Isi Artikel |
JAKARTA—Indonesia berpeluang mendorong mesin perekonomiannya menjadi lebih baik pada tahun depan kendati sentimen global masih bergejolak. Konsumsi masyarakat dan belanja pemerintah tetap menjadi tumpuan. PT Bank UOB Indonesia memperkirakan ekonomi domestik pada tahun depan masih bisa tumbuh stabil di kisaran 5,2% lebih baik dari perkiraan laju produk
domestik bruto untuk tahun ini yang diperkirakan hanya menyentuh 5%. Ekonom UOB Group Suan Teck Kin mengatakan konsumsi masyarakat yang masih tumbuh di kisaran 5% dan belanja pemerintah merupakan faktor terpenting untuk mendukung perekonomian di tengah situasi yang tidak pasti. Berbagai proyek infrastruktur yang dikembangkan oleh pemerintah juga menarik banyak investasi langsung asing (foreign direct invesment /FDI).
“Ini penting dari sisi FDI untuk bisa terus menarik investasi dan terus menjalankan momentum investasi untuk mencapai 5,3% sampai 5,8% dalam beberapa tahun ke depan,” katanya, di Jakarta, Rabu (16/11).
Dia menyoroti keberadaan suku bunga rendah yang belum bisa mendorong investasi karena pelaku bisnis belum melihat adanya permintaan yang kuat. Menurut dia, hal itu terjadi karena ada
pergeseran pola konsumsi masyarakat yang mulai mengandalkan teknologi digital sehingga mengurangi produksi barang tertentu. “Sebagian besar saat ini musik dan film yang ada kita tonton dalam smartphone sehingga permintaan impor berubah dalam hal struktur,” ucapnya.
Sementara itu, Presiden Direktur UOB Indonesia Kevin Lam mengatakan 14 paket kebijakan ekonomi yang diterbitkan oleh pemerintah mampu menciptakan iklim investasi yang menarik. Berdasarkan survei dari UOB Asian Enterprise Survey 2016 menunjukkan hampir seperempat
perusahaan di Asia yang disurvei memilih Indonesia sebagai tujuan ekspansi mereka dalam kurun waktu 3-5 tahun ke depan.
“Proyek infrastruktur dan paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah akan membantu pemerataan ekonomi dan pertumbuhan pendapatan nasional, pembangunan itu juga menciptakan lapangan kerja,” ujarnya. UOB Indonesia juga melihat bertambahnya perusahaan Asia dan multinasional di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir. Dia meyakini deregulasi kebi-
jakan yang dilakukan oleh pemerintah merupakan komitmen jangka panjang. Namun,
kewaspadaan terhadap ancaman dari ekonomi global yang mana terjadi pelemahan ekspor mesti ditambah. “Komitmen jangka panjang yang dicanangkan pemerintah dapat memajukan ekonomi indonesia. Harus waspada terhadap ancaman dari ekonomi global di mana perdagangan terbatas. Dunia menunggu perkembangan lebih lanjut kebijakan ekonomi oleh Trump,” ujarnya. Sementara itu, ekonom dan Co-Founder Creco Research Chatib Basri menuturkan konsumsi domestik menjadi penopang utama dalam pencapaian pertumbuhan
ekonomi tahun depan mengingat perda gangan global terus menurun. Chatib memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun depan sekitar 5,1%-5,2%
|