Judul | Mitigasi Bencana Iklim |
Tanggal | 02 Januari 2025 |
Surat Kabar | Kompas |
Halaman | 6 |
Kata Kunci | Perubahan Iklim |
AKD |
- Komisi V |
Isi Artikel | Sederet bencana terkait iklim terjadi sepanjang tahun 2024. Catatan kelam ini menjadi peringatan agar umat manusia segera memitigasi dampak perubahan iklim. Oleh Redaksi Serangkaian bencana mematikan terjadi di sejumlah negara sepanjang tahun 2024. Dari daerah terpencil di Samudra Hindia hingga kota-kota di Eropa yang makmur, tak ada yang luput dari dampak mematikan bencana iklim. Berbagai bencana ini tak lepas dari perubahan iklim. Tahun 2024 ditandai dengan rekor suhu di atmosfer terpanas sepanjang sejarah, rata-rata lebih dari 1,5 derajat celsius di atas suhu praindustri. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres menyatakan, 10 tahun terakhir menjadi dekade terpanas yang mematikan. Suhu global panas ibarat bahan bakar bagi cuaca ekstrem. Setiap derajat kenaikan suhu meningkatkan iklim dan risikonya. Data Copernicus Climate Change Service menunjukkan, suhu permukaan udara global November 2024 naik 1,62 derajat celsius di atas suhu pra-Revolusi Industri. Banyak kejadian cuaca ekstrem yang terjadi di awal tahun 2024 dipengaruhi oleh El Nino. Namun, data yang ada menunjukkan perubahan iklim berperan lebih besar dibandingkan El Nino dalam memicu kejadian, termasuk kekeringan di Amazon seiring Bumi yang menghangat. World Weather Attribution dan Climate Central melaporkan, krisis iklim menambah 41 hari panas pada 2024 yang membahayakan kesehatan manusia. Perubahan iklim mengintensifkan 26 dari 29 kejadian cuaca yang menewaskan sekitar 3.700 orang dan membuat jutaan orang mengungsi. Pemanasan global Pemanasan global meningkatkan frekuensi dan intensitas panas ekstrem, kekeringan, kebakaran hutan, siklon tropis, dan hujan lebat hingga menghancurkan kehidupan jutaan orang. Perusahaan reasuransi Swiss, Re, memperkirakan kerugian global akibat bencana iklim 310 miliar dollar AS. ![]() DIMAS TRI ADIYANTO Risiko Perubahan Iklim terhadap Perkotaan 2050 Permukaan laut yang menghangat menghasilkan energi bagi siklon tropis saat bergerak ke daratan, hingga menimbulkan angin kencang yang merusak. Badai besar pun menghantam Amerika Serikat dan Karibia dalam musim badai di atas rata-rata pada 2024. Sementara itu, panas ekstrem menjadi bencana mematikan di sejumlah negara, seperti Thailand, India, Jepang, dan Amerika Serikat. Pada Juni 2024, lebih dari 1.300 orang meninggal selama ibadah haji di Arab Saudi, saat suhu mencapai 51,8 derajat celsius (Kompas, 31 Desember 2024). Peristiwa di Arab Saudi saat pelaksanaan haji tersebut merupakan bentuk nyata bagaimana panas ekstrem bisa amat mematikan. Sengatan panas menyebabkan peningkatan suhu melebihi ambang kritis sehingga bisa memicu kegagalan fungsi organ tubuh.
Cuaca panas ekstrem mengakibatkan dehidrasi atau kurang cairan yang bisa berkembang jadi shock, menyebabkan organ berhenti bekerja karena kekurangan darah, oksigen, dan nutrisi. Sengatan panas juga bisa menimbulkan ketegangan pada jantung penderita penyakit kardiovaskular. Berbagai bencana yang terjadi sepanjang tahun 2024 menjadi peringatan agar umat manusia segera berubah untuk mencegah kehancuran Bumi akibat krisis iklim. Sejumlah kesepakatan internasional untuk memitigasi bencana terkait iklim telah dibuat, termasuk dalam konferensi iklim PBB. Salah satunya adalah komitmen meningkatkan pendanaan bagi negara-negara miskin guna mendukung mereka mengatasi dampak cuaca ekstrem. Meski besaran dana yang disepakati dinilai belum memadai, setidaknya hal itu merupakan langkah maju untuk memitigasi bencana iklim. Upaya menahan laju pemanasan global mesti jadi prioritas global bagi pemerintah, perusahaan, dan masyarakat luas. Selain dekarbonisasi, peralihan dari energi fosil menuju energi baru terbarukan mendesak dilakukan demi mengurangi emisi yang menyebabkan pemanasan global. |
Kembali ke sebelumnya |