pekan, sebagai sinyal yang memperkecil kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed pada Juni ini. Berlawanan dengan optimismenya dua pekan lalu, Yellen mengatakan, perekonomian AS terus membaik, tetapi masih ada banyak ketidakpastian.
Pada Selasa (7/6) lalu, lelang obligasi pemerintah menarik minat investor. Penawaran yang masuk sebesar Rp 42 triliun. Total permintaan yang diserap pemerintah Rp 18 triliun, atau di atas target. Dalam dua lelang terakhir, pemerintah menyerap penawaran yang masuk di bawah target karena permintaan imbal hasil tinggi dari para investor.
Hasil lelang obligasi ini menambah likuiditas sehingga menimbulkan potensi penguatan nilai tukar rupiah.
Di pasar sekunder, harga obligasi pemerintah pun menguat. Dari data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), harga rata-rata obligasi pemerintah naik 0,34 persen dibandingkan dengan hari sebelumnya.
"Kami terus mencermati pasar obligasi Indonesia yang dinamis. Jika defisit fiskal naik dari 2,2 persen menjadi 2,5 persen, menurut kami, Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko dapat dengan mudah menutupi jika terjadi kekurangan," kata analis ANZ Danny Suwanapruti.
Pemerintah juga mengeluarkan obligasi global berupa euro bond yang diberi peringkat ekspektasi BBB- oleh lembaga pemeringkat Fitch Ratings. "Peringkat yang diharapkan ini selaras dengan posisi peringkat Indonesia yang juga BBB- dengan prospek stabil," kata analis Fitch, Thomas Rookmaaker. (JOE)
|